chapter 11

1K 43 1
                                    

"Mana yang lebih dahulu, Feniks, atau api yang menaunginya?"
"Feniks." Sasuke menjawab dengan segera, tetapi ketika langkah kakinya hendak menyentuh pelindung area itu, ia terlempar hingga menyentuh tembok. Mantra tak kasat mata itu semakin tebal, ketika jawaban yang dilontarkan adalah kesalahan.
Sasuke mendesis, bangkit dan mendekat kearah Sakura yang masih diam berpikir. "Kalau begitu jawabannya pasti api."
Mantra itu semakin menebal.
"Astaga, lalu jawabannya apa? Yang benar saj-"
"Lingkaran tak berujung." Sakura memotong ucapan Sasuke, dan seketika mantra pelindung itu musnah. Sakura tersenyum kecil, sementara Sasuke memandangnya tak percaya. "Kenapa?"
"Itu tidak ada dipilihannya. Astaga, Saku-, bagaimana kau melakukannya?"
"Itu pertanyaan filosofis. Api dan Feniks tak ada asal dan akhir. Seperti lingkaran, tak diketahui asal dan berhentinya. Kurasa itu sudah jelas, ya?"
"Aku tidak mengerti." Sasuke memilih mengikuti Sakura yang sudah berjalan membelah lorong. Pemuda itu memilih berjalan mendahuluinya, didepan Sakura dan berharap bisa melindunginya ketika ada sesuatu yang berbahaya didepan sana.
Diujung lorong itu, adalah sebuah pintu yang terbuat dari pecahan 6 puzzle sihir. Setiap bekasnya ada sebuah pertanyaan, yang jika terjawab akan menghilangkan puzzle hingga pintu terbuka.
"Datang ketika semua hal berakhir." Sasuke membaca pecahan puzzle yang paling besar. "Aku tahu, pasti jawabannya orang yang terlambat!"
Salah.
"Atau ketika ada wanita yang-"
"Kematian." Sakura memotong ucapan Sasuke lagi, dan kini membuat satu puzzle dipintu itu menghilang.
"Sakura kau jenius."
Sakura tersenyum, memandang Sasuke denfgan wajah memerah lantas membaca pecahan puzzle lainnya, "Hal paling jauh dalam hidup manusia..."
"Aku tahu!" Sasuke hampir tersedak, "Langit, atau kalau bukan itu, inti bumi!"
"Salah, jawabannya adalah masa lalu." jawab Sakura, dan pecahan puzzle itu terbuka lagi.
"Alfa dan Omega?"
"Kefanaan."
"Kejayaan yang jatuh?"
"Ra tenggelam dalam api."
"Strata tertinggi?"
"Matahari."
"Kematian paling mengerikan?"
"Biar aku yang menjawabnya!" Sasuke menyela melihat air muka Sakura, "Tertangkap Anubis."
Salah.
Sakura menghela nafas. Ia menarik tangan Sasuke dan menggenggamnya erat, "Perlawanan takdir dengan Renaissance."
.
.
Renaissance adalah sebuah mastaba dengan warna perak, dan berlubang besar yang terisi air dengan warna sama seperti penampungnya. Menurut apa yang Sakura baca, air itulah bagian terpenting dalam renaissance.
"Kau siap?" Sasuke meremas lengan Sakura. Gadis itu terhenyak, mengangguk kecil dan sebelum meminum air Renaissance, Sakura mendekat kepada Sasuke, lantas meletakkan lengannya dileher Sasuke, menarik kepala berambut raven itu mendekat, lalu menciumnya. Dalam, sesak, serta penuh kekhawatiran. Ciuman yang begitu halus, lembut, dan menggairahkan. Bibir Sakura membuka, membiarkan Sasuke mengabsen giginya satu persatu, mentransfer saliva. Dan gadis itu tahu, ini adalah ciuman paling tulus diantara mereka.
Sakura tidak sadar sejak kapan pakaiannya terlepas. Sejak kapan Sasuke berada diatas tubuhnya dan sama polosnya dengan dia. Sejak kapan tangan kekar itu menjelajahi tubuhnya dengan intim, dengan lembut, dan dengan begitu sensualnya sekaligus. Bibir Sasuke mencicipi dadanya, menggigiti leher dan lengan, memberi kesan bahwa gadis itu miliknya, tubuhnya hanya boleh menjadi lahan jajahan Sasuke. Hanya Uchiha itu seorang.
Bahkan semuanya masih serasa mimpi ketika Sasuke menyentuh tubuhnya yang paling intim, yang paling perawan. Ketika milik Sasuke menerobosnya, ketika tangannya yang kekar dan hangat menahan pinggulnya dan bibir mereka saling bertaut, Sakura menangis. Rasa sakit dan nikmat serta pasrah bercampur dengan kesadarannya yang tinggal seinchi lagi.
