Lelah, Bosan, Putus?

1.6K 363 19
                                    

Aku terpelatuq lihat viewersnya sampe 1.4k, terhura seqale bosquee...

Very very very matur nuhun... Ketchup basah doloe sini


Serius ini ketik langsung publish. Maafkeun gadanta gini :(

Here we go, ciiaaaaaqqqq

Wu.... please

Seongwu yang penuh kecerian dan gembira juga ada kalanya akan diam. Tak selamanya senyum hangatnya bisa hadir 24 jam dalam 7 hari. Seongwu akui ia memang manusia harus dimaki setiap hari karena kebodohannya. Entah itu lupa membawa buku, tersandung ataupun lainnya.

Ada kalanya Seongwu merasa lelah akan semuanya. Pelajaran yang terlalu lama, lalu dilanjut dengan les hingga malam. Setelah itu ia kembali duduk di meja mengerjakan tugasnya. Seongwu kira, lelahnya selama ini hanya karena tumpukan buku penuh tugas. Ia kira, selama ini lelahnya datang dari aktivitasnya yang tak pernah kunjung selesai. Seongwu tak pernah menyangka, rasa lelahnya ini juga bisa datang dari seseorang yang selalu ia ucapkan dalam doanya.

Kang Daniel.


Mungkin ia bisa memaklumi hilangnya Daniel beberapa hari ini karena jadwal ekskulnya yang akan bertanding. Seongwu juga masih bisa memaklumi, hilangnya Daniel karena sibuk main bersama Jaehwan dan Hyunbin. Seongwu memaklumi. Semua tentang Daniel akan selalu Seongwu maklumi.

"Gue rasa, kali ini lo nggak bisa memaklumi Daniel lagi, Wu." Minhyun menyedot es jeruknya pelan. Sedangkan Seongwu hanya tersenyum kecil sambil memainkan embun di gelas plastik es tehnya.

"Gak tau juga, Hyun. Hehe." Minhyun menatap nanar Seongwu dan juga sebuah kue kecil yang baru saja ia dan Seongwu beli dari toko sebelah. Sebuah kue begitu cantik, yang Seongwu beli dengan cara menabung begitu lama. Kue itu begitu indah dengan tulisan latin yang begitu apik,

Happy Anniversary Daniel

Sedangkan nama yang tertulis di atas kue indah itu malah asik bersenda gurau dengan cowok manis, imut, idaman para lelaki di sekolah mereka. Namanya Jihoon, yang digadang-gadang juga pernah menyukai Daniel.

Seongwu menopang pipinya di atas meja. Tatapannya masih sama, mengarah pada kedua sosok yang kembali tertawa di taman kota. Tak merasa kehadiran Seongwu yang memperhatikan mereka dari cafe terdekat.

"Wu," panggil Minhyun. Seongwu menoleh.

"Daniel nggak kamu putusin aja?"

Seongwu menggeleng.



















"Aku sayang banget sama dia, Hyun."

Minhyun berdecih, "Walau dia sekarang milih ketawa sama orang lain?"

"Kalo yang lo maksut, sayang adalah definisi dari bahagia liat Daniel ketawa sama orang lain. Maka lo adalah orang bego yang pernah gue temuin, Wu!"

Tangan yang masih memainkan embun itu ditarik Minhyun, lalu digengam pelan. Seongwu mendongak, matanya sayu. Sarat akan lelah. "Denger Wu, lo berhak bahagia. Kebahagian lo gak bersumber dari Daniel aja."

Seongwu mengangguk mengerti.

"Lo bisa lepasin Daniel sekarang," kata Minhyun pelan, "minimal lo bisa tampar dia sekarang, Wu."

Seongwu terkekeh mendengar nada ketus Minhyun. "Kalo lo lelah sama Daniel, lo bisa datang ke gue! Ngerti!"

Seongwu kembali menganguk.

"Kalo lo bosan sama Daniel, lo bisa bilang sama gue. Biar gue tapok wajah dia!"

Setelah itu senyum hangat Minhyun hadir. Membuat Seongwu bingung. Setelahnya Seongwu tersentak dengan apa yang Minhyun bilang.








"Gue baru sadar, gue nggak bisa ngehakimin Daniel seenaknya sendiri. Karena gue nggak semengerti lo yang notabennya pacar Daniel."






(づ ̄ ³ ̄)づ







Daniel bersandar pada dahan pintu. Ia menenggelamkan kepalanya pada lutut yang ia tekuk. Setelah beberapa saat ia kembali berdiri. Tak lelah untuk mengetuk pintu kayu itu, meminta pada seseorang di dalamnya untuk membuka.

"Wu..... buka ya." kata Daniel lembut. Tangan kanannya mengangkat sebuah plastik. "Liat nih, Daniel bawa pisang kesukaan Uwu."

Pintu itu masih tertutup.

Suara Daniel akhirnya bergetar, "Wu... please." katanya begitu lemah. "Maaf ya, Daniel lupa hari ini."

Oh sadar ternyata.

Pintu terbuka, menampilkan sosok cowok manis yang menunduk dalam. Ia terlihat putus asa, bibir bawahnya ia gigit begitu kencang. Membuat Daniel begitu khawatir, bagaimana jika bibir itu terluka. Usapan kecil itu mampir hingga Seongwu mau melepas gigitan.

"Yang namanya Danie itu jahat ya." kata Seongwu. Daniel yang merasa tersindir jadi menelan ludahnya begitu susah.

"Iya. Dia jahat!"

Seongwu terkekeh, lalu menyingkirkan jemari Daniel yang berada di pipi kanannya. "Masa tadi dia lupa, kalo hari ini dia ada acara penting sama pacarnya."

Daniel jadi terkekeh pelan, Seongwu mundur satu langkah. Lalu berkacak pinggang. "Menurut kamu kenapa dia sampai lupa?"

"Kalo menurut aku sih, dia sibuk sama gebetannya yang baru."

"Ah, ayang mah! Jangan marah atuh!" kata Daniel cepat sambil mendorong Seongwu masuk kembali ke dalam kamar.

"Apasih, minggir!" Daniel kembali terkekeh. Malah membawa kesayangannya itu ke atas kasur. Memeluk kesayanganya seperti guling. Menghiraukan plastik hitamnya yang terjatuh di depan pintu.

"Minggir! Sana sama Jihoon sana!"

Daniel diam, memilih menenggelamkan kepalanya pada leher Seongwu. Mencium sebanyak mungkin harum bedak bayi yang sering Seongwu pakai. "Cemburu ngomong." kata Daniel mencolek pipi gempil Seongwu.

"Nggak!"

"Iya."

"Nggak Daniel!"

"Oh gak papa, deket sama Jihoon?"

"Iya nggak papa kok," kata Seongwu santai. Ia memiringkan kepala, menatap balik mata Daniel yang kini juga memperhatikannya. "Kalo mau putus, silahkan deketin Jihoon-nya."

"AH AYANG MAH!"





Tbc

Sangat tidak elit sekali. Seminggu ini acu sibuk sama real life dan sakit yang mendera. Ciaaaaaqqqqqq

THE THINGS ABOUT USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang