01-Kesenangan Berakhir Mengenaskan

152 12 2
                                    

01.Kesenangan Berakhir Mengenaskan

Gedung Sekolah Menengah Atas Pelita Harapan sudah mulai sepi. Hampir semua murid telah meninggalkan gedung bercat putih gading ini, mengingat bel pulang sekolah yang sudah berdentang sejak 30 menit yang lalu.

Tapi tidak dengan Senja. Alih-alih pulang ke rumah, gadis dengan rambut keriting itu justru memasuki lapangan basket Pelita Harapan. Lapangan masih kosong, dan bagi Senja hal ini sangat aneh.

Tidak biasanya ruangan ini kosong, apalagi di hari Rabu yang notabene merupakan hari latihan rutin bagi tim basket putra.

"Yah, hari ini nggak ada latihan ya? Nggak bisa ngeliatin Bulan, dong?" Tanya Senja kecewa.

Setelah menimbang-nimbang antara pulang ke rumah lalu tidur atau duduk di tribun sambil mencari inspirasi untuk menulis, gadis ini akhirnya lebih memilih opsi kedua. Supaya lebih produktif, pikirnya.

Ia pun melangkahkan kakinya ke tengah tribun, tempat yang paling banyak dijamah sinar matahari, dan yang pasti tempat favorit Senja. Setelah duduk dan menemukan posisi yang tepat, gadis berambut keriting ini mengeluarkan buku dan pena favoritnya, lalu menggunakan kacamata bulatnya.

"Nah, kalau begini terus berarti gue makin produktif!" Gumamnya lagi sambil membuka bukunya dan mulai merangkai kata.

Menari bersama Surya

Aku kembali duduk disini.
Sendirian dan ditemani sang surya.
Aku pun mulai menari,
ditemani oleh surya pastinya.

Sebenarnya aku tidak pernah menari,
tapi kata mereka menari bersama surya itu menyenangkan.

Senja menengadah, memberi akses pada matahari untuk menyinari seluruh wajahnya. Rasa hangat langsung menjalar, membuat Senja merasakan hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Sambil memejamkan mata, Senja membiarkan pikirannya menari kesana kemari. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam, besok pagi, dan seterusnya.

Makin lama, pikiran gadis itu semakin liar. Ia mulai membayangkan pernikahannya, jumlah anak yang akan ia miliki, bahkan ia membayangkan kematiannya lengkap dengan bagaimana ia bisa meninggal.

Karena menyadari pikirannya sudah makin tidak sehat, Senja memutuskan untuk membuka matanya dan melanjutkan tulisannya.

Mereka benar.
Menari bersama surya memang menyenangkan.
Tapi bagiku, ini sama saja dengan bunuh diri.

Karena bagi Senja yang malang ini, semua hal menyenangkan selalu berakhir mengenaskan.
Kini aku hanya berharap,
agar kesenangan yang satu ini tidak berakhir mengenaskan.

Setelah menuliskan kalimat-kalimat sedih itu, Senja kembali menengadah. Kembali membiarkan pikirannya menari-nari dibawah sinar matahari.

"Brak!!"

Bulan pada SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang