Part 7

137 18 8
                                    

GOOD BYE.

Saat aku terbangun, aku terkejut, aku melihat sekelilingku, ah, ternyata sudah pagi dan aku sedang berada kamarku, mungkin semalam Rion menggendongku. Aku tersenyum memikirkannya.

Aku bergegas menuju kamar mandi, hari ini, hari minggu, aku harus pergi mengantar Rion ke bandara, mengingat itu membuat dadaku sesak. Aku pasti akan sangat merindukannya.

Setelah aku mandi, aku berganti pakaian, aku melihat pemberian Rion semalam, demi apapun, aku penasaran. Tapi aku hanya bisa membukanya saat dia pergi.

Aku berjalan menuruni tangga menuju dapur, aku sarapan dalam diam. Lalu aku berlalu ke ruang tamu, aku melihat jam yang bertengger ditanganku. Masih ada satu jam pikirku. Aku memutuskan menonton tv.

Aku merasakan seseorang mengusap pipiku lembut,  perlahan aku membuka mata. Ah, dia ternyata, dia sudah berada disini, tersenyum ke arahku. Tuhan aku tidak ingin melepasnya.

"Hai," sapanya, aku masih menerjapkan mataku, mengumpulkan kesadaranku. Aku mengucek mataku, tapi dengan lembut dia menarik tanganku.

"Jangan di kucek gitu matanya, nanti merah," katanya.

"Sudah datang," kataku.

"Sekarang udah jam berapa?" tanyaku, dia melirik jam tangannya.

"Baru set 9," jawabnya, sambil menatapku lembut.

"Ayo, udah siap berangkat?" tanyanya. Aku menganggukkan kepalaku. Dia meggenggam erat tanganku menuju pintu. 

Aku sudah ijin saat sarapan tadi, lagipula bibi sedang ke pasar.

Didalam mobil suasana selalu hening, aku  melihat Rion mengetuk-ngetukkan jarinya di stir mobil.

Pagi ini dia sangat tampan, ya Tuhan, aku semakin tidak bisa melepasnya. Kamu siapanya Rion, Luna? lagi-lagi batinku menjerit.

Kami sudah sampai di bandara, aku melihat Delta disana, di sampingnya ada seorang wanita yang seumuran bunda, dan pria seumuran ayah. Mungkin kedua orang tuanya.

"Kenapa lama sekali Rion?" tanya pria paruh baya itu, aku hanya menunduk. Ini salahku kenapa harus tertidur?

Rion tidak menjawab, aku melihat wanita itu tersenyum hangat ke arahku.

"Hai, siapa namamu?" tanyanya.

"Luna tante, Natasya Luna Aquila," jawabku canggung.

"Gak usah canggung gitu. Oiya, kenalin, nama tante Tata, ini suami tante Surya, dan ini Delta adiknya Rion," katanya sambil memperkenalkan diri, ah benar. Mereka adalah orang tua Rion.

"Tasya, lo diapain sama abang gue sampai matanya merah gitu?" tanya Delta, membuat suasana hatiku berubah kesal saja.

Aku tidak menjawab, aku merasakan Rion semakin mengeratkan genggaman tangannya, aku melirik jam ditanganku, Ya Tuhan, 10 menit lagi. Aku akan kehilangan kebahagiaanku 10 menit lagi.

Tiba-tiba aku merasakan lengan kekar memelukku, dia membawaku kedalam dekapannya, aku membiarkan airmataku luruh. Tidak, aku tidak ingin kehilangannya. Semesta tolong berhentikan waktu.

Sky Full of StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang