chapter 3

1K 67 0
                                    

Sakura menjerit dan meremas kaus Sasuke, membiarkan grafitasi menariknya ketanah dan berguling-guling didalam pelukan Sasuke. Ia meringis, menempelkan kepalanya kedalam dada bidang Sasuke dan membiarkan pemuda itu merengkuhnya dari kobaran api yang memanas.
"Jangan bergerak." bisik Sasuke kepada Sakura yang tertelungkup dibawahnya. Pemuda itu tampak bangun perlahan-lahan, mengabaikan jeritan para pengunjung restaurant yang lain lalu mengedarkan pandang mencari keberadaan Gaara. Dengan simple-nya Sasuke berjalan diantara api tanpa merasakan panas disekitarnya.
Brak!
"Shit!" Sasuke memutar badan dan merasakan tangan Gaara meluncur kearahnya, dan dari telapak tangan pemuda Sabaku itu keluar api, bergerak cekatan dan menghanguskan Sasuke dalam kobaran api biru menyala-nyala.
"Sasuke!" Sakura memekik, melihat apa yang terjadi didepannya dengan tidak percaya.
Saat api dari tangan Gaara sudah hilang, Sasuke muncul utuh dan melayangkan pukulan tangannya kepada Gaara lantas menarik Sakura. Sasuke membawa gadis itu dalam gendongannya dan berjalan cepat menjauhi Gaara dan keluar dari kobaran api. Sakura mengalungkan tangannya dileher Sasuke, lantas menenggelamkan kepalanya ketakutan diceruk leher pemuda itu. Sasuke menggendong tubuh mungil Sakura dengan cara yang sama ia menggendong anak usia 3 tahun.
Sasuke berjalan sembari merengkuh Sakura dalam dekapan dadanya berharap gadisnya itu tidak terkena api. Sementara Sakura merasakan kakinya terbakar, dan entah bagaimana bisa ia berfikir andai saja ia berada didalam apartemennya, mengobati luka dan rasa shocknya.
Sekeliling Sasuke mendadak berputar cepat dan membuat keduanya limbung. Ketika Sasuke mengerjapkan matanya masih dengan Sakura yang menelungkup didadanya, ia sadar mereka sudah berpindah tempat.
Disebuah ruangan dengan sofa warna salem dan penataan interior yang menawan.
.
.
"Sakura, apa ini karena mu?" Sasuke menurunkan Sakura yang masih meringis ketakutan di sofa apartemen gadis itu. "Kau mendapatkan kekuatanmu!"
"Hah?" Sakura ikut mengedarkan pandang, terperanjat saat sadar ia sudah duduk sofa apartemennya yang nyaman, "Benarkah?"
"Kau memiliki kekuatan teleportasi." Sasuke duduk disamping Sakura, "Hari ini kita menemukan kekuatan kita."
"Benarkah?" Sakura tercengang. Dan mengamati Sasuke yang secuilpun tak memiliki luka bakar, "Bagaimana kau bisa lolos dari Gaara-kun tadi?"
"Berhentilah memanggil musuh kita dengan embel-embel kun, baka." sungut Sasuke, ia tak perlu membuang tenaga karena Sakura merasa kali ini pemuda itu benar. "Entahlah, aku merasa baik-baik saja didalam api, bahkan tak merasa panas."
"Kau.. tahan api!" Sakura berdecak, "Dan kekuatanmu sama seperti Gaara?"
"Kalau iya aku hanya tahan api, kekuatanku lebih lemah dari Gaara dan semua anak-anak Woaret." jawab Sasuke, "Anak-anak Woaret memiliki kemampuan yang sama satu antara lain, yaitu pengendalian elemen api."
"Darimana kau tahu?"
"Memangnya kau diam saja saat Hathor mendatangimu semalam?" cecar Sasuke, "Aku banyak bertanya kepada Anubis semalam. Apa jangan-jangan kau hanya diam dan tertegun saat dewi-mu itu datang?"
"Darimana kau tahu?"
"Jadi benar?" Sasuke tertawa.
"Diamlah." Sakura memukul perut Sasuke dengan segala kekuatannya. Dan ia tersenyum puas karena setidaknya tubuh Sasuke bergetar sedikit. Sakura bangun, mendekati kotak P3K dan mengambil balsem khusus obat bakar karena kaki kanannya tepat diatas simbol ankh melepuh.
Sakura baru hendak mengoleskan dikakinya saat Sasuke menggendongnya lagi, kini bukan seperti menggendong balita namun gaya bridal style. Dibawanya gadis musim semi yang tertegun itu kedapur, mendudukkan Sakura di pantry lantas mengolesi luka bakar gadis itu.
"Apa yang-"
"Diam." Sasuke menyela protesan Sakura. Gadis itu memilih menutup mulutnya, mengamati pemuda rupawan itu sibuk mengolesi lepuhan kakinya. Diam-diam Sakura menahan keinginan untuk menyentuh rambut dongker Sasuke, menyusuri garis wajahnya hingga kerahang yang tegas itu, lalu mencecap rasa bibir Sasuke.
Astaga.
Sakura menjitak kepalanya sendiri. Berdekatan dengan Sasuke membuatnya ikut berfikir mesum!
"Sudah!" ucapan Sasuke membuat Sakura tersadar. Pemuda itu berjalan melewati Sakura yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri kearah kulkas, mencari-cari sesuatu yang bisa dimakannya sebelum mengambil sekeranjang tomat dan ia gigit satu persatu dengan lahap.
"Em, Sasuke. Motormu bagaimana?" tanya Sakura, sedikit risih melihat persediaan tomatnya hampir berpindah keperut Sasuke. Dengan acuhnya, Sasuke mengedikkan bahu.
"Biar saja."
Sakura mangut-mangut, lalu berdeham. Suasana canggung. "Em, Sasuke.."
"Hn."
"Arigatou." Sakura menunduk, "Sudah menyelamatkanku tadi."
Sasuke melihat ada rona merah menyala dipipi Sakura walau gadis itu berusaha menutupinya.
"Tak masalah." jawab Sasuke sambil mendekati Sakura, meletakkan tangan besarnya diantara pinggir meja pantry tempat Sakura duduk, "Kita satu tim, bukan?"
"Eh?" Sakura mengangkat muka, dan merasakan tubuhnya melemas saat sadar jaraknya dengan wajah Sasuke tak sampai 5 senti. Ia sadar kemana arah pembicaraan Sasuke, lalu mengangguk.
Dan entah bagaimana mulanya, bibir Sasuke dan bibib Sakura sudah saling memagut dan mengulum dengan lembut. Untuk Sasuke, ini adalah kali pertama ia mencium seseorang sembari membawa perasaannya!
Sasuke memeluk pinggang Sakura protektif, merapatkan ketubuhnya sementara tangan Sakura menarik tengkuk Sasuke sebagai isyarat memperdalam ciuman mereka. Saat mendengar Sasuke berbisik 'Sakura' dengan amat pelan disela-sela aktivitas itu, kesadaran Sakura menghantamnya bersamaan dengan bayangan Hathor yang memperingatkan agar tak ada hubungan apa-apa antara dirinya dengan Sasuke.
Disentaknya tubuh Sasuke menjauh dengan kekuatan penuh dan Sakura berjalan menuju ruang duduk tak mempedulikan tatapan kecewa dan penuh tanya dari Sasuke.
.
.
"Jadi, anak-anak Woaret sudah berkeliaran?" Sasori memandang Sakura yang baru saja menyelesaikan ucapannya. Didepannya. Hinata menatap luka melepuj dikakinya dengan prihatin.
Sakura mengangguk.
"Dan kalian sudah menemukan kekuatan kalian?" Naruto menatap Sasuke, lantas mengeluarkan korek dan mendekatkannya kepada tangan Sasuke. Pemuda raven itu menjauhkan tangannya dengan kesal, berusaha mengusap-usap rasa panas supaya hilang sebelum memukul Naruto.
"Kurasa kekuatan itu baru muncul saat ada bahaya." Sakura mengeluarkan hipotesisnya, "Tidak bisa muncul sesuka hati. Atau kita kendalikan, mungkin itu alasan Amon mengumpulkan kita setelah sebulan ini."
"Begitu ya, Sakura-chan." Naruto mendesah frustasi, "Aku penasaran apa kekuatanku."
Ucapan Naruto membuat hening menggagap. Sakura memilih bangun, lantas berjalan menjauhi kumpulan teman-temannya dibelakang gedung Fakultas Sastra Inggris, "Sudah ya aku pergi dulu, ada kelas Desain ruang. Kita bertemu lagi besok disini." Sakura langsung pergi dan tak peduli teman-temannya menatapnya bingung sebelum memilih bubar.
Sakura sendiri langsung melebarkan langkah karena takut jika Sasuke kembali mendekatinya. Kejadian kemarin sudah cukup, Sakura tak bisa main-main lagi apalagi jika ini menyangkut soal masa depan yang Sakura anggap sangat tidak rasional dan mengerikan. Tidak mungkin Sakura hanya menganggap ucapan Hathor sebagai angin lalu!
"Sakura, berhenti." Sasuke mencekal lengan Sakura. Dan seperti biasanya, kekuatan Anubis yang besar pada diri pemuda itu menghentikan langkah kaki Sakura secara paksa.
"Aku ada kuliah, Sasuke. Lepaskan."
"Bohong, kau bebas sehabis ini." Sakura tertegun saat tahu Sasuke mencium kebohongannya, "Berhenti menjauhiku, Sakura."
"Ck, berhentilah menggangguku!"
"Aku tahu pasti kau terpengaruh soal hubungan Hathor dan Anubis sehingga kau menjauhiku!" Sasuke menarik Sakura hingga mereka sejajar berhadapan, "Persetan dengan itu!"
"Tidak bisa!" Sakura membentak, "Aku diciptakan untuk Sasori-kun! Jadi diantara kita, tak ada garis takdir selain kebencian! Jadi berhentilah mendekatiku, atau kau akan membuat 6 dewa utama murka!"
"Siapa yang peduli?" geram Sasuke, "Salahkan mengapa aku harus menjadi titisan Anubis! Bukan Horus!"
"Ini tak ada akhirnya," Sakura menyerah, "Jadi apa yang kau mau?"
"Jangan menjauh dariku."
"Baik." Sakura mengangguk lemah, walau dalam hati ia tidak mengiyakan, "Sekarang lepaskan tanganmu dariku."
Sasuke melepaskan tangan Sakura, lalu mensejajarkan langkahnya dengan gadis Haruno itu. Sakura baru hendak berjalan ketika ponselnya berdering dari dalam tas.
"Halo.."
"..."
"Oh, aku tidak apa-apa, tou-san. Hanya sedikit lelah. Iya, mengapa menelpon?"
"..."
"Gomen, aku masih kuliah. Sudah selesai, sih. Tou-san tunggu saja didepan apartemenku, ini sedang mau pulang." Sakura melirik Sasuke, namun diam saja dan fokus dengan telepon.
"..."
"Baik. Nanti aku belikan sanma shioyaki dan yakiniku. Ramen juga? Aa, baiklah tou-san."
"..."
"Iya, konbanwa otou-san."
Klik.
"Siapa?"
"Tou-san." jawab Sakura tanpa menoleh, "Aku harus pulang, tou-san baru sampai dan jangan sampai ia lama menunggu."
"Ayo, kuantar."
Sakura mengernyit, "Naik apa? Motormu kan sudah hangus terbakar."
Sasuke tak menjawab, hanya mengerling Sakura dengan wajah datar.
.
.
"Tou-san, sudah lama menunggu, ya?" Sakura memeluk seorang pria tua dengan topi bundar hitam dan jas belel didepan apartemennya, "Gomen, mari masuk."
Haruno Kizashi menatap pemuda pemuda tinggi tampan yang menenteng bungkusan makanan dikedua tangannya, "Siapa ini, Sakura?"
"Oh kenalkan tou-san, Uchiha Sasuke." Jawab Sakura sambil menunjuk Sasuke. "Teman kuliah."
Kizashi menerima uluran tangan Sasuke dan melihat pemuda itu membungkukan badannya. "Oh, mari masuk.."
"Kok tou-san sudah pulang?" ketiganya duduk di sofa apartemen Sakura setelah Sakura membawakan tiga cangkir teh hijau dari dapur, "Ekspedisinya sudah selesai?"
"Belum sih, tapi tou-san rindu padamu." jawab Kizashi, "Tou-san memilih melanjutkan penelitian di Jepang."
"Apa yang tou-san temukan disana?"
Kizashi hanya menggeleng lemah, "Sebuah papyrus yang ditemukan di Asyuth."
"Asyuth? Tempat pemujaan Wosret?" Wosret, adalah nama lain dari Woaret sebelum dewi penjaga itu melakukan kesalahan. Sasuke bergeming saat mendengar kedua Haruno itu berbicara yang membingungkan.
"Gomen, paman. Paman bekerja sebagai apa?"
"Oh, aku arkeolog." sahut Kizashi bangga, "Aku meneliti piramid dan spinx di Mesir."
Sasuke membulatkan mata tak percaya, "Mesir?"
"Iya, mengapa?"
"Apa ini ada hubungannya dengan Sakura titis-, akhh!" Sasuke menggerutu saat Sakura menginjak kakinya.
Sakura berbisik, "Diamlah."
"Apa? Titis apa?"
"Tidak ada, tou-san. Sasuke suka melantur." Sakura bangun dari duduknya, "Sudah terlalu malam, sebaiknya Sasuke pulang dan tou-san memakan sanma shioyaki dan yakiniku didapur yang sudah kubelikan."
Sakura setengah menyeret Sasuke keluar apartemennya, "Jangan sampai tou-san tahu soal ini!"
"Mengapa?" tanya Sasuke bingung.
"Pokoknya jangan. Sudah sana pulang!" usir Sakura.
"Mana ucapan terimakasihnya?" Sasuke menatap Sakura yang berdiri dengan sebal didepan pintu.
"Jangan harap!"
"Sama-sama." kata Sasuke, lalu mengecup kening Sakura lalu berbalik dan berjalan pergi. Sementara Sakura, hanya membeku dengan pipi semerah tomat.
Sial!
=====to be continue=======

Its This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang