LAGU 5-RAGIL

12K 2.2K 232
                                    

Ternyata seperti ini rasanya, Sid. Ternyata begini rasanya saat hati lo jatuh buat seseorang. Dan gue kasih kehormatan itu buat lo. Lo perempuan pertama yang gue izinkan bikin hati gue sedangdut ini.

Lo berbeda, Sidney. Gue tahu itu. Ibaratnya martabak, lo itu telurnya empat ditambah dengan lelehan mozarela di atasnya. Lo bukan hanya spesial, lo itu istimewa.

Lo nggak pernah jaim dan selalu apa adanya dengan hidup lo walaupun omongan lo kayak Bon Cabe level sangar. Tapi justru itu yang menarik dari lo, Sidney. Mulut lo yang judes itu, mengingatkan gue sama cabe rawit yang biasanya gue makan bareng gorengan. Mungil, tapi pedas. Kelihatannya nggak penting, tapi justru itu yang menjadi pelengkap rasa gorengannya.

Tangan gue masih nggak berhenti main gitar karena gue masih tetap ingin mempertahankan Sidney ada di pelukan gue. Ini bikin gue bangga, Man. Akhirnya, selama 26 tahun hidup gue, pundak gue ini ada gunanya juga selain tempat penyangga tas.

Anehnya, dengan posisi seperti ini inspirasi mengalir begitu aja. Mungkin karena efek hati gue yang lagi dangdut abis sampai akhirnya gue bisa semudah itu menemukan satu nada baru lagi dengan ritme yang sedikit beda dari sebelumnya. Terutama saat mata gue menatap Sidney, mulut gue menyenandungkan lirik dengan sendirinya.

Teruntuk makhluk yang Tuhan ciptakan penuh lekuk
Selamat, Sayang, kau berhasil membuat hatiku terketuk

Ini memang terdengar lucu
Teramat sangat lucu
Karena akhirnya aku harus mengaku
Hatiku tercuri olehmu
Wahai Sang Gadis Lugu

Nah, kan. Kelamaan kayak gini bisa-bisa gue saingan sama Ridho Roma. Tapi dengan perempuan ini, seorang Indra Gilang pun nggak keberatan walau perannya kini berubah jadi pangeran dangdut.

"Astaga! Kalian ngapain?" Mbak Miza datang tiba-tiba, bikin buyar fantasi indah gue dengan cewek yang masih pulas di pundak gue.

"Sssttt," bisik gue, nggak mau kesayangan gue terganggu tidurnya karena suara Mbak Miza yang berisik. "Aku mau pindahin Sidney ke kamarnya dulu. Mbak tolong bukain pintu kamarnya, ya?"

"Kok bisa Sidney tidur dengan posisi kayak gitu?"

"Jangan dulu mikir yang macem-macem, Mbak. Tadi itu aku habis ngajarin Sidney main gitar, terus Sidney langsung ketiduran sambil nyandar ke aku. Kayaknya dia kecapekan habis meliput seharian."

"Awas lho kalau kamu berani macem-macem sama Sidney. Mbak sunat lagi kamu, Gil!" ancam Mbak Miza sambil jalan ke kamar Sidney dan membukakan pintu buat gue.

Gue heran sama Mbak Miza, yang jadi adik kandungnya itu siapa, sih? Gue, kan? Tapi kenapa dia kelihatan lebih sayang sama Sidney dibanding gue?

Pelan-pelan gue taruh satu tangan gue di tengkuk Sidney dan tangan lainnya di bawah lututnya. Untung badan Sidney mungil, gue nggak perlu kesusahan gendong dia.

Sidney masih pulas waktu gue bawa ke kamarnya. Gitu juga waktu gue merebahkan badannya di tempat tidur, dia nggak bangun sama sekali. Cuma menggeliat sedikit, terus tidur lagi.

Sumpah, mukanya Sidney sekarang ngegemesin banget. Emang udah dasarnya cantik, tetap aja kelihatan cantik walaupun tidurnya mangap. Gue nggak berhenti memandang wajahnya selama dia tidur. Sidney kelihatan innocent banget, mengingatkan gue sama Affi. Apalagi dia nggak pakai makeup, mukanya jadi kelihatan segar dan lebih muda.

Sambil mengusap-usap kepalanya, gue berbisik, "Tidurlah, Dinda. Kupunya firasat, sebentar lagi kita 'kan saling mencinta."

Tanpa gue duga, tiba-tiba Sidney bangun. Matanya terbuka dan langsung melotot kaget lihat ada gue di atasnya. Di detik berikutnya, gue nggak bisa bergerak waktu tangan Sidney mendarat keras di pipi gue.

Song About SidneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang