11 DAYS AFTER THAT NIGHT

160 38 1
                                    

Pagi selalu menyambutku dengan ceria. Pagi ini tak ada yang membedakannya dengan pagi yang lain. Bangun, gosok gigi, mandi, ganti baju, sarapan bersama keluargaku, dan pergi ke sekolah dengan sepedaku. Ya memang tak ada yang membedakannya. Hanya pagi yang wajar bagi seorang pelajar. Seperti biasanya, setelah selesai sarapan aku masuk ke kamarku untuk mengambil tas, lalu turun kembali, mengucapkan selamat tinggal kepada kedua orang tuaku yang masih sarapan bersama, lalu mengeluarkan sepedaku dari garasi, dan mengendarainya menuju ke sekolah. Tapi ada 1 hal yang membuat pagi ini berbeda, badanku berada di sini, tapi pikiranku entah menjelajah ke mana. Sepertinya kejadian 11 hari lalu sedikit mempengaruhiku. Maaf ralat, bukan sedikit. Tapi sangat mempengaruhiku.

Sekolah berlangsung seperti biasa. Seperti tak merasa bahwa dia habis kehilangan sebagian kecil dari dirinya atau mungkin dia merasakannya, tapi dia hanya tidak peduli. Aku tahu, mungkin dia hanya kehilangan sekitar 0,001% bagian dirinya. Jadi dia tidak begitu peduli. Tapi bagiku, kehilangan bagian dari diri sendiri itu adalah sebuah bencana besar. Karena itu seperti identitasku sendiri, hal yang membedakan diriku dengan orang lain, terkikis dan pada akhirnya tak ada hal yang membuatku spesial lagi. Karena semuanya sudah habis terkikis dan aku akan menjadi sama dengan orang lain. Tapi tak ada gunanya aku marah. Siapakah aku, sampai aku bisa kecewa akan hal ini. Aku hanya salah satu bagian kecil. Aku hanya seperti satu bagian yang sangat kecil dari kelompok semut yang dilihat dari atap gedung yang bertingkat. Hahaha. Ya kau benar, aku tak terlihat. Menyedihkan sekali bukan?

Sekarang aku sedang duduk sendiri di salah satu meja makan di kantin dan melihat ke sekelilingku. Di ujung lorong ada seorang anak laki-laki yang sedang dibully oleh salah satu sahabatku, Kent Maxwell dan sayangnya aku tak tahu nama anak yang sedang dibully. Mungkin dia adalah seorang anak baru yang berani membuat ulah. Kent adalah salah satu dari 5 orang sahabat yang kupunya. Seperti yang tadi kukatakan. Sebenarnya kami bersahabat karena kami mempunyai kesamaan. Kami adalah sekelompok laki-laki yang sangat digemari perempuan dari sisi yang berbeda-beda dan aku termasuk salah satu dari kelompok tersebut. Aku tak akan memberitahu semua nama mereka sekarang. Karena nanti aku akan menyebutkannya satu-satu. Tapi lebih tepatnya, mereka bukan sahabatku lagi. Karena suatu hal yang membuat seseorang yang sangat kusayangi kecewa pada diriku. Bersabarlah, kau akan mengetahui semuanya. Di sini, semua rahasia akan terbongkar dan semuanya akan memiliki alasannya masing-masing.

Okay, sekarang mari kita kembali ke topik pembicaraan. Di salah satu meja ada sekelompok perempuan. Ya seperti yang kau tahu, para perempuan di jaman sekarang sangat senang untuk berkelompok dan dalam kelompok tersebut, mereka seperti wajib untuk mempunyai seorang ketua. Jadi coba kau bayangkan, saat mereka sedang jalan-jalan bersama apa yang akan terjadi? Dari apa yang aku bayangkan, sang ketua akan jalan di depan mereka dengan penuh gaya, gayanya mereka masing-masing, dan yang lainnya mengikuti sang ketua di belakangnya seperti ajudan-ajudan milik sang ketua, dan kalau suatu saat sang ketua membutuhkan sesuatu, mereka akan siap sedia untuk membantunya. Mungkin para ajudan tersebut tak menyadari betapa menyedihkannya mereka di mata orang lain. Karena mereka begitu setia pada ketua mereka.

Kelompok tersebut tak kalah tenarnya dengan kelompok-kelompok lain yang ada di sekolahku ini. Kelompok tersebut di ketuai oleh seorang perempuan yang kecantikannya bisa dianggap di atas rata-rata walaupun hanya para laki-laki yang dijuluki kutu buku yang menyukainya, tapi lidahnya dapat setajam pisau yang baru diasah, dia bernama Melissa Fryen, kelompoknya terdiri dari 5 orang, dan semua anggotanya perempuan. Mereka mungkin sedang membicarakan seseorang. Bisa jadi orang tersebut adalah laki-laki atau perempuan. Hanya Tuhan dan mereka dan orang-orang yang mereka bocorkan rahasia tersebut yang tahu. Sudah biasa, bagi mereka gosip adalah makanan mereka sehari-hari.

Setelah itu mataku menatap meja yang kosong yang persis berada di depan mejaku. Meja di mana aku suka menghabiskan waktu istirahatku bersama seseorang yang dapat membuatku lupa akan apa yang sedang terjadi. Aku dapat membayangkan diriku dan dirinya duduk berhadap-hadapan sambil menghabiskan makanan apapun yang ada di hadapan kami. Kami tertawa bersama, mendengarkan cerita satu sama lain, dan masih banyak lagi hal-hal yang tak dapat kugambarkan dengan kata-kata dan memang memori itu terlalu banyak, tak dapat kukatakan satu-satu. Tapi satu hal yang pasti, apa pun yang sedang kita lakukan di meja itu, akan selalu berakhir pada saat bel tanda istirahat berakhir berbunyi. Seperti saat ini, bayangan diriku dan dirinya berakhir dan menghilang pada saat bel berbunyi. Aku harus masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Terkadang memang ada hal yang sangat kau benci berubah dengan begitu saja menjadi suatu hal yang kau suka, karena sesuatu hal. Aku memang benci pelajaran bahasa. Mau bahasa apa pun itu. Karena pelajaran bahasa adalah pelajaran yang sangat membosankan. Kupikir, dalam pelajaran bahasa, seharusnya kita diajarkan bagaimana membuat sebuah karangan yang bagus dengan bahasa tersebut. Tapi kenyataannya, yang diajarkan adalah hanya berbagai hal yang tak berguna kalau kau ingin menjadi seorang penulis.

Ternyata hari ini, mereka menyuruh anak-anak untuk membuat sebuah karangan bebas yang menurutku itu adalah sebuah hal yang luar biasa. Bagi kebanyakan orang, mereka benci mengarang. Karena bisa jadi daya imajinasi mereka sangat rendah atau mungkin mereka tak dapat menyusun kata-kata dengan baik. Sepertinya kalau untuk alasan yang kedua, sudah tak usah dipertanyakan lagi. Karena guru-guru tak mengajarkan para muridnya untuk menyusun kata-kata dengan baik atau membuat karangan dengan baik.

Karanganku yang kali ini berjudul 'Mudah Sekali Bukan?' Yang sengaja kubuat untuk menyindir siapa pun yang baca. Kubuka karanganku dengan kalimat 'Mengapa dunia ini begitu kejam?' Kalimat yang sangat pas untuk membuat si pembaca langsung merenung walaupun ini baru kalimat pertama yang dia baca. Memang untuk karangan kali ini, aku ingin membuat si pembaca merenung dan berpikir dengan keras. Tapi lebih tepatnya, saat ini aku ingin mencurahkan isi hatiku yang sudah tak dapat kubendung lagi.

Ada banyak perasaan yang tercampur aduk di dalam hatiku sekarang. Aku marah, entah marah karena apa. Kemungkinan besar aku marah karena aku melihat keadaan duniaku sendiri yang entah sudah menjadi apa, aku tak dapat menggambarkannya dengan kata-kata. Kata apa yang pas untuk menggambarkan situasi yang seperti ini? Kata apa yang pas untuk menggantikan kata 'rusak'? Karena yang kumaksudkan adalah sebuah kata yang lebih parah dari kata 'rusak'. Kalau kita jadikan kata 'rusak' tersebut menjadi 'sangat rusak' atau 'rusak parah', sepertinya keadaan dunia ini lebih parah dan tidak cocok untuk digambarkan dengan 2 gabungan kata tersebut. Apakah kau dapat apa yang kumaksud? Kalau tidak pun, berarti aku gagal memeberitahumu apa yang kumaksud. Gagal membertitahumu apa yang ada di hati kecilku.

So, selanjutnya aku merasakan rasa sedih yang sangat dalam, mungkin rasa sedih tersebut hingga menggores hatiku dan pada akhirnya berubah menjadi rasa pedih. Bisakah kau bayangkan? Bayangkan betapa pedihnya bahwa tak ada yang peduli pada saat kepergian seseorang yang sangat kau sayangi, bahkan untuk menumpahkan air mata mereka dan mengenang kepergian salah satu teman mereka saja mereka tak rela. Aku sangat meragukan kehadiran mereka nanti. Apakah mereka akan datang? Apakah kau akan datang? Sebenarnya pertanyaan yang lebih tepat adalah 'Apakah kau akan merelakan waktumu untuk datang sedangkan kau tahu kalau kau bisa menghabiskan waktumu dengan bersenang-senang? Apakah itu benar?' Tapi siapa yang tau isi hati orang bukan? Ya, aku memang mengkehendaki kalimat tadi menjadi kalimat sarkasme. Apakah itu berfungsi? Kuharap itu berfungsi.

Sebenarnya masih ada banyak perasaan yang tak dapat kusebutkan hanya dengan kata-kata. Jadi bersabarlah, seperti yang telah kukatakan tadi. Karena aku tak akan menggambarkan perasaanku hanya dengan kata-kataku. Tapi aku akan benar-benar menggambarkannya. Aku berjanji kalau nanti, kau akan merasakan apa yang kurasakan. Mungkin kau tak mengerti apa yang kumaksud. Tak perlu berpikir keras. Jadi carilah posisi duduk yang sangat nyaman dan siapkanlah beberapa makanan ringan. Karena kau akan sedikit menguras tenagamu, walaupun hanya untuk berpikir. Tapi akan kudoakan, agar kau tak begitu terpengaruh.

Sorry... This Is The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang