Ch 4 - Dulu

2.8K 448 30
                                    

"Tae, ayo kita pulang ke busan.."

Ajak jimin, lemah.

"Tae, aku-"

Taehyung melepaskan tangan jimin.

"Ini belum terlambat, ayo pergi mencari obat untuk menggugurkannya."

Jimin kembali menangis.

"Hiks... Hiks.. Tae... Hiks.. Aku tidak mau jadi pembunuh... Hiks... Hiks.. Ayo pulang ke busan hiks.. Ayo beritahu ayah... Hiks... Hiks... Ayo beritahu ayah dan ibu kita masing-masing... Hiks.. Mereka pasti mengerti.. Hiks.. Hiks.."

Jimin meminta baik-baik, tapi taehyung malah membentaknya.

"Tidak! Tidak, jimin!!"

Teriak taehyung, mengusak kasar rambutnya.

"Argh... Hiks... Hiks... Arghh... Tae... Hiks.. Hiks.. Kumohon.. Hiks.. Hiks... Aku-"

Taehyung memegangi kedua bahu jimin, mengguncangkannya beberapa kali.

"Kau pikirkan ini, jimin. Sangat sulit untuk bisa diterima di agensi yang besar. Kalau kita pulang, semua mimpi kita akan berakhir disini."

Kata taehyung pada jimin hanya bisa menundukkan wajahnya dengan air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

"Tapi tae... Huks... Huks... Bagaimana dengan anak ini... Huks.. Dia akan membesa-"

"Tidak akan. Makanya ayo kita pergi mencari obat penggugur kandungan."

"Tidak mau... Hiks.. Hiks... Aku mau pulang ke busan... Hiks.."

"Kalau begitu sana pergilah! Dan lihat seberapa lama kau bisa bertahan!!"

Bentak taehyung, membuat jimin menangis semakin kencang ketika lelaki itu memutuskan untuk pergi dari hadapannya.

"Tae!!! Jangan tinggalkan aku, tae!!! Arghhh!! Taehyung!! Arghhh... Hiks... Hiks... Jangan tinggalkan aku, tae.. Hiks..."

Jimin mengejar taehyung sampai dia tak sanggup lagi. Membawa anak taehyung, membuat tubuh jimin semakin lemah. Apalagi sudah beberapa hari dia tidak makan karena terus memikirkan apa yang harus dilakukannya setelah ini.

.
.
.

'Andai waktu bisa diulang kembali..'

Batin jimin. Menyesal sudah memberikan tubuhnya pada taehyung sebagai hadiah ulang tahun ke 13. Tahun yang sama, dimana dia harus membawa jennie kecil didalam tubuhnya.

"Eomma.."

"Jennie.."

Jimin tersenyum. Dia berhenti menyesali apa yang terjadi dalam hidupnya, ketika dilihatnya jennie yang balas tersenyum.

"Kenapa eomma duduk diluar? Disini kan dingin."

"Kau juga.. Kenapa jennie-nya appa keluar malam-malam eoh?"

Jimin menarik tubuh jennie, memeluknya dari belakang.

"Eomma.."

"Hum?"

"Kemarin, waktu di toilet.. Kenapa V-"

"Appa sudah bilang jangan membahasnya lagi."

"Tapi, V bilang kalau dia adalah ayahku. Apa aku tidak salah dengar?"

[End] Mencari IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang