Jinni yang berjalan di belakang Seungkwan ikut masuk ke apartement dan melepas sepatu. Gadis itu lantas menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan meraih remot tv untuk menonton acara siang hari itu.
Mereka berdua sudah makan siang di restoran, jadi sekarang tidak ada yang ingin di kerjakan Jinni sampai nanti sore karena Seungkwan pun sudah kembali ke kamar untuk mengambil laptop lalu akan pergi ke studio Seventeen.
Jinni menghela nafas lelah mengingat kalimat tanya yang diucapkannya tadi pagi di cafe keluarga Mingyu. Boo Seungkwan sepertinya tak mendengar sama sekali apa yang diucapkan Jinni karena sebelum ia menyelesaikan pertanyaannya lelaki bernama Kim Mingyu datang dan mengalihkan perhatian Seungkwan dari Jinni.
"Aku berangkat ya, kalau kau bosan pergi saja ke rumah Eomma atau ke rumah Yuejon. Aku tidak tahu akan pulang kapan karena ini tidak sesuai rencana. Arra?" kata Seungkwan sambil memasang sepatunya.
jinni mengangguk dan menampilkan senyum untuk Seungkwan yang sudah berdiri tegak di dekat pintu yang masih tertutup.
"Arraseo, aku akan ke rumah Yuejon kalau bosan,"
Seungkwan menggenggam daun pintu, membukanya sedikit lalu menoleh dan melambaikan tangan pada sang istri. Menampilkan senyum dan pergi keluar apartement meninggalkan Jinni yang tiba-tiba termenung.
"Haruskah aku diam-diam pergi ke sana juga?" gumamnya pelan,
"Baiklah, I'm ready to let go-- setelah membersihkan rumah..."
Jinni segera bangkit dari duduknya, menguncir rambut panjang yang tergerai.Gadis itu mengambil mesin penyedot debu dan mulai membersihkan seluruh lantai di rumahnya.
Saat sedang asik membersihkan area ruang tamu, tiba-tiba ponsel Jinni yang ada di atas meja berbunyi dan menampilkan nama seseorang yang mampu membuat Jinni terdiam. Gadis itu sudah mematikan mesin penyedot debunya. Namun, ponsel yang masih berbunyi itu tak menggangu pikiran Jinni soal siapa si penelepon.
"Halo..." jawab Jinni senormal mungkin-- meskipun detak jantungnya terasa bergemuruh sampai terasa sedikit sesak.
Membuat gadis cantik itu terduduk di sofa empuk untuk sekedar merilekskan diri.
"Emm... Jinni-ya ini aku."
Suara itu-- Jinni sangat merindukannya. Sudah sekitar dua minggu yang lalu Lee Jihoon berbicara langsung padanya, sangat lama. Padahal dengan member lain Jinni sering bertemu, tapi tidak dengan Jihoon yang paling sibuk di antara mereka.
"A-ada apa Oppa-- menelponku?"
"Apa Seungkwan sudah berangkat ke studio?"
"Hmm? dia sudah berangkat sekitar dua puluh menit yang lalu, seharusnya--"
"Kenapa dia belum sampai? Nomornya tidak bisa dihubungi, apa ponselnya mati?"
"Dia pergi dengan mobil, dan selalu meletakkan ponselnya di saku celana jadi--"
Ting tong!!
Bel apartemen berbunyi membuat perhatian Jinni pada ponselnya teralihkan. Woozi yang sepertinya mendengar suara bel di seberang sana hanya memilih diam.
"Oppa, bel rumah kami berbunyi. Tunggu sebentar-- emm.. jangan matikan teleponnya."
"Hm..."
Setelah mendengar gumaman Woozi, Jinni langsung berjalan ke pintu apartemen dan melihat siapa penekan bel di layar monitor kecil.
Seseorang berseragam polisi sedang-- Polisi? Jinni tidak salah lihat kan kalau pria di depan apartemen nya saat ini adalah seorang polisi. Apa yang terjadi sampai polisi itu mendatangi rumahnya.
Tangannya yang bergetar itu memutuskan membuka pintu dengan jantung yang berdegub kencang, sejak sekolah menengah atas Jinni selalu takut pada seorang polisi. Entahlah semacam trauma-- mungkin.
Jinni dapat melihat senyum ramah dari pria berseragam itu, membuatnya mau tak mau ikut tersenyum dalam rasa gugupnya.
"Permisi. Benar ini rumah saudara Boo Seungkwan?"
"Nde--" Jinni merasa lehernya tercekik saat polisi itu menyebutkan nama suaminya.
Boo Seungkwan, apa lelaki itu baru saja menabrak seseorang dan sekarang sedang di kantor polisi? Tolong katakan tidak. Dirinya masih terlalu muda untuk ditinggal suaminya di sel tahanan. Dan lagi, bagaimana karir suaminya itu.
Jinni berdehem untuk menetralkan suaranya yang mungkin akan sedikit bergetar,
"Aku istrinya..."Di seberang sana, Lee Jihoon menghela napas panjang mendengar pengakuan dari Jinni. Hatinya mencelos karena sekali lagi dunia menyadarkannya kalau gadis yang dicintai sudah menjadi seorang istri dari adiknya.
Polisi itu mengangguk paham,
"Emm... begini, suami anda baru saja mengalami kecelakaan dan sekarang sedang di rumah sakit.""Suamiku?"
"Ye. Sepertinya suami Anda mencoba menghindari mobil lain sehingga menabrak pembatas jalan." lanjut sang polisi sambil melihat sebuah catatan di layar ponselnya.
"Dan kepalanya--"Jinni menghentikan ucapan sang polisi dengan memegang lengan besar itu. Tak mau mendengar soal apa yang terjadi dengan kepala suaminya, dirinya hanya ingin memastikan keadaan Seungkwan dengan mata kepalanya sendiri.
"Tolong antar aku menemui suamiku, juseyo."
Pria paruh baya itu menghela napas pelan, mengangguk sebagai jawaban dari permintaan gadis yang usia nya sama dengan putrinya itu.
---
"Hyung!" teriakan woozi sore itu menghentikan tawa Seungcheol, Dk, Bumzu dan enam member lain yang tengah menertawakan Vernon di ruangan yang dibatasi kaca itu, karena tiga member lainnya tengah memesan minum di depan gedung.
Seungcheol menatap malas Woozi sesaat, setelahnya dia bisa membaca ekspresi adiknya itu bahwa ada sesuatu yang tak beres saat ini.
Oh ayolah, Lee Woozi bukan tipe orang yang dengan usilnya mengerjai member dengan berbohong dan berpura-pura panik seperti saat ini.
"Wae?" tanya Seungcheol dengan ekspresi serius.
"Ada apa, Zi?""Seungkwan..."
TBC
------
Huwaaa😭 ini tu short dan nggak ngefeel banget. Tapi, aku cuma pengen lanjutin kebaperanku sama wajah dinginnya Seungkwan di Kcon LA kemarin😭 Vocal tim, you make me baper😶
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Become My Wife
FanficShin Jinni, seorang gadis yang menyukai laki-laki berkepribadian dingin tapi justru menikah dengan laki-laki yang ceria dan sedikit banyak bicara. Meskipun begitu Jinni bukanlah seorang istri yang buruk untuk suaminya, ia menyayangi laki-laki itu se...