♥Ramon "Chapter 24"♥

1.3K 94 23
                                    

➡➡➡➡➡

"MONDY!!!!

     Mendengar teriakan gadis yang ia cintai, Mondy langsung menoleh mencari asal suara. Dan saat itu matanya membelalak kaget karena merasakan sesuatu menembus perutnya.

      Raya sendiri tak kalah kaget. Ia terlambat sampai pada Mondy gara-gara high heels sialan itu.

      Tak lama setelah kejadian itu sirine polisi terdengar, anak-anak Klub WS langsung menahan semua geng Cobra sampai para polisi turun dan mengamankan mereka.

       Walau begitu, Raya belum bisa menggerakkan tubuhnya. Apalagi saat melihat darah yang telah merembes ke kemeja biru Mondy.

"Raya!!" seru keempat temannya dari arah belakang. Dan baru saat itulah Raya langsung tersadar.

"Mondy!!" Raya berlari ke arah Mondy yang terlihat sedang menahan sakit. Ia belum pingsan dan tentu saja belum meninggal.

"Ra...ya...sayang, kamu...kok..nangis sih??" Mondy berucap terbata-bata saat Raya sudah berlutut di sisinya dan menaruh kepalanya di pangkuan Raya.

"Mondy please... Kamu jangan banyak ngomong ya." ucap Raya sambil menahan air matanya.

"Ya ampun, Mondy.." orang tua Mondy yang baru menyusul keluar langsung kaget. Bahkan mamanya hampir limbung.

"Woy, angkat-angkat bawa ke mobil cepet.." Iyan langsung mengintrupsi teman-temannya untuk membawa Mondy.

      Raya langsung menyingkir membiarkan Mondy dibawa oleh teman-temannya.

"Ray, sabar ya. Gue yakin Mondy pasti kuat kok." Reva memeluk Raya dari samping, memberi ketenangan pada sahabatnya itu.

"Iya. Sekarang kita ke mobil aja, kita ikutin mobil yang bawa Mondy." Cindy dan lainnya langsung menuntun Raya ke mobil Raya.

       Sementara itu para keluarga juga ikut menyusul. Namun ada yang tidak ikut karena masih harus mengurusi acara yang tidak berjalan sangat lancar itu.

*****

        Raya duduk di kursi ruang tunggu sambil menunduk menahan tangis. Di kanan kirinya, keempat sahabatnya setia mendampingi.

"Kalau gue lebih cepet ke deket Mondy, pasti Mondy gak bakal kena tusuk gitu." sesal Raya dengan suara parau.

"Raya, jangan salahin diri lo sendiri dong. Gue tau ini berat buat lo, tapi gue yakin kok. Mondy pasti bakal sembuh." Melly mengusap punggung Raya menenangkan.

"Iya, Ray. Lagian kalo lo sampai di deket Mondy, terus malah lo yang kena kan sama aja bohong. Lo yang sakit, Mondy yang sedih. Mondy sakit, lo sedih. Kita semua ngerti kok perasaan lo.." ujar Reva.

"Tapi gue gak bisa tenang, dokter itu lama banget di dalem.." cemas Raya dan dia memutuskan untuk berdiri saja. Berdiri sambil mondar-mandir.

"Raya, kamu yang sabar dong. Tenangin diri kamu." mamanya langsung membawa Raya ke dalam dekapannya.

      Saat itulah air matanya tak bisa lagi ditahan. Raya menangis dalam pelukan mamanya.

"Ini semua salah Raya, Ma. Salah, raya." ucap Raya lirih.

"Gak, sayang gak. Kamu gak salah, kita semua gak salah. Ini cuma cobaan buat Mondy, dan mungkin juga buat kamu." balas mamanya.

"Iya, Ray. Kalau lo mau nyalahin orang, salahin noh si geng ular piton." ucap Iyan dengan kesal.

"Eehh lo jangan memperkeruh suasana dong." Haikal menoyor kepala Iyan sama kesalnya.

"Lagian mereka udah dibawa polisi kok. Jadi lo gak perlu nyalahin siapa-siapa, Yan." ucap Boy yang dari tadi paling tenang.

"Love Begins With From The Past" (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang