"Aaah... V benar-benar keren!!!"
'Mulai lagi..'
Jimin kadang-kadang sudah tidak tahan kalau mendengar anaknya meneriakkan nama idolanya dengan keras-keras. Padahal apa gunanya berteriak, kalau dia menonton konser hanya lewat youTube. Apa dia pikir suaranya itu bisa terdengar sampai pada-
"Jennie!! Tolong jangan teriak-teriak! Appa sedang membuat lapo-"
"V!!! aaaaaaaaAA!!!!"
"Huft...."
Jimin menghebuskan nafasnya dengan kasar. Kalau sudah begini, jangankan membuat laporan, tidur saja pasti akan sulit.
'Aku benar-benar mengutuk orang bernama V itu. Apa-apaan! Coba saja kalau dulu aku jadi debut! Dia pasti tidak ada apa-apanya dibanding aku dan taeh...'
Jimin melamun, dia tiba-tiba ingat bagaimana kerja kerasnya berakhir sia-sia. Itu semua karena-
"Kenapa eomma ada didepan kamarku?"
Jimin terkejut. Bagaimana bisa jennie tepat berada didepannya saat ini.
"A-a-appa t-t-tadi-"
"Sana pergi tidur, jangan menggangguku lagi."
Jimin jadi bingung, siapa disini orang yang diganggu sebenarnya. Tapi, yasudahlah. Ada sesuatu yang harus disampaikannya pada jennie.
"Jennie.. Appa berpikir tentang pindah ke-"
"Eomma setuju untuk pindah ke seoul???"
Tanya jennie buru-buru.
"Aniyo, appa pikir lebih baik tidak usah sampai pindah kesana."
Jennie mendorong tubuh jimin.
"Kalau begitu tidak usah bicara."
Dia akan pergi ke dapur untuk mengambil minum, tapi jimin mencegahnya.
"Tapi, jennie.. Kita bisa nonton konser V di seoul.."
Secepat kilat, jennie berbalik.
"Sungguh??? Eomma tidak bohong??"
"Hm.. Y-"
"Aaaaaaaa terima kasihhhh!!!! Jennie sayang eomma!!! Eomma yang terbaik!!!!"
Jimin tersenyum, dia senang melihat jennie tersenyum bahagia.
"Tapi jennie janji ya sama appa, semester ini harus dapat nilai yang bagus."
Kata jimin, mengajukan sebuah syarat pada anaknya.
"Tentu saja, jennie yang manis akan belajar dengan sungguh-sungguh karena sudah diperbolehkan bertemu V sama eomma."
Kata jennie, penuh semangat.
"Menonton konser itu tidak bisa dikatakan bertemu, jennie sayang."
"Apa maksud eomma? Tentu saja jennie akan bertemu dengan V."
Ujar jennie, cemberut.
"Dia melihat kearahmu atau tidak, semuanya tergantung dengan keberuntungan. Kalau beruntung, ya dia melihatmu sekilas. Kalau tidak, apa bedanya dengan menonton layar."
"Aaangggg~~~ eommaaa~~ belikan tiket VIP kalau perlu VVIP untuk jennie~~~"
Jimin kembali tersenyum, dia mengusak rambut anaknya.
"Pergi tidur, appa harus membuat laporan."
Jimin terdiam ketika jennie menarik tubuhnya untuk memberikan sebuah kecupan di pipi. Ini diluar dugaan, biasanya jennie tidak pernah menurut. Tapi sekarang..