Secara tiba-tiba pria itu bangkit membelakangi Jiyeon sambil berbisik dengan nada suara kuat. dan tegas.
"Kuharap kau melupakan apapun yang kau lihat mengenaiku hari ini. Permisi." pria itu membungkuk dan meninggalkan tempat duduknya.
"Cih.. Ye? aku? apa dia baru saja memerintahku seperti sirambut pink 'jeojang' Jihoon? YAKKK!!!" seperti orang bodoh Jiyeon mengamuk kala pria yang telah membuatnya sakit hati telah pergi entah kemana.
Dengan nafas tersengal karena amarah Jiyeon kembali memakan makanan yang ia beli sebelum ke taman.
"Ayo Jiyeon kau pasti bisa. SEMANGAT!" setengah teriak Jiyeon menyemangati dirinya sendiri, Jiyeon hampir menjadi pusat tontonan semua orang disekitarnya untung saja Jiyeon segera menunduk dan segera memasuki pelataran kantornya.
.
"Jiyeon..."
"Ah, Kang Saem... belum pulang?" tanya Jiyeon berbasa-basi pada sang atasan yang menjadi idolanya.
"Belum, aku menyiapkan data untuk sidang besok. kau?"
"Aku juga, Pengacara Park menyuruhku menyiapkan Duplik kasus wanprestasi Aktor K."
"Bukankah itu adalah kasusku besok, jadi kau yang menyiapkannya? terima kasih Jiyeon." ucap Kang Daniel dengan senyum ratusan karatnya.
"Iya... Sama-sama." ucap Jiyeon tersipu.
"Ini, aku sudah menyiapkan gambaran serta datanya kau tinggal memasukannya dalam delik duplik yang sudah tersedia, setelah selesai tolong print biar aku cek."
"Baik Saem." Jiyeon menjawab dengan semangat 45, ia sungguh berbunga saat ini
Daniel kembali duduk dikursi tamu yang berjarak 4 meter dari mejanya, bahkan kini ia bisa dengan leluasa menatap wajah taman Kang Daniel yang terkenal bertangan dingin dalam setiap kasusnya.
"Apa ada sesuatu diwajahku Jiyeon?" tanya Daniel dengan mata yang masih terfokus pada beberapa file dihadapannya.
Jiyeon menggeleng malu, tak berapa lama ia kembali tertunduk dan memulai tugasnya.
Daniel mencuri pandang pada Jiyeon yang tersipu, pria itu mengulum senyumnya kini.
beberapa waktu terus berlalu Jiyeonpun telah selesai dengan Delik Dupliknya.
"Ini Saem, silakan di cek terlebih dahulu sebelum saya print dan perbanyak."
Daniel mulai membacanya berulang, mencari kata yang tidak enak didengar menjadi lebih baik dan kembali menyerahkannya pada Jiyeon.
"Ini sudah aku revisi, kau bisa langsung mengganti dan mencetaknya 5 rangkap. juga jangan lupa dimasukan dalam CD juga flashdisk jika tak ada minta pada Jihoon."
"Baik Saem," jawab Jiyeon dengan manis, Daniel benar-benar mengubah harinya.
"Aku masuk ke ruanganku dulu Jika kau butuh bantuanku, aku ada disana."
"Iya Saem."
Daniel melewatinya bagaikan sebuah angin dimusim semi pada musim panas, menyejukkan.
"Dasar gila." ucap Jiyeon pada dirinya sendiri yang mulai tersenyum senyum sendiri.
.
"Ini Saem telah selesai, apa aku bisa pulang sekarang?"
"Ya. silakan... terima kasih sudah bekerja keras." ucap Daniel yang sudah melonggarkan dasinya dengan setumpuk berkas yang tadi ia pelajari diruang tamu.
"Apa ada yang bisa saya bantu lagi Saem?"
Daniel mendongak heran, kemudian tersenyum manis.
"Tidak, kau bisa pulang... terima kasih telah mau menemaniku malam ini."
"sama-sama Saem kalau begitu saya Pamit."
"Ya."
ada rasa tak rela didiri Jiyeon saat meninggalkan Daniel sendirian dengan banyaknya data yang harus pria itu pelajari.
"Apa aku kembali saja? Ah... kau gila Jiyeon, dia itu orang pintar dia bahkan bisa saja menerima gelar Profesornya saat aku wisuda Magister dari Universitas Seoul tapi dia tak mau... kau mau membantu apa? buat kopi? orang gila, pulang dan dinginkan otakmu Park Jiyeon." rutuk Jiyeon dengan kesal pada dirinya sendiri.
.
.
Wonwoo tampak kusut setelah tadi siang ia tak sengaja memasuki kamar sang ibu.
Flashback on
selesai memecahkan barang dikamar sang istri, Tuan Wonwoo keluar rumah dengan wajah penuh amarah... ketika suara mobil keluar dari garasi barulah Wonwoo bisa mendekati kamar sang ibu.
KLIK
"Tak dikunci?"
Wonwoo segera mendekati tempat tidur sang ibu.
"Ibu..." Wonwoo segera mendekati ibunya sambil memeluknya erat.
ibunya tampak lelah, kulitnya tampak lebih keriput, bibirnya pun terlihat pecah pecah seolah telah mengalami dehidrasi yang cukup lama, ditambah beberapa lebam disekujur tubuhnya
Wonwoo mengambil beberapa gambar ibunya jika ia memerkulannya sewaktu waktu.
sang ibu melambaikan tangannya perlahan seolah ingin memberitahu sesuatu.
"Ya ibu? ibu ingin minum?"
Ibunya menggeleng, memang sebuah infusan telah tertancap ditangannya awas saja jika ayahnya berniat membunuh ibunya perlahan, ia tak segan membalaskan dendam ibunya pada sang ayah brengseknya.
"Ibu... titipkan padamu... kotak keropi kesukaanmu, simpanlah baik baik... jangan sampai ayahmu menemukannya." ucap sang ibu tersengal, seolah sudah lama suaranya tak ia pakai.
"Ibu..."
"Cepat keluar dan ... cari bantuan." lanjut ibunya berbisik
"Tapi, ibu..."
"Cepat... hhh.." Wonwoo segera keluar kamar ibunya sebelum sang ayah kembali.
"Hei... darimana kau?" tanya Khloe.
"dari dapur, jika kau mencari ayah ia sedang pergi." ucap Wonwoo tak peduli,
"Tidak, sebenarnya aku mencarimu... kau tahu, pria sepertimu adalah tipeku, muda dan perkasa. jika kau mau denganku aku akan membiarkan ibumu selamat dna keluar dari rumah ini. Bagaimana?"
"Aku... Aku akan bersiap, aku akan kuliah diluar kota."
"Meninggalkan ibumu? kau serius?"
"Aku..."
Brak
"Apa yang kau lakukan dengannya Khloe?" tanya Tuan Jeon yang tiba tiba datang entah dari mana.
- Tbc -
Aku mau bikin cerita ini lebih berat dari yang biasanya aku buat,
Aku ngambil tema hukum dimana aku majoring dibidang itu.
Aku ambil hukum di Indonesia soalnya hukum dikorea beda tapi intinya sih sama aja... Beda paling signifikan sih ttd kagak pake segel di Indonesia kalau disana pake dan melegalkan semuanya deh kayaknya segel itu, yaa kecuali minjem duit sih kayaknya...
Kayaknya sih aku belum ngubek lagi soalnya.
Udah lah yaaa gidaryeo jusseyo...
KAMU SEDANG MEMBACA
WOULD YOU HELP? ✔
FanfictionKetika seorang pria yang baru menyelesaikan studi menengahnya dihadapkan pada kenyataan pahit ayahnya menyekap sang ibu dan berniat menikah kembali dan rencana busuknya untuk menjual aset milik ibunya.... kegilaan ayahnya menghantarkannya pada Danie...