7 Days | Lo tantang, gue senang

19 2 2
                                    

"Bahkan ketika kau berkata tak setuju, semesta selalu memberi titik temu. Berhentilah menggerutu! Alam sudah mengatur bahwa jika ada kamu, pasti ada aku"
-Bintangmu-

_______

"Lo lagi, lo lagi. Kesel gue! Dunia sempit amat dah, heran." gerutu Bulan kesal karena selalu bertemu dengan Bintang.

Sore ini, Bulan pergi ke toko kue, bermaksud ingin membeli sekotak muffin coklat kesukaan mamanya. Berharap dapat dengan tenang namun sepertinya hanya angan saat kedatangan Bintang di toko kue itu. Bintang selalu membuat moodnya kacau berantakan.

"Heh lo pikir ini toko punya siapa? Nenek lo? " balas bintang tak kalah dengan nada tinggi juga sedikit menyindir.

"biasa aja dong! Lembut dikit kek kalo ngomong sama cewek, kasar banget"
Protes Bulan pada lawan bicaranya itu.

"yang ngegas dari awal tadi elo, maemunah! Pake nyalahin orang lagi" gerutu Bintang yang mulai kesal.

Setelah saling marah memarahi, Bulan menyingkir dari hadapan Bintang, menuju ke tempat kue kue yang tersusun, dan memesan kepada pelayan yang ada di toko itu.

"eh, Den Bintang. Tumben kemari, ada apa? " sapa salah satu pelayan yang sedikit tua, lebih tua jika dibandingkan dengan ibunya Bulan.

"iya bi, tadi ada pesan dari nyokap, disuruh cek persediaan bahan di dalem" jawab Bintang.

"Cek persediaan bahan?  Itu tadi gue ga salah denger kan ya? Si ibu manggil dia Aden? Ha!? Majikan? "  gumam Bulan dalam hati.

"Bibi bantu cek ya den, aden tunggu aja disini sambil istirahat. "

"oh, oke bi, sekalian tolong di catat ya, biar nyokap gampang belanjanya nanti"

Bulan semakin melongo mendengar percakapan mereka tadi.
"Apa mungkin toko ini milik keluarga Bintang? Haduuhh mampus gue bisa malu."

Sementara Bulan sibuk dengan pikirannya, pesanan muffin miliknya sudah siap untuk dibawa pulang.

"mbak, mbak, halooo!" ucap salah satu pelayan yang melayani pesanan Bulan.

"eh iya, hehe maaf." ucap Bulan setelah kembali dari lamunannya.

"ini mbak pesanannya. "

"makasih, eh mbak bentar deh, mau nanya nih, mbak kenal sama orang itu? " Tanya bulan sambil menunjuk ke arah Bintang yang sedang duduk bersandar sambil memejamkan matanya.

"oh iya, itu mas Bintang, anak pemilik toko ini mbak, kenapa ya? "

"duh bener, mampus gue" gumam Bulan lagi dalam hatinya.

"mbak, mbaknya kenapa deh? "
"eh, engga, makasih ya, ini uangnya" ucap Bulan dan segera pergi.

Ketika melewati Bintang yang sepertinya tertidur, Bulan melangkahkan kaki dengan pelan agar suaranya tidak terdengar.

"kenapa? Udah beli kuenya? Mau cabut? "

Bulan kaget bukan main, ia mengira Bintang tertidur, namun ternyata tidak.

"mampus" gerutu Bulan

"kenapa lo? Kaya maling ketangkep basah aja"

"gue mau pulang, permisi"

"eh, enak aja, gabisa gitu dong, lo harus minta maaf sama gue" cegat Bintang, menggenggam pergelangan tangan Bulan.

"eh kuman! Minta maaf buat apa? Gue salah apa sama lo? Lepasin gak! " balas bulan tak kalah sengit, berusaha melepaskan cengkeraman Bintang di tangannya.

"lo salah besar, karena lo udah ngebentak gue, di toko gue! di depan karyawan-karyawan gue lagi! Ga sopan banget lo!"

"eh! Sorry ya! gue gitu juga karena lo duluan yang ngeselin! Kalo lo ngga ngeselin, gue ga bakalan kaya tadi." jawab Bulan membela dirinya.

Mereka, Bulan dan Bintang yang tak pernah akur jika bertemu, bahkan saat pertemuan pertama pun, dibuka dengan keributan. Dua insan yang ributnya bagaikan petasan, dipertemukan oleh takdir meski keduanya tidak berkenan.

"udah deh, cape ngomong sama manusia kaya lo! Lo gak liat, tiap gue ngomong sama lo urat leher gue mau putus!" sambung Bulan yang mulai jengah.

"ya udah, lo tinggal bilang maaf aja, susah bener. Dasar ya cewek, gengsinya selangit walaupun salah, heran gue" balas Bintang.

"Lo! Ada ya manusia kaya lo! Nyokap lo ngidam apa sampe ngelahirin manusia kaya lo?!" 
Bulan masih berusaha melepaskan diri dari Bintang, namun nihil.

"jangan marah mulu lo! Ntar naksir loh sama gue, gue sih ga mau tanggung jawab ya kalo ntar lo jatuh cinta sama gue." ucap Bintang dengan sedikit pongah.

"Idiiihh amit amit deh, cewek yang dapetin cowok kaya lo, ga bakalan happy, cepet tua! "  balas Bulan.

"kalo lo sampe jatuh cinta sama gue gimana? Hati-hati lo, bisa-bisa lo jilat ludah lo sendiri." kata Bintang dengan wajah pongahnya.

"Lo denger ya! Sampe eyang subur punya istri 30 pun gue gak bakalan suka sama lo! Amit-amit dah" balas Bulan dengan menepuk jidatnya.

"kalau gue bisa buat lo suka sama gue, gimana? " tanya Bintang

"oke! Gue kasih lo waktu buat buktiin omongan lo. Dalam waktu 7 hari kalo lo bisa bikin gue jatuh cinta sama lo, gue bakal... "  jawab Bulan menggantung.

"apa? Lo bakal apa? "

"gue...gue bakal jadi asisten lo selama 7 hari juga." jawab Bulan sedikit gagu.

"deal? " tanya Bintang dengan mengulurkan tangannya pada Bulan.

"deal! "

mau tidak mau Bulan harus setuju dengan tantangan yang dia buat sendiri. Berharap semesta tak membuatnya jatuh hati pada Bintang.

Sementara, Bintang kegirangan, dengan begitu, dia bisa berada didekat gadis berwajah teduh namun berisik itu.

Bulan.

Entah mengapa Bintang begitu tertarik padanya.

"Heh bambang! Lepasan! " tegur Bulan pada Bintang yang masih menjabat tangannya.

"eh, sorry" Bintang yang kepergok menatap gadis itu menjadi salah tingkah.

"ya udah, gue cabut" pamit Bulan pada Bintang.

"tunggu! Hari pertama, lo gue yang anter ke kampus. Besok pagi gue jemput lo. Dan inget, ga ada penolakan. "

🌟🌟🌟

TBC.

Uhuuu long time no up date:v
Belakangan kaya ga ada gairah buat nulis:(
Kasih bintang dong! Tinggalin jejak yang udah mampir baca, jangan kaya dia yang hilang gitu aja:)

Oke?!  Ya oke lah:')
Maap buat segala typo, aku masih suka melongo:v

7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang