Tentang Perasaan Kita

1.7K 352 21
                                    

⚠ Part ini berisi bagaimana perasaan masing-masing dari mereka. Maybe you will feel so boring. If you still want to read, i'm very appreciate you guys.⚠

vote dan comment juseyong!!




Aku kembali jatuh padamu.

Kang Daniel.

Nama yang Seongwu yakini menjadi pelindungnya untuk sekarang.

Seongwu selalu bersyukur Tuhan memberikan Daniel ke dalam lembaran hidupnya yang monoton. Sering ditinggal Bunda dan Ayah membuat Seongwu tumbuh menjadi pribadi yang suka menyendiri. Seongwu kecil hingga menginjak remaja, lingkup pertemananya hanya diisi Bi Inah sang asisten rumah tangga dan pak Jamal sang supir pribadi. Pancaran kebahagian itu kian meredup karena harus pindah dari satu kota ke kota yang lain. Yang mengharuskan Seongwu juga untuk pindah sekolah berkali-kali.

Saat itu di kelas sepuluh Bunda melihat kesayangannya memamerkan senyum begitu cerah, Bunda berkali-kali merasa terharu dan memanjatkan doa pada Tuhan. Berterimaksih kepada siapapun yang telah merubah Seongwu mereka.

Seakan tak ingin Bunda terlalu penasaran dengan sosok itu, Tuhan kembali memberinya kejutan. Seongwu pulang dengan seorang lelaki yang saat itu masih terlihat lucu dengan kacamata kotaknya. Mengenalkan sosok itu sebagai pacar.

Bunda akui, sosok itu terlihat tampan.

"Bun, kenalin! Namanya Daniel, hehe." Seongwu berkata begitu antusias. Sedangkan sosok yang Bunda tahu bernama Daniel itu meringsek maju mencium tangan bunda yang masih memegang selang pancuran.

"Daniel, tan-tante."

Bunda merasa gemas dengan sikap Daniel yang terlihat malu-malu. Sedangkan Seongwu malah mendorong bahu Daniel sampai cowok itu oleng ke depan. "Santai kenapa sih, Nyel. Kek sama siapa aja."

Santai-santai mbahmu. Batin Daniel.

"Ini Bunda kamu, wu." bisik Daniel disamping telinga Seongwu. "Iya, tau kok."

Senang rasanya bagi Seongwu tiap mendengar detak jantung Daniel yang memompa keras. Seirama dengannya.

Cepat dan begitu menyenangkan.

Seongwu sadar, Daniel telah mengorbankan begitu banyak hal untuknya.

Daniel tak pernah mengeluh kalau Seongwu tiba-tiba minta dipeluk malam-malam. Daniel juga selalu tersenyum walau tubuhnya lelah sehabis futsal. Dan Daniel akan memperlakukannya sangat nyaman walau diselingi guyonan yang membuat Seongwu kesal. Seperti sekarang,

"Niel, kalau kita putus gimana?" tanya Seongwu memasukkan kentang ke dalam mulut. Di lain sisi, Daniel malah menukikkan alisnya tinggi sebelum menjawab, "Ya udah, putus aja."

"Tapi, kita masih temenan'kan?"

"Enggak ah, males."

Seongwu membelakkan kaget, lalu tubuhnya merosot jatuh ke bawah. Matanya menatap Daniel dari kaki sofa. "Kok gitu sih?"

"Kalo jadi temen mah aku dah banyak, Uwu. Kalo kita putus berarti kita kemusuhan! Biar keren." Daniel menyombongkan diri dengan menatap Seongwu remeh.

"Mana ada kayak gitu?!"

Daniel tertawa kencang. "Haha... ada nih, aku contohnya."

Membuat Seongwu gemas mencubit paha Daniel bertubi-tubi.

"Jadi, nggak boleh?" balas Seongwu menggantung. Daniel yang terganggu lagi nonton Naruto belajar kagebunsin jadi mendecak. Tangannya menjulur memainkan pipi Seongwu dari atas sofa. "Ya berarti nggak boleh putus!"

"Iya, jangan putus. Nanti Daniel-nya Seongwu ilang."

Daniel menahan nafas. Untuk kesekian kalinya, detak jantung ini kian memacu cepat. Menggetarkan perasaan geli, menggelitik tubuhnya hingga ia malah menampar jidat Seongwu.

Seongwu melotot. "Kok ditampar?"

"Jijik, liatnya Wu."

Bohong. Daniel hanya tak kuat melihat pacarnya ini berlaku imut. Wajah kecil ini selalu membawa Daniel untuk mendekapnya erat. Melindunginya dari bahaya.

Mata ini, Daniel suka.

Tubuh ini, akan Daniel dekap selama mungkin.

Bibir tipis ini, jangan ditanya. Daniel betah menyapanya.

Entah untuk yang keberapa kali. Daniel jatuh pada sosok Seongwu. Sekeras apapun ia keluar, selalu ada hal manis yang menariknya kembali menyelami dunia Seongwu.

Yang sekarang telah menjadi dunianya juga.

"Wu, minta cium boleh?"

"Nggak!" tegas Seongwu. Lalu Daniel bangkit malah membuat Seongwu heran. "Mau kemana?"

"Mau datengin Jihoon. Minta cium."

"Jangan, ih!" cegah Seongwu. Lalu dia ikut bangkit berdiri di depan Daniel. Tangannya membingkai kedua pipi Daniel. Lalu naik untuk mengacak rambut pacarnya gemas hingga keduanya tertawa di depan tv yang masih menyala.

"Jadi, kapan?" Bibir itu bertemu, seakan menjawab pertanyaan Daniel tadi. Dalam pertemuan tanpa lumatan ini mereka tersenyum. Jari jemari Daniel membawa Seongwu yang semula memegang pipinya jadi saling berpegangan tangan.

Ah, jangan lupa. Mata mereka saling menyelami masing-masing. Mengobservasi satu sama lain. Masih dengan bibir Seongwu yang kini Daniel kecup gemas.

Jika kalian bertanya, apakah Daniel pernah bosan?



































Maka dengan senang hati, Daniel menjawab. Ya.

TBC

Ayo nabung, katanya para kesayangan kita datang lagi.

Ayo nabung, katanya para kesayangan kita datang lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE THINGS ABOUT USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang