Hari Pertama

38.4K 2K 14
                                    

Author

Pagi kembali menjelang, terdengar suara adzan berkumandang. Perlahan tapi pasti kelopak mata dengan bola mata berwarna coklat tersebut terbuka. Kedua bola mata itu menyesuaikan dengan perlahan, saat dirasakannya lengan kokoh seseorang melingkupi pinggangnya, sebuah desiran hangat menggelitiki hatinya.

Dengan kesadaran yang penuh akhirnya ingatan itu muncul begitu saja, ingatan saat kakaknya Rahma mengatakan jika ijab qobul berjalan dengan lancar. Dan seketika dia sadar kini dia telah menjadi seorang istri dengan tiga anak di usianya yang menginjak 23th.

Mata indahnya memperhatikan wajah suaminya. Mulai dari alis tebalnya, mata hazelnya yang tertutup rapat, hidung mancunynya serta bibir tipis yang bahkan tidak bisa ia tatap. Dia menghembuskan napas pelan saat melihat kesempurnaan yang terpampang jelas di wajah Hilman, wanita seperti apa Vania yang tega meninggalkan pria seperti Hilman. Astagfirullohalazim.

Syafa bangkit dari tidurnya, dan perlahan menyingkirkan lengan kokoh yang satu malam ini menemani tidur nyenyaknya, Syafa memasuki kamar mandi, dia harus membersihkan diri terlebih dahulu sebelum dia membangunkan Hilman. Saat dia keluar dari kamar mandi ia mendapati Hilman yang sudah terduduk diatas tempat tidur.

"Kenapa tidak membangunkanku?" Tanya Hilman.

"Aku baru ingin membangunkan mas, tapi mas sudah bangun. Kalau begitu mas mandi dulu. Sehabis itu kita sholat berjamaah" Ujar Syafa yang diangguki oleh Hilman, Hilman memasuki kamar mandi sementara Syafa menyiapkan pakaian serta perlengkapan sholat mereka.

Hilman keluar dari kamar mandi dan langsung meraih pakaian sholat yang sudah di sediakan oleh Syafa, dia tersenyum merasakan kebahagian betapa indahnya dilayani. Syafa yang sudah siap kini mengambil tempat tepat di belakang Hilman, ini adalah shalat berjamaah pertama mereka. Dengan hikmat keduanya menjalankan sholat.

Syafa meraih punggung tangan Hilman, mengecupnya dengan lembut.
"Rasanya ini hari terbaik yang pernah aku lalui," Ujar Hilman dengan senyum yang begitu manis.

"Ini juga hari yang sangat indah dalam hidupku mas, dan aku harap tidak hanya hari ini yang akan menjadi indah. Tetapi untuk kedepannya," Ujar Syafa lagi. Hilman yang berada di hadapan Syafa menganggukkan kepalanya tanda setuju.

**

Syafa

Rasanya ini adalah pagi yang paling indah dalam hidupku, rasanya hatiku terus saja berdebar bahagia mengingat hari ini hari pertamaku bersama mas Hilman, Edmun, Lily dan Donny. Ya Allah semoga ini adalah jalan yang baik dalam upayaku mencari ridhomu dan menambah ladang pahalaku bersama keluargaku ini.

Senyum ku tak pernah surut saat menyajikan sarapan pagi kami, tadi mas Hilman sudah melarangku untuk mengunjungi dapur karena memang di rumah mas Hilman ada  pembantu rimah tangga. Tapi aku bersikeras ingin menyiapkan sarapan sendiri.

Aku hanya membuatkan nasigoreng, karena aku belum terlalu paham dengan kesukaannya mas Hilman dan anak-anak. Mungkin nanti aku bisa menanyakan pada mas Hilman perihal kesukaan mereka dalam makanan.

Dengan semangatnya aku menghias nasigoreng buatanku ini,
"Aduh nyonya sebaiknya bibi saja yang menyiapkan," Ujar bik Asih.

"Tidak apa bik, lagian ini hari pertamaku di rumah mas Hilman. Jadi, biarkan aku memberi bibik jatah libur memasak untuk hari ini," Aku tersenyum lembut pada bik Asih.

"Terimakasih nyonya, kalau begitu saya tinggal," Balas bik Asih kujawab dengan anggukan kepala.

**

Diruang makan ini semua sudah berkumpul termasuk putrinya mas Hilman,
"Selamat pagi Bunda," Donny mengecup pipiku saat dia ku angkat ke atas kursi.

Pria TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang