Terbiasa.
Sudah 3 bulan Rion di Finland, hubungan kita baik-baik saja, kita masih sering chattingan, kadang melalui email, kadang juga dia videocall atau melalui skype.
Oiya, aku juga sudah berteman dengan Delta, kadang kita melakukan videocall bertiga. Seperti sekarang, aku sedang menikmati perkelahian 2 saudara ini. Dan ya, selalu aku yang dijadikan bahan.
"Bang, lo udah punya pacar ya disana? Kalo udah punya, mending Luna buat aku aja," kata Delta, ah perkataan Delta membuat dadaku sesak.
"Apaan sih lo, gak usah ikut-ikutan manggil dia Luna, cuma gue yang boleh manggil dia Luna," kata Rion, membuat pipiku semerah tomat.
Aku hanya diam, tidak ingin ikut campur, toh, jika aku membela Rion, Delta akan semakin gencar menggodaku.
"Tasya, kalo lo disuruh milih, lo bakal pilih siapa? Gue atau abang?" tanya Delta, aku hanya diam, sangat malas menanggapi.
"Ayo dong Sya, jawab, daritadi lo diam mulu," kata Delta lagi, aku masih diam, sesekali tersenyum canggung.
Sudah 3 bulan setelah pernyataan cinta Rion, dia selalu melarangku untuk menjawabnya.
"Tidak usah di jawab dulu Luna, tunggu aku berada disana, aku ingin mendengarnya langsung, tanpa penghalang, aku ingin kamu mengatakannya sambil menatap mataku," katanya tenang, tapi berhasil membuat jantungku hampir meninggalkan tempatnya.
Tidak terasa perbincangan kita sudah satu jam. Delta pamit untuk tidur, perbedaan jam Indonesia-Finlandia= (-) 04.00.
Jadi disana masih sore, sedangkan disini sudah malam, saat aku ingin memutuskan telfonnya tiba-tiba Rion mencegahku.
"Jangan dulu Luna, aku masih rindu," katanya. Aku hanya tersenyum, tidak membalas.
"Oiya, kamu hutang penjelasan kepadaku Luna," katanya lagi, penjelasan apalagi batinku.
"Penjelasan apa?" tanyaku, ah, dia tersenyum lagi.
"3 bulan yang lalu, kamu belum selesai menjelaskan tentang Summer Triangle. Kamu belum menjelaskan bagaimana, kisah cinta Altair dan Vega? katanya, ah iya aku lupa.
"Maaf Rion, aku lupa," kataku menepuk jidat, aku mendengarkan dia tertawa.
"Mau aku jelaskan? Tapi disini sudah malam Rion, lagipula kamu belum mandi bukan?" tanyaku, lagi-lagi dia tertawa.
Aku melihat dia mengusap rambutnya tertawa, dan menggelengkan kepalanya, Ya Tuhan, sebahagia apa kau dulu, sehingga menciptakan pria setampan itu.
"Luna, kamu cantik, saat kamu tidak pakai kacamata," katanya, ah aku merasakan pipiku memerah, dia tersenyum lagi.
Aku tidak menjawab, hanya memutar bola mataku kesal, ini hanya pengendalian.
"Serius Luna, kamu cantik, apalagi jika pipimu semerah itu," katanya lagi, ish apa-apaan sih dia.
"Rion, kamu apa-apain sih," kataku kesal, padahal sebenarnya dalam perutku seperti ada yang ingin meledak.
"Tidak perlu takut baper Luna, tenang aja aku pasti akan tanggung jawab," katanya, aku hanya diam. Hening lagi.
"Luna, tunggu aku, jangan kemana-mana, kamu tau kan Luna? Aku mencintaimu," katanya, aku hanya mengangguk.
"Sudah dulu ya, kamu harus istirahat, tidak boleh begadang, aku juga harus mandi, selamat tidur Luna nya Rigel. Semoga mimpi indah Aku mencintaimu." katanya, dia tersenyum, memandangku lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Full of Stars
Teen Fiction"Lo mau tau kan? Kenapa gue lebih suka dipanggil Luna? Karna Luna artinya Bulan. Gue pengen banget kayak Bulan yang di langit selalu ditemanin oleh Bintang. Tapi gue beda, gue gak akan bisa sama kayak Bulan. Karna menurut mereka gue aneh. Gue gak ak...