7 Days | Pindah?

20 4 0
                                    

HAPPY READING ❤

----

Pagi ini keluarga Bulan akan pindah. Masing-masing sibuk memasukkan barang-barang kedalam koper dan kardus. Sesuai dengan rencana, mereka akan menetap di Jakarta.

"Bulan, sudah siap sayang? " tanya Sintia kepada putrinya.

Bulan masih sibuk memilih barang-barang mana yang diperlukan dan akan dibawanya.

"Iya maa, bentar lagi Bulan turun"

"Jangan lama-lama ya sayang, papa sama abang udah nunggu di mobil"

"Oke deh"

Setelah selesai membereskan bawaannya, bulan kembali menatap sekeliling kamarnya. Bulan menghembuskan nafas berat karena hari ini ia akan meninggalkan kamarnya, rumahnya dan semua yang ada disini.

"Gue harus bisa, gue harus pergi keluar dari zona nyaman. Mungkin setelah ini, tak ada lagi sedih dihati."

Bulan pun melangkah keluar dari kamarnya sambil membawa koper dan boneka koala kesayangannya.

"Sudah sayang? " tanya Ayah Bulan memastikan.

"Sudah pa" jawab Bulan singkat.

"Ya sudah, yuk berangkat" jawab Ayah Bulan lalu menyalakan mobilnya.

Mobil keluarga itu mulai menjauh, hingga rumah itu tak terlihat lagi. Jujur saja, sebenarnya Bulan sangat berat untuk pindah. Dari kecil hingga sekarang, disanalah tempatnya pulang, disanalah ia bisa bebas menjadi dirinya sendiri.

Pindah ke kota baru? Bulan butuh beradaptasi lagi, sedangkan ia bukan orang yang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru apalagi orang-orang baru.

Namun ini harus dilakukan. Bulan harus mengikuti orang tuanya, meski disini telah banyak kenangannya.

"Aku pamit, pergi untuk bangkit. Jika dengan pergi bisa menenangkan hati, lantas untuk apa disini mengenang tak henti" ucap Bulan didalam hatinya.

Gadis itu tersenyup tipis sebagai tanda akhir pisahnya ia dengan segala yang ada di kota ini.

----

Setelah cukup lama menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai ditempat tujuan dibilangan Jakarta.

"Nah, ini dia rumah baru kita" ucap Ayah Bulan.

"Kalian langsung masuk kekamar ya, susun semua barang-barang kalian, mama siapkan makanan dulu" titah Sintia pada anak-anaknya.

"Iya ma" jawab Bulan dan Surya lalu masuk ke kamar masing-masing.

Di kamar Bulan...

"Huuh akhirnya"

Gadis itu berbaring di atas tempat tidur , menatap langit-langit kamar.

"Tenang lan, lo pasti bakalan betah disini. Lo pasti bertemu orang-orang baik. Lo pasti bisa" bisik hatinya.

Perlahan, gadis itu bangun dan membuka kopernya. Menyusun baju di lemari yang sudah disiapkan, juga meletakkan barang-barang ditempatnya.
Ketika sibuk memilah barang, tak sengaja tangannya menemukan buku cantik berwarna biru.
Ya, itu adalah buku diarynya. Banyak tulisan disana yang hampir semua adalah isi hati bulan. Bulan jarang sekali mencurahkan isi hatinya pada orang lain. Hanya dengan menulislah ia bisa menuangkan segalanya tanpa takut , Menuangkan segala keluh kesahnya tanpa ragu.

Perlahan, ia membuka buku itu. Tepat pada tulisannya yang bisa membuatnya bersemangat untuk bangkit kembali.

" Ada kalanya, Tuhan mewujudkan mimpi yang tak pernah kita harapkan seakan menyuruh melupakan mimpi yang saat ini sangat diharapkan. Takdir memang seperti itu, suka bermain. Namun pilihan terbaik adalah berprasangka baik hingga perlahan kita akan berdamai dengan takdir"

Bulan tersenyum, kembali meyakinkan dirinya bahwa ia bisa bangkit dan melupakan perih.

Setelah membereskan pekerjaannya, Bulan berjalan kearah balkon kamar, membuka jendela dan berjalan keluar.

Bulan menghirup napas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Lega. Itulah yang ia rasakan sekarang. Rasanya lebih ringan, seolah beban telah berkurang.

Tak lama, Bulan merasa ada yang memperhatikan dirinya. Ia pun menoleh ke sebelah kanan balkonnya, tepat pada balkon tetangga sebelah.

Disana, ada gadis berambut pirang yang memperhatikannya. Gadis itu kira-kira berumur 7 tahun.

"Hai" sapa Bulan sambil melambaikan tangan.

Gadis itu hanya tersenyum.

"Kamu ngapain? Hayoo liatin kakak ya? "
Sambung Bulan.

Gadis itu kembali tersenyum. Lalu berbalik masuk ke dalam rumahnya.

Bulan mengerutkan keningnya heran. Dalam hatinya bertanya mengapa gadis itu hanya tersenyum tanpa bicara sedikitpun.

"Aneh"

----

"Bang, boring nih, jalan yuk! " ajak Bulan kepada Surya.

"Gak ah, mager gue, enakan tidur" tolak Surya mentah-mentah.

"Jahatt! Ya udah gue sendiri aja"

"Udah biasa juga" Surya mengejek adiknya sambil berlalu kekamar.

"Abaaanggggg!!! "
Rasa kesal bulan hingga ke ubun-ubun menghadapi kakaknya itu.

"Bukannya nemenin malah ngina, gue sumpahin lo dapet jodoh yang ngeselinnya lebih parah dari lo!! " sumpah serapah pun keluar dari mulut Bulan, dan berlalu pergi keluar.

Bulan memilih jalan kaki mengelilingi kompleknya, mencoba menyapa tetangga dan orang-orang disekitarnya dengan ramah. Setelah setengah jam berjalan, Bulan sampai di warung mie ayam di depan komplek. Merasa sedikit lapar, Bulan pun memesan semangkuk mie ayam.

"Bang, pesen satu ya, gak pakek sawi dibungkus aja" pesan Bulan

"Baik neng, sebentar ya"

"Saya satu pak, komplit gak pake lama" ucap seorang cowok menyerobot antrian Bulan.

"Iya mas, sebentar"

"Bang, kan saya duluan yang pesan, jadi bikinin punya saya dulu dong" protes Bulan.

"Gue buru-buru, gak mau tau pokoknya harus gue duluan! " laki-laki itu berkata sambil menatap Bulan.

"Eh buset kok cantik" Kata laki-laki itu dalam hati.

"Eh lo antri dong, semaunya aja, emang lo doang yang butuh. Gue dateng duluan ya gue dapet duluan dong! " balas Bulan sambil memelototkan matanya, kesal.

"Gue GAK PER DU LI" balas laki-laki itu.

Ingin rasanya Bulan memaki-maki cowok yang ada di deoannya ini.

"Rese! Ga tau diri banget! Ga sopan! Is jiji gue! " Bulan hanya bisa ngedumel didalam hati.

"Nih, saya bikinin dua bungkus sekaligus buat eneng sama masnya" kata penjual mie ayam itu sambil menyodorkan pesanan mereka.

Bulan langsung mengambil pesanannya dengan kesal yang masih di ubun-ubun.

"Makasih bang, ini uangnya" kata Bulan lalu dengan sengaja menginjak kaki laki-laki itu dan pergi pulang.

"Adooh! Sakit woy! rese lo ya! " teriak laki-laki itu. Untung cantik sambungnya dalam hati.

----
Dirumah Bulan.

Bulan masuk kedapur mengambil mangkok dan sendok lalu membuka mie ayamnya.

"Lah kok pakek sawi sih, kan tadi gue pesen gak pakek sawi"

"Wiihhh mie ayam, enak nih bagi dong! "

"OGAH! "

Disisilain...

"Lah kok gak ada sawinya, kan tadi gue minta komplit, ni abang mie ayam gimana sih"

⭐⭐⭐

Lah, ketuker gaes:v

TBC.

7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang