7 Days | Mantan is real

27 6 0
                                    

HAPPY READING❤

---
Pesta kecil-kecilan yang diadakan oleh keluarga Bulan berjalan lancar. Dekor halaman yang indah, lampu yang berkelap-kelip, udara malam yang mendukung, makanan yang enak dan tak lupa kue ulang tahun untuk si empunya hajat kali ini tidak salah angka lagi, serta kerabat dan keluarga yang hadir.

"Selamat malam semua" sapaan Surya membuat fokus semua orang tertuju padanya.

"Terimakasih atas kehadiran kalian semua pada malam ini. Alhamdulillah tepat malam ini usia saya bertambah dan tentunya bertambah pula tanggung jawab saya di keluarga. Saya sangat bersyukur kepada Allah karena saya memiliki keluarga serta orang-orang baik disekitar saya.

Untuk Mama dan Papa, terimakasih atas semuanya yang udah diberikan kepada saya. Untuk adik tercinta, Bulan. Terimakasih telah menjadi penguji kesabaran serta kekuatan saya, tanpa kelakuan kamu abang gak akan bisa sesabar ini"

"Plisss deh gausah pake ngejek" bisik Bulan pada kakaknya itu.

"Intinya, terimakasih buat semuanya, udah itu aja. Lets enjoy the party! " tutup Surya dalam sambutannya.

----
Setelah sambutan, potong kue dan makan bersama, kini tinggal acara pemberian kado untuk Surya.

Dimulai dari keluarga, kerabat kerja orang tuanya, hingga tamu lainnya. Sampai pada akhirnya mata Bulan menangkap seseorang yang sangat familiar.

Sosok laki-laki yang sangat tidak ingin ditemuinya, laki-laki yang ingin ia lupakan selamanya, laki-laki yang berusaha ia maafkan meski sebenarnya masih tak bisa.

Bagas Andreas.

Bertemu lagi dengannya, sama saja mengorek luka lamanya.

"Happy birthday bang. Makin mateng aja lo, gue doain cepet ketemu jodoh ye! " ucapan selamat dari bagas kepada Surya.

"Thanks ya, eh gimana kabar lu gas? Lama gua gak liat lo. Lo ambil studi dimana?"

"Gua baru balik dari Batam bang, bonyok gue kayanya mau netap disini, jadi ya kuliah gue disini deh, balik kandang"

"Oh gitu, oh ya lo mau ketemu adik gue kan? Noh si Bulan samperin aja, gue samperin tamu dulu" ucap Surya mengakhiri percakapan keduanya.

Bagas melihat Bulan mengalihkan pandangan seolah tak melihat kehadirannya, menjadi ragu untuk melangkah mendekat, Namun dengan tenang ia coba menghampiri.

"Bulan" sapa Bagas membuka percakapan.

"Oh, hai" balas bulan dengan kikuk.

"Lo apa kabar?" tanya Bagas basa basi

"G..gue, ba...baik"

"Syukur deh, eh lo abis lulus ini bakal lanjut kuliah kemana? "

"Belum tau" jawab Bulan singkat

Bagas hanya tersenyum tipis menanggapi.
"Oh, em..yaudah, gue gabung sama tamu lain ya"

"Iya" balas Bulan lalu Bagas melangkah pergi bergabung dengan tamu yang lain.

Bulan hanya mampu diam menahan nyeri dihatinya ketika setelah berapa lama ia bertemu kembali dengan seseorang yang pernah ia cintai itu. Seseorang yang pernah menggenggam tangannya lalu pergi meninggalkan bahkan tanpa alasan yang jelas.

Ketika berusaha menerima dan mengikhlaskan, ia justru melihat Bagas sudah menggandeng gadis lain, dengan senyum sumringah, bahagia.

Itu jelas saja sakit.
Pahit.

-----
Pukul 11:00 pesta selesai dan para tamu mulai pulang.

Bulan dan keluarganya berkumpul di ruang keluarga. Duduk, mengistirahatkan badan mereka.

"Ma, kita kasih tau Bulan sekarang? " Doni membuka pembicaraan

"Terserah papa aja"

"Surya, Bulan" Doni memanggil kedua anaknya.

Bulan yang tadinya bersandar di sofa sambil memejamkan mata, mulai membuka matanya dan duduk tegap.

"Ada apa pa? " sahut keduanya.

"Jadi gini, papa dapat tugas di jakarta. Abang kamu juga akan menjalankan proyek papa yang ada di jakarta" kata Doni pada anaknya.

"Jadi? " balas Bulan.

"Ya, jadi kita harus pindah ke Jakarta sayang. Mungkin akan menetap disana. Gimana? Kamu mau kan? Seminggu lagi kita akan pindah. "

"Ha? Pindah pa? Terus kuliah aku gimana? Aku kan udah mau daftar pa"

"Ya kamu batalin aja, kamu kuliah nanti di Jakarta"

"Yahh paaaa"

"Mau gimana lagi sayang, udah kamu kuliah di sana aja, ya. " ucap mama Bulan menengahi.

"Yaudah"
.
.
.
Mau tidak mau, Bulan tetap harus ikut pindah bersama keluarganya meski sebenarnya ia berat meninggalkan kota ini.

Terlalu banyak kenangan. Masa kecilnya, sahabatnya, kisah sekolah hingga kisah cintanya.

Didalam kamar, ia masih teringat kejadian tadi.

Tentang bagaimana Bagas menyapanya kembali, menanyakan kabarnya meski hanya basa-basi. Terlalu banyak yang bisa dikenang. Namun juga terlalu banyak luka yang membuat hati meradang.

"Kapan gue bisa bener-bener lupain lo, gas. Gue capek"

Satu minggu lagi, maka ia akan pergi. Semoga ia bisa lekas lupa dengan luka yang ada disini.

⭐⭐⭐

Sorry nih pendek 😂

TBC.

7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang