04. Tangan yang Saling Mengikat
Sejak kedatangan secara tiba-tiba yang dilakukan Bulan, Senja memilih untuk diam dan tidak banyak bicara. Ada banyak sekali pertanyaan yang berkeliaran di benaknya, namun gadis itu merasa ia tidak berhak untuk mengutarakannya pada Bulan.
Dan hingga detik ini, Senja belum juga mengetahui apa yang membuat Bulan datang kesini, pukul sepuluh malam pula. Setahu Senja, Bulan-nya tidak pernah menyukai klub malam ataupun tempat lain yang penuh hingar-bingar.
"Ada yang mau ke dance floor, nggak? Udah mulai rame, tuh." Tanya Willy.
"Gue mau!" Sahut Zoe semangat.
"Gue juga mau, ayo Al, Nan!" Sambung Kayla dan diikuti oleh anggukan semangat dari Nanda.
Alih-alih merespon sahabatnya, Senja malah menuangkan alkohol ke dalam gelasnya dan meminumnya perlahan. Gadis itu masih larut dalam pikirannya sendiri.
"Al? Ikut ke dance floor nggak?" Tanya Zoe sambil melambaikan telapak tangannya di depan wajah Senja.
Senja mendongak, "hah? Nggak ah, gue lagi pengen minum."
"Yahh. Terus masa lo sendirian disini?" Tanya Kayla dengan raut kecewa.
"Gapapa kali, udah biasa sendirian juga kok gue."
"Ya udah, gue nggak usah ke dance floor aja, gue mau nemenin Senja." Kata Nanda.
"Ngapain Nan? Nggak usah, gue gapapa," jawab Senja lagi, berusaha meyakinkan sahabatnya bahwa ia akan baik-baik saja.
"Gue juga gapapa kok kalo nggak ikut kesana, lagian-"
"Lo semua pergi aja, gue nggak ikut ke dance floor, kok. Senj-maksud gue Alle, bakal aman sama gue disini." Sela Bulan membuat Nanda mengibaskan kedua tangannya ke atas, tanda bahwa gadis itu tidak akan berdebat lebih lanjut.
"Wah! Lo harus hati-hati, Dem. Alle kalo mabuk kayak singa, galak!" Seru Verrel, ketua basket Pelita Harapan.
Senja yang keadaan hatinya belum membaik sejak percakapannya dengan Bulan tadi sore hanya melihat ke arah Verrel dengan tatapan malas dan berkata, "daripada bacot nggak jelas, mendingan lo pergi aja, deh. Udah ditungguin tuh sama yang lain."
Melihat reaksi Senja yang seperti itu malah membuat Verrel dan teman-temannya semakin tergelak. Senja yang kesal memang selalu menjadi hiburan di mata para lelaki itu.
"Ututututu, ngambek dong anaknya"
"Buruan cari permen!!"
"Gue ada permen!! Lo mau rasa apa, Al? Ada mint sama stroberi." Kata Willy sambil mengeluarkan 2 buah bungkusan foil dari dompetnya.
Mau tidak mau, Senja dan semua temannya pun tertawa melihat "permen" yang dibawa oleh Willy.
"Bangsat! Itu barang selalu ada di dompet lo? Hahahahahah! Nggak beres lo Wil!"
"Sinting! Ngapain lo bawa-bawa kondom di dompet? 2 biji lagi!"
Dan hinaan-hinaan yang ditujukan pada Willy pun semakin berkembang, sampai para remaja itu melupakan tujuan mereka untuk pergi ke dance floor.
"Lo semua kok nggak jadi ke dance floor?" Tanya Bulan.
"Oh iya, jadi lupa! Gara-gara Willy, sih. Segala ngeluarin kondom, nggak jelas banget. Ayo buruan! Udah makin penuh itu dance floor nya." Jawab Verrel seraya bangkit berdiri, diikuti oleh semua orang yang ada di meja tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan pada Senja
Teen FictionIni cerita tentang senja yang tidak pernah sempurna dan tidak pernah cukup baik, senja yang bertanya apa tujuan keberadaannya, senja yang membenci dirinya sendiri, senja yang membenci kehidupannya, senja yang membenci semesta. Ah, ini juga tentang...