Happy Reading :)Bukan, bukan karena ada orang lain. Nyatanya, Jimin tidak pernah dekat dengan orang lain. Hanya Jungkook, si kelinci kelebihan otot, dan ada satu lagi, Kim Taehyung, kekasih Jungkook.
Kelas berakhir, dan Jimin tahu ini waktunya ia untuk bergegas pulang. Diluar mendung, angin sudah bertiup kencang pertanda hujan turun sebentar lagi. Tidak, ia tidak akan menunggu Yoongi untuk menjemputnya. Ia pikir, ia bisa sendiri.
Sebenarnya, apartemen Jimin tidak jauh. Hanya saja, jika berjalan kaki itu membutuhkan waktu yang agak lama. Lantas ia menunggu di halte, rambutnya teracak akibat hembusan angin. Hoodienya semakin dieratkan, sumpah Jimin kedinginan. Hidungnya mulai memerah, matanya sayu. Dingin, dingin sekali.
Ada masa dimana Jimin menyukai hujan, tapi ia benci kehujanan. Maka saat ia turun dari bus, ia menggunakan tasnya untuk berlindung, berlari dari derasnya hujan.
Sayangnya, ia ceroboh. Jimin itu clumsy. Ia terlalu fokus menghindari air hujan, tidak memperhatikan tali sepatunya yang lepas. Ia tersandung, jatuh diatas genangan air. Menghela napas panjang, Jimin berdiri. Langkahnya gontai, sudah percuma. Ia kotor sekarang dan juga basah semua.
Entah mengapa ia menangis, tidak tahu alasannya. Tidak ada yang bisa menjelaskannya, termasuk dirinya.
"Bodoh, Park Jimin bodoh!" mengumpati dirinya sendiri, terisak.
"Jimin!"
"Taehyung?"
Taehyung berlari dengan payungnya, berusaha meraih Jimin. Membantunya hingga sampai apartemen.
"Maaf merepotkanmu, Taehyung."
"Kamu tidak merepotkanku, Jimin. Ini tugasku."
Mereka berdua berada di sofa, setelah membersihkan diri. Dua cangkir sari jahe jadi teman untuk menghangatkan diri.
"Kamu harus terbiasa membiarkanku sendiri, Tae. Aku sudah besar."
"Kamu memang sudah besar, tapi tidak dengan kecerobohanmu, Jim."
"Ngomong-ngomong, apa Jungkook tahu kamu disini, Taehyung?" jimin merasa bersalah. Seharusnya ia bertindak untuk lebih hati-hati. Ia tidak ingin merepotkan siapapun termasuk Taehyung. Seharusnya Taehyung menghabiskan waktunya bersama kekasihnya, namun ia mengacau.
Taehyung menggeleng. "Aku meninggalkannya di apartemen. Aku tahu kelasmu berakhir petang hari, aku yakin kamu juga lupa membawa payungmu. Aku juga tahu Yoongi Hyung tidak akan menjemputmu, dan yeah aku kesini."
"Taehyung, a-aku..."
"Jangan meminta maaf Jimin, aku tidak keberatan, pun itu sudah menjadi tanggung jawabku." Taehyung mengusak puncak kepala Jimin, ia tersenyum tulus sekali.
"TaeTae, terima kasih banyak."
"Apapun untukmu, Chim."
"Bagaimana Yoongi Hyung?"
"Umm?" dahinya mengkerut.
"Apa dia memperlakukanmu dengan baik? Apa kau bahagia"
"Dia memperlakukanku manis, sama sepertimu, Tae. Ya aku bahagia."
"Syukurlah."
Jimin bohong, Yoongi memang memperlakukannya dengan manis, namun Yoongi seakan merahasiakan sesuatu darinya. Entah, Jimin merasakan itu. Atau mungkin saja ia masih memikirkan kejadian tempo hari. Soal Yoongi dan Jungkook. Bukan berpikir buruk, hanya saja Jimin merasa hubungannya dengan Yoongi hanyalah perasaan yang samar, tidak jelas.
Jimin tidak mau menyebutnya jatuh cinta, karena ia takut rasa sakit akibat terjatuh-cintanya menjadikannya semakin sulit untuk membuka hati. Jimin tidak ingin perpisahan untuk yang kedua. Itu menyakitkan, dan seseorang seperti Jimin jelas membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menyembuhkannya.
Taehyung pamit pulang setelah memastikan Jimin baik-baik saja. Sejujurnya Jimin tidak mau sama sekali merepotkan Taehyung, Jimin tidak pernah memintanya untuk diperlakukan seperti ini. Tapi entah, Taehyung pasti selalu ada untuknya. Kadang ia merasa takut jika Jungkook akan salah paham, ia hanya ingin hubungan diantara semuanya baik-baik saja.
Semoga termasuk perasaannya pada Yoongi.
Yoongi
Jim, sudah tidur?Jimin
Belum Hyung, ada apa?Yoongi
Maaf tidak memberimu kabar hari ini, aku ada urusan dengan Hoseok. Kamu sudah makan?Jimin
Tidak apa Hyung, aku mengerti. Semoga urusanmu dilancarkan. Aku sudah. Kamu?Yoongi
Aku sudah, sedang apa?Jimin
Mengerjakan tugas, sebagian tugasku basah.Yoongi
Kau kehujanan?Jimin
Sedikit, hanya saat menuju apartemen dari halte.Telepon berdering, kekasihnya menelpon.
"Shit! Jimin, kenapa kau tidak menghubungiku atau setidaknya memintaku untuk menjemputmu, sayang?"
Sayang? Jimin tidak salah dengar? Tapi kekasihnya terdengar marah.
"Uumm a-anu Hyung, aku tidak ingin merepotkanmu. Maafkan aku Hyung."
Helaan nafas terdengar dari seberang.
"Aku kekasihmu Jim, kau jelas tidak akan merepotkanku. Dan jangan meminta maaf atas kesalahan yang tidak kau lakukan."
"Hyung, terima kasih."
Jimin tidak tahu harus membalas apa. Ia hanya merasa bahagia dan terharu. Yoongi Hyung setidaknya peduli padanya.
"Aku akan menginap, tunggu aku."
Kuatkan hati Jimin, Tuhan. Jantungnya berdetak kencang sekarang.
Tbc
Haloo, adakah yang menunggu ff ini?
Terinspirasi dari hujan sore tadi, yang bikin daku kebasahan dan menjadikan suasana enak banget buat galau. Hoho
Semoga kalian suka, maafkan diriku yang jarang update.
Vote and spam comentnya aku tunggu lhoh.
Terimakasih,
![](https://img.wattpad.com/cover/132822246-288-k171739.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aint ; YoonMin
Short StoryYoongi kelewat suka, jatuh cinta malah. pada sosok manis diujung sana, ingin melindungi, mencintai dan dicintai. namun sayang, Jeon Jungkook baru saja memilih sahabatnya, Kim Taehyung. aku tidak apa-apa, baik-baik saja. tapi aku tidak tahu jika per...