Ini gila.
Sakura melakukannya didalam makam Cleopatra dengan Sasuke.
"Aku mencintaimu, Sakura!" Sasuke berteriak ketika keduanya sama-sama lepas. Punggung pemuda itu bahkan penuh cakar dan gigitan Sasuke. Tapi ia tak menyesal, justru menyukainya.
"Selepas ini, tak akan ada yang bisa memisahkan kita. Aku mencintaimu, sangat." Sasuke mengangkat tubuh Sakura tanpa melepaskan persatuan tubuh mereka, dan dalam satu hentakan ia menceburkan dirinya dan Sakura yang berada dalam pelukannya dalam mastaba Renaissance itu. Sakura yang masih lemas dan hanyut dalam air matanya hanya memeluk erat tubuh Sasuke, membiarkan seluruh air keperakan Renaissance membasuh tubuh mereka.
Air itu, justru mereka gunakan untuk berendam, yang sebenarnya sudah bisa sangat berfungsi jikalau hanya diminum. Didalam air, Sasuke mencium Sakura, mendekatkan tubuh mereka lebih intim. Dan melakukannya sekali lagi.
"Aku..." Sakura merintih, "Juga mencintaimu, Sasuke..."
"Sang... Sangat! Akh!"
"Jangan berhenti, kumohon!"
"Aku akan lepas, Sasuke... Stop!"
"Shit!"
.
.
"Masukan didalam!"
"Lebih kencang! Pfff!"
"Oh nikmat Sasu...."
"Iya, jilat begitu! Hahaha!" Naruto membungkam mulutnya sendiri ketika ia dan Shikamaru mengintip Sasuke dan Sakura didalam mastaba Renaissance. Jelas saja hanya mereka berdua, lorong menuju Renaissance hanya mampu dilewati dua orang dan dengan kejeniusan Shikamaru, hanya mereka yang mampu melewatinya.
"Rasanya seperti disurga! Kau sempit sekali, Shika!" Naruto terkikik.
"Iyeks." Shikamaru membalas datar. "Jadi, kita harus bagaimana? SÜїta butuh dua orang itu untuk dimusnahkan."
"Ya sudah ayo kita panggil saja."
"Kau sinting?" Shikamaru menahan kepala Naruto yang sudah akan masuk. "Kita bisa menunggu acara mereka selesai."
"Tapi ini sudah ronde dua." Naruto mengedikkan bahu, ia berteriak. "Oi, Teme, Sakura-chan, cepat ya, kalian kelamaan tuh, kita harus hancurin prasastinya dulu!"
Sasuke dan Sakura tersentak, wajah keduanya nanar, sedangkan Shikamaru serasa ingin tidur selama-lamanya melihat kebodohan Narutio.
Ck, dasar bocah kyuubi.
.
.
Sakura tidak tahu kapan terakhir kalinya ia semalu ini. Setelah Sasuke dengan pedenya keluar dari dalam air tanpa baju dan memaksa Naruto serta Shimaru menunggu diluar, keduanya langsung keluar dari lorong penyimpanan Renaissance dan bergabung dengan semua orang ditempar prasasti SÜїta berada.
"Kalian lama sekali?" delik Sasori tidak suka.
"Ada yang baru saja mengalami incredible thing." sahut Shikamaru sambil menguap.
"Astaga... leher Sakura-chan kenapa?" Hinata dengan panik meraba bekas-bekas kecupan Sasuke dileher Sakura, "Ini-"
"Oh pantas kalian lama." Konan tertawa sinis, "Aku baru tahu diruangan itu ada kasur nya."
"Sudahlah. Ayo kita hancurkan prasastinya." Sakura mengalihkan pembicaraan, membuat Naruto, Hinata, Sasori, Shikamaru, Sasuke dan ia sendiri menempelkan telapak tangan masing-masing kebekas telapak tangan 6 dewa utama. Sinar berbeda spektrum keluar dari celah-celah jari mereka, lantas memunculkan keretakan, semakin lama semakin luas, lantas pecah dan musnah.
"Berhasil!"
Seketika makam itu runtuh, beberapa batu bata jatuh menghantam mereka. Sakura meminta mereka semua bergandengan tangan, sementara ia merapal mantra. Dan dengan kekuatan teleporternya, Sakura membawa semua titisan dewa itu ke tempat mereka bertemu pertama kali, dilingkaran ankh berlambang matahari.
Semuanya baik-baik saja, hingga mendadak langit pudar, warnanya hancur dan enam dewa utama turun, sedangkan ditempatnya, Sakura terjejak, dunianya hilang.
Lantas, gadis itu jatuh menubruk tanah.
Gelap, dan selepas itu Sakura tak tahu apakah ia masih hidup, atau sudah mati.
====to be continue======

Its This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang