Sakura berjalan perlahan, membawa Sarada yang tengah bersembunyi ketakutan dalam pelukan Kizashi, bahkan ayah Sakura yang bekerja sebagai arkeolog itu hanya termangu-mangu ketika menyaksikan dewa-dewa yang menjadi subjek penelitiannya muncul dengan begitu mengenyakkan, sekaligus menimbulkan aneka pertanyaan.
"Aku membawa ramuan dari titisan dewa Ra." Sakura menghela nafas, mengangkat tinggi-tinggi botol terakota itu lantas menunjuk putrinya, "Aku akan memusnahkan kesucian Renaissance dalam tubuh Sarada."
Sakura berjongkok, menangkup pipi Sarada dan berbisik pelan, "Sarada harus minum ini."
"Ini apa, mama?"
Sakura tersenyum, "Ini akan membebaskan baik Sarada dan papa dari segala masalah."
Sarada mengangguk, menerima uluran tangan ibunya dan baru membuka botol itu ketika Sakura menahan lengannya lagi. Wanita musim semi itu kini berwajah pucat, ia menyapukan jemarinya yang lentik.ke wajah Sarada.
"Siapa orang yang paling Sarada sayang?"
Gadis kecil itu mengernyit, lantas menjawab lantang, "Mama."
"Mama?" Suara Sakura seperti tercekik. Saat itulah mata emeraldnya beradu dengan obsidian tajam yang meniliknya lembut di belakang tubuh mungil putrinya, "Kalau papa?"
"Sarada juga sayang." Sarada tersenyum, "Tetapi Sarada menyayangi mama berkali-kali lipat. Mama orang yang paling Sarada sayang di dunia."
"Baik, sekarang minum." Sahut Sakura, mati-matian menghilangkan getar dan air mata yang membendung. Sarada mengangguk, lantas meminum ramuan Pain hingga tandas. Dan saat itulah, langit berubah menjadi gelap.
Dewa Ra. Dewa Ra turun!
Laki-laki dengan cakram matahari dan mahkota tanduk itu berdiri di antara 6 dewa utama, mata dewa yang menguasai surya itu begitu terang, teduh, namun ber-riak dengan bersamaan.
"Biarkan dia." Ra, adalah dewa tertua-, bahkan 6 dewa utama menghormatinya sebagaimana mereka menghormati Amon karena Ra adalah adik Amon, Raja para dewa. Dewa itu membawa kedudukan matahari, pusat tata surya, dan menunjukkan posisinya yang sangat penting.
"Kesuciannya akan hilang." Lanjut Dewa Ra, ia menatap Sakura yang berdiri dengan tubuh bergetar, "Tetapi kau telah banyak menentang takdir, Hathor. Kau titisan yang memutus nasib dengan naunganmu sendiri. Dan itu patut dihukum. Kau layak bersama Anubis, tetapi tidak dalam dunia ini."
"Aku harus mati jika ingin Sarada tetap hidup." Jawab Sakura, menutupi rasa takutnya, "Itu yang dikatakan Pain."
"Benar, tetapi aku sudah melihat perjuanganmu dan bagaimana cinta yang sesungguhnya." Ra tersenyum, walau senyumnya tidak mencapai garis mata, "Dan aku memberimu pengampunan soal itu."
Detik selanjutnya, seberkas sinar dari cakram matahari itu melayang dan menghunus tepat di arah jantung Sakura. Gadis itu tercekat, tubuhnya meluruh seperti kain.
"Sakura!" Sasuke terhenyak, dia menopang tubuh istrinya dan mengayunkan perlahan-lahan. Tetapi wanita hanami itu membeku, kehangatan musim seminya hilang. Bahkan tak ada lagi nafas yang menghidupkannya.
"Sakura, bangun!" Sasuke tercekat, suaranya menjadi lebih tajam berkali-kali lipat. Ia menuding Ra dan 6 dewa utama, "Apa yang kau lakukan padanya!"
Ra tertawa, "Dia sudah mati, tetapi tidak akan masuk dalam kegelapan milik Anubis. Dengarkan aku, ini adalah pengampunan-"
"Pengampunan apa!!" Raung Sasuke, air matanya turun sembari memeluk Sakura lebih erat kedalam pelukannya. Seolah-olah meyakinkan Sakura-nya masih diam di sana. Tidak mati. Tidak kemana-mana.
"-Kalian akan terlahir lagi nanti, di suatu masa. Dan kalian hanya akan menjadi manusia biasa tanpa berhubungan lagi dengan para dewa." Ra tersenyum, "Saat itulah cinta kalian akan abadi, dengan syarat yakni kesetiaan."
"Aku hanya setia dengan cintaku kepadanya!" Kata Sasuke, tegas dan dalam. Lantas detik selanjutnya laki-laki itu menunduk, mengecup bibir istrinya yang dingin dan tidak merespon.
Ketika para dewa berpusar pergi, semua orang yang ada di situ menatap Sakura lama, lantas menghela nafas ketika melihat betapa terpukulnya Sasuke dan mata berkaca-kaca Sarada.
Wanita itu, sudah pergi. Meninggal. Membawa sejuta kepedihan yang belum berakhir. Harga yang sangat mahal untuk membuat seorang Uchiha Sarada tetap hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Its This Love
RomanceHingga usianya menginjak 18 tahun, hidup seorang Haruno Sakura masih berada ditahap yang normal dan biasa-biasa saja. Sedang kuliah difakultas Arsitektur, dan tinggal disebuah kota kecil bernama Konoha seorang diri. Ibunya sudah lama meninggal, seda...