"Hey, Guys, welcome back to my channeeel... Akhirnya, aku bisa nge-vlog juga di tengah padatnya jadwal liputan. Saat ini di rumahku sudah menunjukkan pukul tujuh malam, di mana aku baru pulang setelah seharian kerja. Sebenarnya aku udah capek banget, tapi aku paksain bikin vlog dulu karena aku udah gatel banget mau me-review salah satu brand kosmetik dan skincare yang bikin aku jatuh cinta setengah mati. Jadi, di vlog aku kali ini, aku mau me-review sebuah brand kosmetik yang baru launching dan itu susaaah banget dapatnya. Waktu kemarin aku mau ikut PO, ternyata udah nggak kebagian. Akhirnya, aku titip sama salah satu teman aku yang lagi ada liputan grand prix di Singapura. And this is it, Vera Liquid Cosmetic. Seriously, aku nggak menyesal sama sekali beli kosmetik ini walaupun dengan harga yang relatif mahal. Because I think the price is most certainly worth it. Jadi, kemarin itu aku udah—"
Jreeeng....
Aku menghentikan ucapanku karena gangguan suara gitar dari belakang. Tidak perlu menengok pun, aku sudah tahu siapa pelakunya.
"Jadi, Guys, kemarin itu aku udah coba foundation-nya dan aku pakai meliput selama seharian penuh. And you know what?"
Jreeeng...
Astaga! "Ragil!!!" Aku berteriak kesal. "Lo nggak lihat apa gue lagi bikin vlog? Main gitar di kamar lo aja kenapa, sih!"
"Lo aja bikin vlog di kamar lo. Biasanya juga gitu, kan?"
"Di kamar gue lampunya kurang terang, jadi gue nggak bisa nge-vlog malam-malam di kamar. Lo kan cuma genjrang-genjreng doang, kenapa nggak lo aja yang pindah ke kamar lo!"
"Di kamar gue malah nggak ada lampunya. Gue mau nulis lirik jadi nggak kelihatan."
Aku mengembuskan napas kuat-kuat, lalu mematikan kameraku dan menghampiri Ragil yang tengah duduk di sofa. "Ya udah, kalau gitu kita suit aja. Siapa yang kalah, dia yang harus ngalah."
"Apaan sih, elah! Kayak bocah aja pakai suit-suitan segala."
"Makanya lo ngalah, dong. Nggak malu apa berantem melulu sama cewek?"
"Ini bukan masalah malu apa nggaknya, Sidney, tapi ini menyangkut karir musik gue. Masa depan band gue lagi ada di ujung tanduk. Jadi buat sekali ini aja lo yang ngalah, oke? Bikin vlog-nya besok siang aja bisa, kan?"
"Nggak bisa! Seminggu ini jadwal liputan gue padat. Makanya gue cuma bisa bikin vlog malam-malam setelah pulang kerja. Sedangkan lo kan pengangguran, bikin lirik kapan aja bisa."
Ragil menatapku tajam. "Muka lo cantik, tapi mulut lo rombeng parah! Sumpah! Gue ini mahasiswa magister, Sidney sayang, bukan pengangguran seperti yang lo bilang. Gue juga punya penghasilan dari honor manggung."
Aku tertawa mendengar bualannya. "Mahasiswa magister apaan? Mana ada calon master mukanya rombeng kayak lo!"
Belum sempat Ragil membalas, keributan kami terhenti karena pintu kamar Mbak Miza terbuka secara tiba-tiba disusul dengan munculnya Mas Aksa. Aku terperangah menatap penampilan Mas Aksa saat itu; hanya mengenakan kaus singlet putih polos yang sudah basah oleh keringat sambil bernapas megap-megap. Diam-diam aku melirik Ragil, dan ternyata laki-laki itu pun sama terkejutnya sepertiku.
"Gil, daripada lo gangguin Sidney melulu, mendingan lo bantuin gue."
"Siapa yang gangguin Sidney, sih! Gue lagi bikin lagu, Mas."
"Udah, bantuin dulu sebentar. Biar cepat selesai."
"Emang bantuin apaan, Mas?" tanyaku penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Song About Sidney
RomanceSelain berprofesi sebagai jurnalis muda, Sidney Tania Tanjung merupakan seorang konten kreator kecantikan (Beauty Vlogger) yang ceriwis dan dinamis. Semua masalah dalam hidupnya bermula ketika ia harus tinggal satu rumah dengan Indra Gilang Gautama...