LAGU 6-SIDNEY

11.7K 2.3K 213
                                    

Tell me your secrets
And ask me your questions
Oh let's go back to the start
Running in circles, coming up tails
Heads on a science apart

(The Scientist—Coldplay)

.
.
.

"Kamu nggak ngantuk, Sid?" tanya Mbak Miza setelah kami berhasil menghabiskan satu bulat penuh cheesecake Chizukek hingga bersih. Rasa kejunya yang strong tapi tetap fluffy di mulut, berhasil mengembalikan mood-ku yang amburadul karena pertengkaranku dengan lelaki gondrong itu.

"Gara-gara tadi ketiduran jadi bikin nggak ngantuk lagi, Mbak," jawabku. "Lagian, besok aku ke kantor jam sepuluh buat ikut rapat redaksi, jadi bisa bangun agak siangan."

"Kalau gitu, Mbak tidur duluan, ya? Nggak kuat, ngantuk banget."

"Ya udah, Mbak Miza tidur aja. Biar piring sama gelasnya aku yang beresin."

"Nggak usah. Kamu tumpuk aja piringnya di tempat cuci piring, besok pagi Mbak yang beresin."

"Yaelah, Mbak, cuci piring aja rebutan, sih! Udah, Mbak Miza tidur aja. Calon penganten nggak boleh banyak begadang, nanti pas nikahan mukanya pucat."

Mbak Miza tertawa sambil melangkah memasuki kamarnya. Kini, hanya tersisa aku dan Ragil di ruangan itu. Okay, this is going to sound strange karena aku sengaja mengabaikan keberadaan Ragil sejak tadi. Mungkin sikapku memang terlalu childish, tapi aku nggak bisa bohong kalau aku masih sebal pada Ragil.

Aku cuma nggak menduga aja, Ragil bisa bersikap sekasar itu pada perempuan. Emangnya dia siapa, sih? Pangeran William? Berani banget dia kasar sama perempuan!

"Sid, gue mau ngomong sebentar sama lo," kata Ragil saat aku membereskan meja makan.

Aku kembali mengabaikan Ragil. Kenapa juga aku harus menanggapi? Nggak ada gunanya dan hanya membuang-buang waktu. Aku nggak mau menjawab dan dengan sengaja meninggalkannya ke dapur sambil membawa piring serta gelas kotor.

Aku sadar, Ragil masih berada di ruang tengah selama aku mencuci piring di dapur. Buru-buru aku menyelesaikan pekerjaanku karena ingin segera masuk kamar untuk menghindari Ragil. Situasinya terlalu aneh dan bikin canggung.

"Udah selesai cuci piringnya?" Ragil muncul setelah aku memasukkan piring terakhir ke dalam lemari.

Aku mengeringkan tangan dan berbalik, menatap Ragil yang saat ini sedang berdiri persis di belakangku. "Lo nungguin gue cuci piring dari tadi?"

Ragil mengangguk. "Gue mau ngomong sama lo."

"Mau ngomong apa?"

"Sid, tolong jangan bikin semuanya jadi tambah sulit, dong. Gue nggak pernah kayak gini sebelumnya. Gue bingung harus ngomong apa. Asli, gue kayak orang tolol banget!"

Aku diam, memberi waktu pada Ragil untuk menyelesaikan ucapannya.

Setelah menarik napas dalam-dalam, Ragil kembali bicara, "Gue bingung harus ngomong apa buat minta maaf sama lo."

"Lo nggak perlu ngomong apa-apa buat minta maaf," jawabku.

"Kenapa?"

"Karena lo bukan siapa-siapa buat gue dan gue juga bukan siapa-siapa buat lo!"

"Jangan gitu dong, Sid. Gue tahu, gue brengsek karena udah kasar sama lo. Nggak seharusnya gue bersikap sekasar itu sama perempuan. Tadi itu gue beneran emosi karena setelah lo gampar gue, lo juga tuduh gue macam-macam. Tapi udahnya gue nyesel, Sid. Gue serius minta maaf sama lo."

Song About SidneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang