THE WINNER IS THE ONE WHO LOSE (PART 2)

48 7 0
                                    

William Dexter pemain basket di sekolahku, tentu saja sebagai seorang pemain basket, tubuhnya sangat tinggi dan berotot.

Will : Hey

William mengirim pesan padanya saat pelajaran Ms.Laurel yang terkenal dengan kegalakannya.

Her : Apa? Kau tahu kan kita tidak diperbolehkan menggunakan HP saat pelajaran ini?

Dia melirik ke arah William yang duduk di sebelahnya.

Will : Want to play dare?

Her : Sekarang?

Will : Yepp...

Dia tersenyum.

Her : Okay

Will : Aku duluan

Her : I dare you to ask permission from Ms.Laurel and go to the parking lot and shout her name as loud as you can

William mengangkat tangannya dan berkata, "Ms can I go to the restroom?"

"Yes, you can."

William berdiri dan meninggalkan ruang kelas. Dirinya hanya bisa menahan ketawanya dan merasa takjub dengan William yang berani melakukan tantangan yang diberikannya. Dirinya masih tak percaya dengan apa yang dilakukan William. Beberapa detik kemudian ada yang meneriaki nama Ms. Laurel, semuanya berhenti melakukan apa pun. Ms. Laurel pun berhenti mengajar. Para murid tertawa puas. Dirinya pun hanya bisa tertawa. Tapi William tak kembali ke dalam ruang kelas setelah itu. Hpnya berbunyi dan ada pesan yang masuk.

Will : Done.

Senyumnya mengembang. Lalu pesan selanjutnya masuk.

Will : Maaf aku tak dapat kembali ke dalam kelas, aku ketahuan. Sekarang aku sedang duduk di dalam ruang konseling. Sekarang giliranmu. Aku tantang dirimu untuk mengangkat telepon yang masuk dariku di depan Ms. Laurel

Her : What? No!

Sebelum sempat dia mematikan notifikasi HPnya, panggilan dari William sudah masuk terlebih dahulu.

"Shit!" umpatnya. "Halo? Ya? Dari siapa ya?" jawabnya.

"Ms, kau tahu peraturannya bukan kalau kau tak boleh menggunakan HP saat pelajaran saya?"

"Maaf, aku sedang tidak dapat mengobrol dengan dirimu, Will. Bagaimana kabarmu di ruang konseling?"

"Ms! Tutup teleponnya sekarang!"

Dan pada akhirnya Kent dan dirinya berada di ruang konseling yang sama.

"Wow, kau membuatku takjub. Aku kira kau tak senekat itu." kata William yang sedang duduk di sebelahnya.

"Oh ayolah, diriku yang selama ini kau lihat bukanlah diriku."

"Ya, aku percaya kalau itu benar. Kukira kau pediam, kutu buku, dan semacamnya."

Tawanya meledak dan saat itu juga pintu terbuka. Seketika keduanya menjadi diam.

"Mr. Dexter dan Ms, kau yang waktu itu mematahkan hidung salah satu siswi di sini dan setelah itu ikut dalam perkelahian."

Dirinya menunduk, tak berani menatap guru konseling itu, dan tak menjawab apa pun. William yang duduk di sebelahnya hanya bisa menatapnya dengan rasa kasihan.

"Mari kita lihat ulah apa yang kalian lakukan. Mr.Dexter kau berteriak di tengah lapangan pada saat jam pelajaran berlangsung dan kau menerima telepon pada saat pelajaran Ms.Laurel. Aku tak tahu apakah kalian sebodoh itukah?"

Sorry... This Is The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang