Perjalanan hidup Boo Seungkwan yang penuh drama dimulai ketika dirinya diterima sebagai seorang trainee di sebuah agensi. Tumbuh besar di sebuah pulau indah yang bernama Jeju membuatnya bertekad bahwa ia harus sukses meskipun harus ke kota Seoul dan meninggalkan rumah, teman-teman serta keluarganya untuk beberapa tahun. Hingga kesuksesan itu telah ia raih sampai dirinya menemukan pujaan hati yang bersedia ia nikahi di usianya yang masih cukup muda.
Oh ayolah, member tertua Seventeen bahkan belum memiliki seorang kekasih. Walaupun semua orang tahu alasan Choi Seungcheol masih betah menyendiri karena masih mencintai kekasihnya yang meninggal beberapa tahun silam– sebulan setelah debut Seventeen.
Namun usia tidak pernah menjadi masalah karena dirinya telah benar-benar merasa siap untuk menikah. Tentunya dengan Shin Jinni, seorang gadis yang baru dua tahun lulus dari SMA dan bercita-cita menjadi seorang pelukis terkenal bersedia menikah dengan laki-laki seperti Seungkwan yang bahkan bukan tipe idealnya. Boo Seungkwan itu cerewet sedangkan Jinni lebih mengagumi seorang pria berwatak dingin yang menurutnya terlihat keren.
Tapi jika sudah takdir dari Tuhan, siapa yang bisa menolak?
Buktinya setelah hampir setahun Shin Jinni berusaha mencintai sosok suaminya dan melupakan perasaan pada Lee Woozi, kebahagiaan akhirnya menghampirinya dan Seungkwan.
Malam ini atau mungkin besok pagi, malaikat kecil mereka akan lahir ke dunia. Menemui orang tuanya yang menunggu dengan perasaan yang sulit untuk dijabarkan. Bahagia, sedih, takut, terharu, dan entah perasaan apalagi yang harus mereka ucapkan.
Setelah Seungkwan menyelesaikan urusan administrasi Jinni, ia kembali berjalan ke ruang bersalin istrinya. Di luar ruangan ada orang tuanya dan juga kedua mertuanya yang duduk sembari melafalkan doa di dalam hati.
"Sudah selesai?"
Seungkwan mengangguk setelah suara lembut ibunya menyapa gendang telinga, rasanya Seungkwan ingin menangis di pelukan ibunya. Namun, sekarang ia harus menjadi seorang suami dan calon ayah yang kuat. Ia tidak akan membiarkan istrinya berjuang sendirian melahirkan putra mereka.
"Eonni ada di dalam menjaga Jinni." Ucap kakak perempuannya yang termuda.
"Em, Nunna. Aku akan ke dalam." Seungkwan berjalan lalu membuka pintu putih itu secara perlahan. Hatinya mencelos ketika pemandangan istrinya yang berebah dalam keadaan miring. Wajah pucat yang meringis menahan sakit. Sedangkan kakak perempuannya yang pertama dengan perhatian memijat punggung Jinni mencoba sedikit mengurangi rasa sakit.
"Seungkwan?" kakaknya menoleh menatap Seungkwan.
"Bagaimana?"
"Kita masih harus menunggu."
"Masih lama, ya?"
Sang kakak terkekeh. "Kau pikir melahirkan itu mudah, lebih baik kita berdo'a saja."
"Biar aku saja yang menjaga Jinni, Nunna istirahatlah di luar."
"Iya, Jinni dari tadi mencarimu."
Seungkwan melirik Jinni yang memejamkan mata dengan raut menahan sakit. Perempuan itu bahkan seperti tidak mendengar apapun karena terlalu sibuk mengontrol rasa sakitnya. "Terima kasih ya, Nunna."
Kakaknya tersenyum sambil mengusap punggungnya. "Semangat ya, calon ayah tidak boleh lesu begitu. Kau harus bisa menjadi energi untuk Jinni."
"Iya, bawel." Seungkwan mengecup pipi sang kakak sebagai tanda terima kasih.
Kemudian di ruangan serba putih itu hanya tersisa dirinya dan Jinni dengan wajah pucat serta keringat dingin yang membanjiri.
"Hai, sayang. Aku di sini." Ia berbisik tepat di telinga Jinni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Become My Wife
FanfictionShin Jinni, seorang gadis yang menyukai laki-laki berkepribadian dingin tapi justru menikah dengan laki-laki yang ceria dan sedikit banyak bicara. Meskipun begitu Jinni bukanlah seorang istri yang buruk untuk suaminya, ia menyayangi laki-laki itu se...