20 Tak

382 26 7
                                    

🔧🔧🔧

Sepanjang perjalanan tadi, Adit sibuk saja ngerecokin Treya. Karena dengan teriakan-teriakan Treya padanya membuat rasa takutnya terasa sedikit berkurang.

"Sampai. Turun lo!"

"Ga lo suruh juga, gue bakalan turun dari vespa butut lo!" Setelah mengucapkan itu, Adit melangkah ke dalam sekolah tanpa mengucapkan terimakasih atau semacamnya.

"Berhenti nyebut Bento gue butut!" ucap Treya namun tak diacuhkan oleh Adit.

Sakit hati karena tak dihiraukan, Treya mengejar Adit ke dalam dan sebenarnya ada yang ingin Treya tanyakan. Tapi ya, dia sudah tersulut lebih dahulu oleh Adit.

"WEI!" Adit masih tak mengacuhkannya.

Karena masih tak diacuhkan Treya mempercepat langkahnya ke depan Adit lalu menatapnya tajam.

"Lo emang ngeselin ya! Udahlah tadi maksa buat nganterin sampai sini, terus setelah sampai bukannya ngucapin terima kasih tapi malah ngatain Bento gue butut. Lo-"

"Maaf." Setelah itu, Adit melanjutkan kembali langkahnya.

Untuk sesaat Treya speechless karena tak menyangka kalau Adit akan mengucapkan kata itu dari mulutnya, namun ia segera tersadar. "-lo pikir gue bakal maafin gitu aja?!" Treya kembali mengejar Adit untuk mensejajarkan langkahnya.

"Lo harus jawab pertanyaan gue!" ucap Treya ketika berhasil mensejajarkan langkah mereka.

Mendengar itu, Adit hanya memandangi Treya sebentar lalu kembali melangkah ke depan.

"Kan lo pernah nolongin gue waktu di bangunan kosong itu. Emang lo ngapain di sana?"

"Sana lo ah, katanya mau kerja!"

"Iya, makanya jawab dulu!"

Sekarang mereka sudah sampai di samping mobil Adit.

"Gue jawab, habis itu lo masuk ke mobil gue," ucap Adit lalu mengangkat sebelah alisnya.

"Oke, tapi kaki gue aja ya?" tawar Treya.

Tak tertarik dengan tawaran itu, Adit menarik pegangan pintu mobilnya untuk membukanya, namun segera didorong kembali oleh Treya.

"Oke, seluruh badan gue masuk tapi hitungan detik," tawar Treya lagi sambil menahan pintu mobil Adit dengan kedua tangannya.

"Oke, 5 detik," ucap Adit.

"3 detik," tawar Treya.

"4 detik!"

"5 detik atau ga sama sekali," ucap Treya dengan polosnya.

"Lo bisa letakkin kepala lo tu di tanah? Biar bisa gue lindes."

"Hehe serem amat. Ya 'kan nanggung lo ngediskonnya cuma sedetik. Jadi, ngapain lo di sana waktu itu?"

"Itu tempat gue nyantai," jawab Adit singkat.

"Oo, e-eh? Tempat nyantai doang?"

Tempat itu satu-satunya tempat dimana Adit bisa menikmati waktunya di luar sekolah tanpa harus mengikuti perintah-perintah papanya. Ia tak sengaja menemukan tempat itu karena tersesat sebelumnya.

"Mm, tapi gara-gara lo gue udah ga bisa lagi ke sana," ucap Adit singkat lalu menunjuk mobilnya dengan dagunya seolah mengatakan, "Masuk."

"Gue ga mau masuk. Gak adil banget, masa iya penjelasan lo cuma segitu doang terus gue mesti masuk ke dalam tu mobil. Nggak ga!"

"Kan lo sendiri yang mau tau dan lo juga sudah setuju. Ya udah, kerjain aja. Di dunia ini ga ada yang gratis."

Ingin sekali Treya kabur saja dari kesepakatan yang mereka buat. Tapi seperti yang diucapkan Adit tadi, dia sudah sepakat sebelumnya. Alhasil ia masuk ke dalam mobil Adit dengan berat hati.

Love On VespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang