💣 sembilanbelas

3.3K 504 91
                                    

_oo0oo_

Laki-laki itu menatapku dengan kening mengernyit dan seketika aku menundukkan pandanganku. Aku harap Bayu tak mengenaliku.

"Siapa dia, Ma?" tanya Bayu sambil berjalan menuju kursinya kembali tapi matanya sama sekali tak ingin lepas dari sosokku.

Tanganku meraba jemari Ali dan menggenggamnya. Spontan Ali menoleh kearahku sambil memasang wajah cemasnya.

"Kamu kenapa, sakit?" tanya Ali. Aku menggeleng pelan dan tak berani mengeluarkan suara. Kepalaku terus menunduk, mencoba menghindari tatapan Bayu yang terasa begitu mengintimidasi.

"Istrimu kenapa, Li?" tanya Bulek Siti.

"Masih nggak enak badan mungkin, Bulek."

"Ya udah kamu ajak istirahat sana dikamar. Nanti biar sarapannya dianterin sama Bulek!" titah Bulek Siti.

"Iya, Bulek!" sahut Ali patuh lalu menuntunku masuk kedalam kamar. "Nanti sarapannya biar aku aja yang ambil, Bulek!" teriak Ali sebelum kami masuk ke dalam kamar.

Begitu pintu kamar tertutup, aku menghela nafas lega. Tapi sepertinya dadaku semakin sesak. Bagaimana mungkin di sini ada Bayu? Jadi Bulek Siti itu orangtuanya Bayu? Dan Ali sangat mengenal Bayu?

Bayu yang dulunya sangat membenciku?

Aku langsung mencekal lengan Ali. "Li, aku mau pulang!" rengekku.

"Pulang? Kok?" tanya Ali bingung.

"Pokoknya aku mau pulang. Sekarang, Li!" ulangku lagi.

"Tapi, Pril. Kenapa kamu minta pulang?"

Aku melepas kaitan tanganku dengan perlahan lalu melangkah menuju tempat tidur, duduk di tepinya. "Aku nggak enak badan!"

Ali mendengus pelan lalu mendekatiku. Tangannya membelai lembut kepalaku. "Istirahat disini kan bisa, sayang!" bujuknya.

Aku menggeleng kuat dengan mata berkaca-kaca. "Aku mau pulang, Li. Pulaaaaang!"

Kali ini Ali tampak menghela nafas panjang. "Aku nggak enak sama Bulek Siti. Baru sehari masa udah pulang? Lagian aku juga kangen sama Bayu, udah lama nggak ketemu--"

"Ya udah kalo kamu nggak mau pulang, aku bisa pulang sendiri!" potongku dan berdiri dari dudukku. Berjalan cepat menuju lemari. Mengambil koper dan langsung memasukkan beberapa bajuku.

"Tunggu, Pril. Kenapa kamu jadi berubah gini sih?" cegah Ali sambil menghalau pergerakan tanganku yang sedang memasukkan baju ke dalam koper. Sementara aku memilih membisu. "Oke. Oke. Kita pulang. Tapi kasih 1 alasan kuat kenapa kamu minta pulang. Aku yakin bukan karena kamu sakit!"

Aku menghentikan aktifitasku memasukkan baju. Memilih menunduk, menelan salivaku sebelum menjawab pertanyaan Ali.

"Aku kangen sama Papa!"

Untuk ketiga kalinya aku mendengar Ali membuang nafas. Ia sedikit mendekat kearahku dan langsung memelukku. "Maafin aku, ya!"

Aku mengangguk dalam pelukannya. Syukurlah, Ali bisa menerima alasanku. Maafkan aku Ali karena telah membohongimu.

_oo0oo_

Satu jam sebelum berangkat, badanku tiba-tiba panas dan terasa menggigil. Padahal semua keperluan sudah masuk ke dalam koper dan siap berangkat. Bulek Siti juga sudah tau soal keinginanku untuk pulang.

Akhirnya Ali memilih untuk menunda keberangkatan kami. Ia lalu pergi ke apotik untuk membeli obat.

"Kamu istirahat dulu ya. Bulek mau kebelakang dulu!" pamit Bulek Siti sambil mengusap lembut lenganku.

I'm Not TerorisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang