Jinni sudah menangis sejak polisi menyilakan dirinya masuk mobil untuk menuju rumah sakit. Bukan menangis meraung-raung, hanya air mata yang terus keluar dengan kepala menunduk.
"Nona, kita sudah sampai di rumah sakit. Suamimu masih di unit gawat darurat."
Jinni mendongak menatap sang polisi, lalu mengangguk,
"Terima kasih," ucapnya lalu bergegas keluar mobil dan menuju ruangan tempat Seungkwan ditangani.Jinni sudah masuk ke ruangan darurat itu, tapi matanya belum menemukan sosok Seungkwan di sana. Dia terlalu panik sampai tak bisa fokus melihat wajah orang-orang di sana. Sekarang bahkan dirinya lupa baju warna apa yang tadi dipakai oleh laki-laki itu.
Jinni mengusap wajahnya kesal, kalau ia tidak ingat bahwa ini di rumah sakit pasti ia sudah berteriak memanggil nama Seungkwan. Beberapa perawat dan dokter sibuk mengobati beberapa pasien lainnya.
Tangis Jinni kembali pecah seiring dengan pikiran negatif tentang keadaan suaminya saat ini, dan buruknya lagi hal itu membuat pandangannya semakin tidak jelas untuk menemukan posisi Seungkwan.
"Jinni-yya."
Jinni terlonjak kaget saat tangannya disentuh oleh tangan yang lebih besar. Kulit pucat itu menyadarkan Jinni siapa pemilik tangan yang menyentuh pundak dan tangannya.
"Jihoon Oppa?"
Air matanya semakin deras menetes saat melihat Jihoon berdiri di hadapannya, tangannya mencekram kuat kedua lengan lelaki pucat itu. "S-seungkwan dia... dia menabrak—"
"Seungkwan baik-baik saja." kata Jihoon memotong kalimat Jinni— beralih menggegam kedua tangan kecil yang tampak sedikit kasar.
Apa yang kau lakukan dengan tanganmu, Jinni?
"Jangan khawatirkan apapun," katanya lagi pada gadis itu.
Jinni menghapus air mata di sekitar pipinya, menarik napas dan menatap Lee Jihoon dengan susah payah. "Di mana dia? Aku.. Aku sudah..."
"Dia ada di ruang perawatan." katanya cepat namun dengan suara yang sangat lembut.
"Tapi polisi tadi bilang kalau dia—"
"Dia dipindahkan lima menit yang lalu, Jinni."
——
Seungkwan dan Seungcheol menoleh ke arah pintu ruang rawat saat mendengar suara langkah seseorang.
"Jinni-yya." panggil Seungkwan.
Baru beberapa detik matanya menatap wajah sembab milik Jinni, namun gadis itu sudah berlari dan memeluk tubuhnya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.
"Hey jangan menangis," kata Seungkwan sembari mengusap kepala gadis yang sudah hampir setengah tahun menjadi istrinya itu.
Jinni masih memeluknya dengan tangis yang belum juga mereda, Seungcheol yang melihat hal itu hanya tersenyum sampai matanya menangkap sosok Jihoon yang berjalan sangat pelan dengan mata yang mengarah pada sosok Jinni yang memeluk Boo Seungkwan.
Jihoon menatap Seungcheol sekilas sembari menunjuk pintu, setelahnya lelaki itu berbalik. Meraih daun pintu dan membukanya untuk membawa tubuhnya keluar dari kamar rawat Seungkwan.
Jihoon duduk di kursi depan ruangan itu, dan bersandar pada tembok bercat putih di belakangnya.
"Kau baik-baik saja?"
Matanya terbuka saat suara Choi Seungcheol masuk ke gendang alat pendengarannya dan duduk di bagian kursi kosong.
"Aku kan tidak terlibat dalam kecelakaan itu, hyung. Aku tidak terluka sama sekali." kata Jihoon sambil memejamkan mata— menghirup bau khas bagunan bercat putih itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Become My Wife
FanficShin Jinni, seorang gadis yang menyukai laki-laki berkepribadian dingin tapi justru menikah dengan laki-laki yang ceria dan sedikit banyak bicara. Meskipun begitu Jinni bukanlah seorang istri yang buruk untuk suaminya, ia menyayangi laki-laki itu se...