Tell Me Why 2

778 12 1
                                    


Hari ini, tepat seminggu sejak kami tidak pernah bertegur sapa lagi.
Dia tidak pernah lagi menelfonku atau mengirimkan pesan padaku.
Aku hampir gila memikirkan perasaan bodoh ini. Kenapa sih?

Lalu, dia mengemasi barang-barangnya. Dia membawa dua koper keluar dari kamarnya.

Dia tersenyum padaku, aku tidak membalas senyumnya. Hanya menatapnya dengan wajah datar.
Seolah bertanya " Mau kemana dengan dua koper itu?"

Dia mendekatiku dan memberikan sebuah amplop padaku. Aku mengerutkan kening. Apa ini? Mau kemana dia dengan koper besar itu?
Berbagai pertanyaan muncul di benakku, namun tak dapat kukatakan secara langsung.

"Aku akan pergi. Terimakasih buat semuanya. Ah, itu kamu baca aja saat aku sudah pergi. Mungkin aku nggak akan kembali lagi." jelasnya berusaha untuk tersenyum. Shit, aku benci senyum  palsu itu. Katakan padaku kamu nggak baik-baik aja!

"Kamu mau ke mana?" akhirnya kalimat itu lolos begitu saja dari mulutku. Aku menatap matanya berlinang. Tolong jangan menangis. Aku juga benci melihat airmatamu, apalagi itu karena aku.

"Akhirnya kamu bicara padaku. Hehe. Aku akan pindah. Jaga diri baik-baik ya, selama aku nggak ada di sini. Jangan nyiksa diri kamu buat nggak makan seharian, jangan terlalu tidur larut malam. Pikirkan juga kesehatanmu."

Dia menepuk pundakku. Aku ingin memeluknya namun egoku terlalu besar, menahanku untuk melakukannya.

Cup..

Dia mengecup singkat pipiku lalu berkata " Aku pergi ya! Daah..."

Deg, airmataku langsung jatuh begitu saja. Aku terdiam melihatnya semakin menjauh lalu menghilang di balik pintu. Bodohnya aku bukannya mengejarnya malah masuk ke kamarku dan meluapkan emosiku pada cermin di hadapanku.

Aku membuka amplop pemberiannya tadi, ternyata ada sebuah surat di dalamnya. Aku membuka lipatan kertas itu dan mulai membaca tulisan yang ada di dalamnya

To My BFF, Tenri

            Hai!! Apa kabar! Hehe. Lucu ya. Padahal kita satu dorm dan kamar kita saling berseberangan, tapi aku malah menyapamu melalui surat ini. Karena aku tau, saat aku menyapamu secara langsung, kamu akan mengabaikanku.
Jujur aku nggak tau kenapa kamu jauhin aku akhir-akhir ini, apa aku punya salah sama kamu? Maaf deh, kalau aku punya salah. Seharusnya kamu bilang ke aku, bukannya nyuekin aku begini.
Aku sedih banget waktu kamu nggak nanggepin aku, kamu seolah nggak nganggep aku ada walaupun aku di dekatmu.

Aku nggak tau kenapa kamu begini ke aku, tapi apapun alasannya aku minta maaf sama kamu. Sorry ya, malah nulis surat kayak gini, padahal jarak kita deket banget lho, hehe.
        Saat kamu baca surat ini, mungkin aku sudah di bandara. Dan mungkin ini untuk terakhir kalinya kita bertemu. Aku akan kembali ke tempat asalku, ada sesuatu yang harus kuurus di sana. Bukan, ini bukan karena kamu kok. Aku pergi memang ada hal penting yang tidak bisa aku tinggalkan di sana. Aku harus mengurusnya sampai selesai.

Aku mengusap air mataku dengan kasar, kenapa aku begitu bodoh membiarkannya pergi?

Aku segera keluar dari kamarku dan memesan taksi.

"Pak ,anterin ke bandara. Cepat!" kataku kepada supir taksi.

Aku membaca kalimat terakhir dari surat itu.

Sebenarnya aku pengen kamu yang nganterin aku ke bandara sekarang, tapi aku yakin kamu nggak akan mau. Selamat tinggal. Aku akan pergi. Jangan menyesali apapun yang telah terjadi. Maafkan aku selama ini telah banyak merepotkanmu. Hidup baik-baik ya. Tanpaku. Aku nggak bisa lagi jadi alarm pagimu. Kamu pake aja weker di kamarku, kuncinya udah aku simpan di bawah keset. See you later, hm may be never.

Kelinci imut,
Risa

Aku telah sampai di bandara, celingak-celinguk mencari keberadaannya. Menembus kerumunan orang yang berteriak padaku.

"Hey. Jalan liat-liat dong! Dasar gila!"

"Dasar cowok aneh!"

Aku mengabaikan ucapan mereka. Dan terus mencari keberadaannya sambil menangis.
Penyesalanku begitu dalam, seharusnya aku tidak pernah membuatnya sedih. Seharusnya aku selalu ada saat dia membutuhkanku. Sahabat macam apa aku ini? Bodoh!

Aku merutuki diriku sendiri. Dengkulku terasa lemas, sendi-sendiku seakan sudah putus. Aku tertunduk lemas tak berhasil menemukannya.

Aku terlambat. Dia telah pergi. Membuatku merasa menyesal seumur hidup.

Risa, Aku mohon kamu kembali!























Tell Me Why End.
Sorry gaje. Emang rada gaje. Otak gue lagi gabut aja. Iseng aja nulis ginian nggak tau mau ngapain 😂😂
Udah nikmatin aje walaupun gajelas.

ABSURD QUOTES ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang