chapter 12

1K 45 0
                                    

"Gadis itu hamil."
"Waak-, Sakura-chan hamil?"
"Ha... ha-mil?"
"Astaga bagaimana bisa?"
"Selamat Sasuke!"
"Mustahil." suara Shikamaru memecah euforia, "Kalian baru saja melakukannya dan Sakura hamil? Secara teoritis-, dan biologis tentunya, hal itu mustahil. Kehamilan hanya bisa dideteksi seminggu setelah berhubungan badan."
"Kau ini kenapa sih, Shika?" Naruto mendebat tidak suka, dengan suara keras. Tak peduli kalau sekarang mereka berada di rumah sakit, "Kita sedang tidak memerlukan otak jeniusmu itu."
"Kecuali kalau..." Shikamaru mengabaikan Naruto, memandang Sasuke nanar, "Kalian melakukannya tepat saat menyentuh air Renaissance?!"
"Memangnya kenapa dengan ini?" sahut Sasuke, tak kentara malu. "Kami melakukannya didalam mastaba Renaissance."
"Kau gila, Sasuke!" Shikamaru terkesiap, mencengkram bahu Sasuke dengan tatapan marah. "Bayi itu harus musnah! Segera! Sebelum para dewa mengetahuinya dan membunuh kita semua!"
"Kau menyuruhku membunuh anakku dan membahayakan Sakura?" Dengan sekali sentak, Sasuke mendorong Shikamaru menjauh, tak dipedulikannya Naruto dan Deidara yang berusaha memisahkan mereka, "Kau yang sinting!"
"Tidak," Shikamaru mendesis, "Dasar bodoh, Sakura juga. Bagaimana ia tidak mengetahui ini? Seharusnya kalian tak boleh menunjukkan cinta ketika menyentuh air Renaissance! Bayi yang dikandung Sakura pastilah perwujudan kekekalan, dan melambangkan pembelot dewa Ra! Anak itu akan membahayakan seluruh titisan! Dan mengapa aku baru ingat sekarang, bukan saat kalian melakukannya tadi di makam Cleopatra!"
Sasuke terpana mendengar ucapan Shikamaru yang pedas dan sinis, "Benarkah?"
Shikamaru mengangguk, "Orang yang telah meminum air Renaissance akan mandul, tak punya anak. Karena ada legenda mengatakan anak yang lahir dari rahim peminum air Renaissance, akan menggeser tahta Dewa Ra."
"La...lu," Hinata tercekat, memecah keheningan didepan kamar inap Sakura itu, "Ki-ta ha... harus ba-bagaimana?"
"Membunuh anak Sakura."
"Tak akan kubiarkan siapapun menyentuh anakku." desis Sasuke, mengancam, "Biarkan dia nyaman dirahim ibunya!"
"Atau..." Shikamaru tak terpengaruh intimidasi Sasuke, "Menancapkan mantra pelindung padanya dan jangan sampai ia tahu jati dirinya, karena hal itu bisa membuat para dewa marah besar."
.
.
Kemenangan para titisan 6 dewa utama atas anak-anak Woaret tampak tak bisa mengubah raut wajah mereka yang masih cemas dan kalut. Sasuke sendiri serasa hampir gila, ia tak habis pikir bagaimana masalah ini bisa datang karena tindakan bodoh tanpa kontrolnya terhadap Sakura.
Kali ini, jika memang para dewa tahu siapa yang Sakura kandung, berarti sama saja Sasuke melawan dewa yang menaungi tubuhnya sendiri, Anubis.
Karena ia telah menentang takdir.
Menghancurkan ikatan nasib yang seharusnya selalu membelenggu.
"Dia ingin bertemu denganmu." Sasori berucap ketika telah keluar dari tempat Sakura dirawat. Pemuda Akasuna itu tak repot-repot menyembunyikan nada sinis dan tak sukanya, bagaimana pun juga-, ia masih sangat menyukai Sakura dan takdirnya dengan takdir Dewa Horus belum berubah.
Sasuke melangkahkan kaki, memfokuskan diri hanya pada gadis bersurai jambu yang terbaring lemah diatas ranjang. Sakura. Gadisnya. Ibu yang mengandung anaknya. Segala-galanya bagis Uchiha muda itu.
"Bagaimana kabarmu?"
"Sasuke, aku-" Sakura tak membalas sapaan Sasuke, justru bangun dari posisi tidurnya dengan tubuh bergetar, "Tahu. Anak ini... hiks... Tidak, jangan bunuh anakku."
"Jangan menangis." Sasuke menarik Sakura dalam rengkuham dadanya, menenangkan dengan usapan dipunggung, "Shikamaru memberitahu mu?"
Sakura mengangguk.
"Jangan takut, percayalah aku akan menjaganya tetap aman." Sasuke menarik diri, menatap emerald Sakura yang berlinang air mata, "Kau percaya padaku?"
"Aku selalu percaya padamu," sahut gadis itu, "Tetapi ini beresiko, Sasuke. Kita bisa saja harus berhadapan dengan para dewa..."
Sasuke tak mengerti, maka ia hanya diam. Terselip tanya dalam hati, mengapa ia 'harus' begitu mempertahankan bayi dalam perut Sakura? Dan membahayakan dirinya dan semua teman-teman pria itu?
Sasuke tidak tahu. Ia hanya merasa, dalam tubuh bayi itu mengalir darahnya, bersama darah Sakura, bayi itu adalah bagian tubuhnya, serta bagian tubuh Sakura.
Sasuke mencintai Sakura, menyeluruh. Dan karena bayi itu memiliki darah dan daging Sakura, Sasuke juga akan mencintainya.
Ah, itu jawabannnya.
"Aku akan menjaganya," kata Sasuke, "Akan kupastikan anak kita aman."
Sasuke melanjutkan, "Walau harus ada perang yang akan kita lewati."
.
.
"Bagaimana kalau namanya Yuki?" Konan menunjuk langit, "Dia pasti lahir ketika salju pertama turun."
"Perkiraanku justru ketika musim semi akan dimulai." Shikamaru menguap bosan, "Aku tak pernah salah menghitung. Namai saja Haru."
"A-aku su... suka na-ma Mikayo."
Sakura menggigit apel dalam genggamannya. TAk peduli sama sekali ocehan Konan, Shikamaru, Naruto, maupun Hinata yang tengah mengusulkan nama bayinya. Sudah tujuh bulan, Sakura mengandung dan semuanya dilewati baik-baik saja.
Dalam tujuh bulan, banyak perubahan. Ia dan Sasuke berencana menikah setelah bayi perempuannya lahir, selain itu Shikamaru tengah berpacaran dengan Temari, penjaga perpustakaannya di Universitas-, menjawab mengapa setiap hari Shikamaru berkunjung ke Konoha University padahal ia tak kuliah disitu-, dan satu lagi, Hinata dan Naruto sudah menikah.
"Aku ingin nama depannya S, seperti namaku dan Sakura." usul Sasuke, "Ah, Sakura akhir-akhir ini hanya suka buah-buahan. Sakura, kau juga perlu makan ikan, atau daging sekali-kali."
"Sakura-chan juga hanya makan sayur," Naruto menambahkan, "Padahal dulu kan Sakura-chan nggak suka Salad."
Salad.
Sakura mengedikkan jari, "Aku tahu, bagaimana jika namanya Sarada?"
"APA?"
"I-tu a...gak a-aneh..."
"Harusnya Jus lebih bagus..."
"Tidak, tidak." Sakura cemberut, "Itu terdengar lucu, aku menyukainya. Sarada. Uchiha Sarada. Sasuke, kerenkah?"
"Tap-"
"Yeah, kurasa!" Neji yang dari tadi sibuk dengan ponsel menjawab pertanyaan Sakura, "Nama yang keren, Sakura-chan!"
"Kasihan sekali anak itu disamakan dengan kubis dan brokoli." celetuk Shikamaru, yang langsung menyesal ketika asbak lemparan Sakura menghantam kepalanya.
Satu ruangan itu tertawa, seperti akhir yang bahagia.
Namun siapa sangka, mimpi buruk itu sedang mengintai dari balik pintu.
===to be continue====

Its This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang