🔧🔧🔧
"Tre, lo dimana? Cepetan sini, Citra dalam bahaya!"
"Treya?" Milan cukup speechless melihat siapa yang dia lihat ketika keluar dari kamar Adit.
Beberapa detik Treya berpikir tentang siapa orang yang ada di depannya. Dan detik berikutnya dia ingat siapa orang itu.
"Yo." Tak ingin memperlama, Treya kembali melanjutkan langkahnya. Namun ia kalah cepat dari Milan yang menahannya.
"Kok lo ada di sini?"
Disaat yang bersamaan Adit, Brama dan Rasen keluar dari kamar.
"Ntar gue jawab, gue harus buru-buru." Treya melepaskan genggaman Milan dari pergelangannya. Kali ini dia benar-benar berlari ke luar rumah.
Adit yang menyadari raut kecemasan pada wajah Treya segera menyusulnya keluar. Merasa ada hal yang penting, Milan juga turut mengejar Treya. Rasen dan Brama yang kebingungan yang tak tahu apa yang harus mereka lakukan juga memutuskan untuk mengikuti ketiganya.
"Anak-anak, kalian mau kemana? Makanannya udah siap loh." Namun ucapan Anita tak ada yang menghiraukannya.
Di luar rumah, Treya masih mencoba menghidupkan vespanya.
"Ayolah Tok, berdamailah kali ini. Tadi siang lo masih bisa idupkan?!" Treya kembali mengengkol Bento berulang-ulang kali.
"Lo mau ke mana jam segini hah?" Adit menarik bahu Treya ke belakang.
"Minggir lo ah!" Treya berbalik dan kembali menghidupkan mesin Bento.
Sedikit geram dengan sikap Treya, Adit menarik pergelangan Treya menuju mobilnya.
"Biar gue anterin!" Masih dengan nada perintah.
Dengan sigap Treya melepaskan lengannya dari genggaman Adit.
"Gue nggak bisa naik mobil."
"Kalau lo perlu, tahan Ben—"
"Biar gue anterin lo." Milan menarik Treya kembali ke vespanya.
Dengan sebelah tangan yang masih tak melepaskan genggamannya pada pergelangan Treya, tangan yang satunya lagi, Milan memutar kunci Bento ke arah ON.
"Huh, gue lupa mutarnya," runtuk Treya pada dirinya sendiri.
"Woi woi... Kalian mau kemana?"
Sadar akan tujuan mereka masih belum jelas, Milan pun menanyakan hal yang sama pada Treya.
"O ya Tre, kita mau kemana?"
"A, O iya ya, gue juga ga tau kemana nya. Hehe."
Seketika semua yang ada di sana menjadi lemes.
"Tunggu, gue tanyain dulu." Treya turun dari atas Bento lalu menelpon kembali orang yang memberi informasi tadi.
"Halo, gue harus kemana ya?"
"Tau-tau."
"Lo tunggu di situ."
Treya menutup panggilannya lalu kembali menaiki Bento.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love On Vespa
Novela JuvenilMaitreya Sakala gadis remaja seperti pada umumnya. Hanya satu yang membedakan, obsesinya pada besi tua tunggangannya. Ia hanya ingin menjalani kehidupan remajanya dengan Bento kesayangannya. Namun janji kakeknya dengan seorang teman karibnya membua...