Malam yang dingin. Bahkan dinginnya terasa menusuk tulang-tulangku.
Saat ini rumah sangat sepi, hanya aku sendirian. Ibuku sedang di rumah nenek selama beberapa hari, dan akan pulang ke rumah dua hari yang akan datang. Ayahku sedang bertugas di luar kota, ia berangkat tadi pagi dan mengatakan akan pulang besok pagi. Aku tidak punya kakak ataupun adik, aku anak tunggal.
Aku beranjak dari balkon dan kembali ke kamar, karena di luar sangat dingin dan gelap.
Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 10.54 malam. Mataku terasa berat. Sebelum tidur aku selalu minum susu stroberi, ya itu minuman favoritku sejak kecil hingga aku kuliah.
Sekarang umurku 19 tahun dan 29 desember mendatang umurku genap 20 tahun.
Aku selalu kesepian saat di rumah, aku menghabiskan waktuku dengan membaca buku ataupun novel-novel fiksi. Untuk membunuh rasa bosanku, di samping itu membaca adalah hobiku.
Aku memejamkan mata, namun tak lama kemudian aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku. Ah, aku mengabaikannya saja. Tidak ada siapapun selain aku di rumah ini. Mungkin saja itu hanya binatang tikus atau sejenisnya yang berkeliaran. Aku memejamkan mataku lagi.
Setelah itu, suara ketukan itu terdengar lagi beberapa kali. Dan aku mulai kesal, lalu kubuka pintu kamarku. Ah aku merasa dipermainkan. Tidak ada siapapun. Tidak mungkin ibu atau ayah,mereka sedang pergi.
Aku menutup kembali pintu itu dengan kasar.Kali ini aku tidak bisa tertidur. Gelisah, karena kepikiran yang barusan terjadi. Hei, tentu saja aku takut. Aku hanya seorang gadis biasa 19 tahun, aku tentu saja takut mendengar pintuku diketuk tanpa ada orang selain aku di rumah besar ini.
Aku berjalan ke dapur untuk mengambil air putih di kulkas, tenggorokanku butuh cairan segar.
Saat aku sudah di dapur aku melihat ayah sedang membuat kopi. Aku bingung kapan dia pulang? Bukankah ia pulang besok pagi? Lagipula aku tidak mendengar suara mobilnya.
Aku mendekati ayah yang sedang mengaduk-ngaduk kopi buatannya. Wajahnya terlihat sangat lelah. Hah, maaf ayah kadang aku membantah perkataan ayah yang tak kenal lelah mencari nafkah untuk aku dan ibu.
"Ayah, ayah sejak kapan pulang? Ko aku nggak dengar mobil ayah?" tanyaku pada ayah, aku meneguk air putih dingin yang baru saja kuambil dari kulkas.
Ayah menoleh padaku, wajahnya benar-benar lelah, ia tersenyum."Ayah sejak tadi sudah pulang, ayah udah ketuk-ketuk pintu kamar kamu tapi kamu nggak nyaut-nyaut. Ayah pikir kamu tidur."
"ooh...hehe" aku beroh ria. Ternyata yang mengetuk pintuku adalah ayah.
"Oh, bukankah ayah pulang besok pagi?" tanyaku heran.
Dia cukup lama terdiam lalu tersenyum sambil memelukku."Karena ayah sangat kangen putri ayah." ucapnya sambil memelukku.
Tubuhnya sangat dingin"Ayah dingin sekali. Apa ayah sakit?"
Tanyaku khawatir. Tapi ayah menggeleng lalu berjalan ke ruang tengah dan duduk di sofa kemudian menyalakan tv.Aku meneguk kembali airku sampai habis.
Drrt .. Drrt... Drrtt... Ponselku bergetar. Aku mengambil benda pipih itu dari saku piyamaku. Dan melihat nama ayah tertera di layar. Hah, buat apa ayah menelpon kalau dia sedang nonton tv di sofa? Pasti dia mencoba mengerjaiku, kadang sifat jahilnya tiba-tiba muncul.
Aku mengangkat panggilan dari ayah.
"Hallo, ya kenapa?"
"Oh, apa kau di rumah sekarang?"
"Iya ayah. Kenapa sih?" ucapku kesal sendiri.
"Oh, ayah cuman mau bilang besok ayah baru akan pulang mungkin agak siangan ya..."
Deg... Jantungku berdegup kencang, keringatku tiba-tiba muncul. Aku melihat sosok yang sama di sofa sana, ia meneguk kopi sambil nonton bola di tv. Aku bingung, lututku terasa lemas.
"Haloo...sayang apa kau masih di sana?"
"Eh, iya yah.. Aku di sini." bisikku pelan.
"Baiklah hati-hati di rumah ya, apa ibu tidak menelponmu?"
"Eumm..iya yah. Tadi siang ibu nelfon aku, dia bilang lusa akan pulang."
"Oh baiklah, jaga diri kamu ya. Good night sweetheart.."
"Goodnight...".
Sambungan telfon terputus.Tubuhku bergetar, entah bagaimana caranya aku ke kamar tanpa melewati ruang tengah. Kamarku di seberang sana.
Aura dingin mulai terasa membuat bulu kudukku merinding. Aku berusaha mengendap-ngendap di belakang sofa yang diduduki makhluk menyerupai ayahku. Tepat di belakangnya ia memutar kepalanya seperti burung hantu. Dan terdengar bunyi "kreek" dari lehernya.
Aku menelan ludahku dengan susah payah, ia tersenyum padaku."Ayah aku takut.." gumamku sambil menangis. Dengan sekuat tenaga aku berlari menuju kamarku sambil menangis.
Tubuhku sangat lemas, aku ketakutan.Bayangan kejadian tadi berputar-putar di kepalaku. Entah sedang apa makhluk itu di luar sana. Makhluk aneh menyerupai ayah. Sangat mirip, bahkan caranya bicara dan tersenyum sangat sama.
Pantas saja sedari tadi tubuhnya dingin.
"Ayah...ibu...cepat pulang...hiks...hiks.. "
Tangisku tersedu-sedu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Heehee.. Sori gaje 😹 semoga suka
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSURD QUOTES I
PoesíaKetika bibir ini tak mampu berucap, biarlah hati yang bicara dan jemari perantaranya.