Jimin tersenyum-senyum sendiri, jennie sepertinya sedang merasakan yang namanya cinta monyet. Dari tadi dia terus saja melihat jennie mondar mandir ke depan cermin untuk memastikan penampilannya sempurna.
"Dia sibuk dengan pakaian dan berdandan, tapi tidak menyiapkan barang yang mau dibawanya."
Kata jimin, memasukkan dompet jennie yang masih tergeletak ada diatas kasur.
"Apa ini?"
Jimin tahu betul benda itu, dan tidak seharusnya ada di tas jennie.
"Jennie!! Apa ini?!!"
"Kenapa eomma teriak-teriak?"
"A-a-apa ini?"
Tanya jimin, suaranya bergetar.
"I-i-itu dari temanku, hanya balon bia-"
"Balon? Kau pikir aku ini bodoh?? Kenapa benda seperti ini ada di tas mu?"
Jennie merebut bungkusan itu dari jimin.
"Ya memangnya kenapa kalau kondom ini ada ditasku."
Jimin tidak percaya ini. Jennie bahkan meyebut benda itu biasa saja.
"Lihat dirimu! Kau itu masih kecil, apa pantas kau memiliki barang seperti ini eoh?!"'
"Yang penting aku kan tidak akan merugikan eomma!!"
Jimin ingin menampar jennie, tapi tidak dilakukannya. Karena itu dia mengeratkan tangannya di bahu jennie.
"Apa yang terjadi denganmu? Kemana jennie kecil appa per-"
"Jangan panggil aku jennie kecil!!! Aku sudah besar!!"
"Membawa kondom untuk kencan pertamamu? Seperti itu yang kau sebut sudah besar??!!"
Tanya jimin, dia marah sekali. Tapi dasarnya jennie yang masih muda dan tidak mengerti kekhawatiran ibunya malah menjawab..
"Aku malu sama teman-temanku yang sudah memberikan bukti cinta pada kekasihnya, sementara aku kuno-"
Plakkkkkk
"Kuno katamu?? Lihat aku!! Lihat bagaimana aku berakhir sekarang eoh?? Kau pikir aku akan membiarkanmu menjalani hidup yang sama denganku?!!"
Teriak jimin, kesal karena mendengar alasan yang diberikan anaknya.
"Aku benci eomma!!"
"Mau kemana kau?!!"
"Aku mau pergi, oppa bilang kalau eomma tidak setuju aku bersamanya. Dia akan membawaku pergi dan bertanggung jawab."
"Jennie!!! Kenapa kau begitu bodoh eoh?? Apa kau pikir dia akan menepati janjinya?? Ayahmu dulu berkata seperti itu padaku, dan sekarang kau bisa lihat sendiri apa buktinya!! Aku membesarkanmu sendirian!!!"
Jimin terus saja berteriak-teriak. Sungguh, tidak pernah terbayangkan olehnya akan ada percakapan seperti ini antara dia dengan jennie.
"Ayah sudah meminta maaf, ibu saja yang tidak mau memafkannya."
'Apa? Apa dia pikir memaafkan orang bajingan seperti taehyung itu adalah hal yang mudah??'
Jimin kecewa pada anaknya.
"Setelah apa yang ayahmu lakukan padaku, bagaimana mungkin aku bisa memaafkannya.."
Kata jimin, sendu.
"Kalian bisa kembali bersama, itu tidak sulit. Tapi ibu memilih mempersulit diri dengan berniat menikah sama paman jungkook."
Kata jennie, membuat jimin melepaskan tangannya.
