004

240 47 48
                                    

Suara air dipanaskan mengusik tidur Daniel, ditambah suara bising alat penyedot debu membuat matanya terbuka sempurna.

"Selamat Pagi... Oh, ada yang sudah datang... Kau siapa?" tanya Jiyeon yang pertama datang, sejak office boy kantor ini keluar memang anak magang yang dijadikan pengganti ob untuk sementara jadi Jiyeon memang wajib datang pertama.

"Aku Office Boy yang baru, Jeon Wonwoo." ucap Wonwoo malu

"Hai, Aku Park Jiyeon aku anak magang bagian Notariat tunggu... kau..."

"Nde?" Wonwoo menghentikan aktifitasnya dan menatap Jiyeon lurus.

"Kau laki laki yang petang itu menyuruhku untuk diam kan? saat tiba tiba kau menangis?" Jiyeon menunjuk Wonwoo langsung tepat diwajah tampannya.

"Ah... maaf ucapanku kasar saat itu, aku ada sedikit masalah dengan keluargaku."

"Tak apa... Apa kau sendiri saja disini?"

"Tentu saja tidak, ada Tuan Pengacara diruangannya." jawab Wonwoo menunjuk ruangan Kang Daniel.

"Daniel Saem? dia sudah sarapan?"
Wonwoo menggeleng, setahunya bangun saja belum.

"Biar aku yang buatkan." Jiyeon bergegas menuju dapur bersama Wonwoo yang berniat membersihkan kantung dari penyedot debu yang baru ia pakai.

Menatap Jiyeon membuatkan omelette penuh semangat membuat Wonwoo sesekali tersenyum, bagaimana bisa wanita dewasa itu terlihat kekanakan saat ini.

"Aku baru sadar kalau kau pucat sekali, Kau sakit? Kau sudah makan?" Tanya Jiyeon tiba tiba kala keduanya berada di menghadap tempat yang sejajar,

Telapak tangan Jiyeon yang halus mencoba mengukur suhu tubuh Wonwoo, gadis itu menggeleng kala tak merasakan panas tubuh Wonwoo berbeda dengan miliknya.

"Ehem... Tidak aku memang seperti ini dan Belum, tapi setelah ini aku akan mencari sarapan diluar." cicit Wonwoo berusaha memfokuskan tatapannya. Pria itu kembali bekerja meski rona wajahnya sudah merah seperti udang rebus.

"Kau sudah selesai?" tanya Jiyeon yang kini menaruh omelette milik Daniel di piring saji.

"Hanya tinggal mencuci ini saja setelah itu belum ada lagi." ucap Wonwoo memperlihatkan Lap ditangannya.

"Baiklah duduk saja, biar aku buatkan omelette sekalian, oke."

Jiyeon kembali membuat telur gulung baru dalam pinggan yang sama dengan luwes ia membalikan telur itu tanpa kegagalan. "Ini." gadis itu memberikan omelette baru pada Wonwoo.

"... Terima kasih."

"Aku berikan ini pada Daniel Saem dulu, bye... "

Jiyeon bergegas menuju ruangan Daniel dengan terburu-buru,

"Iya sayang, aku tahu... Bagaimana gaunnya kau sudah mencobanya? iya aku juga akan datang ke designernya tapi tidak hari ini, aku ada jadwal hari ini, mungkin lain kali. aku harus mandi oke, aku juga sayang padamu... bye ..."

Jiyeon menahan tangisnya, bagaimana bisa ia tak tahu bahwa Kang Saemnya akan menikah, bagaimana ia bisa sebodoh itu sehingga tak mengetahui hal sepenting itu?

Jiyeon menghapus air mata dari ujung matanya dan mendekat kearah pintu.

TOK TOK

"Iya, silakan masuk."

"Saem, aku buatkan sarapan... selamat menikmati." ucap Jiyeon menahan tangisnya sekuat tenaga.

"Woah... Terima kasih Jiyeon~ah, kau pasti akan menjadi istri yang baik bagi suamimu kelak, uhm... enak sekali. Terima kasih... Ah, diluar sana ada Wonwoo dia OB baru disini beritahu dia dan bantu dia. Dan jangan lupa beritahu yang lainnya akan ada kasus probono baru sehingga kita akan rapat pembentukan tim sebelum aku sidang." ucap Daniel disela sela makannya.

"Baik, saya permisi." Jiyeon mengangguk dan pamit undur diri.

"Jiyeon, kau terlihat lesu, kau sakit?" tanya Daniel sebelum Jiyeon keluar sepenuhnya.

"Tidak, aku baik baik saja permisi."

"Ya, Jika kau sakit segeralah ke rumah sakit, aku tak ingin rekanku tak fit." lanjut Daniel.

Kenapa? Kenapa ia masih begitu baik, Ya...  Karena ia begitu baik pada semua orang, kenapa kau bisa merasa dispesialkan Park Jiyeon sadarlah... Kesal Jiyeon dalam hatinya.

"Nde."

Jiyeon duduk dibiliknya dengan tatapan nanar, jadi Kang Saem sudah memiliki calon istri? Lalu aku tak istimewa? Bodohnya kau Jiyeon...

Kau siapa sampai kau ingin dianggap wanita istimewa untuk pria sekelas Kang Saem... Jiyeon mengetuk kepala Jiyeon ntuk yang kesekian kalinya.

"Jiyeon... kenapa..." belum selesai Eunji bertanya seorang pengacara dari bagian Pidana memecah keheningan kantor mereka.

"RAPAT PROBONO."

Jiyeon yakin karena ia tak pernah melihat pria itu dilingkungan Perdata.

Gadis itu datang menuju ruang rapat bersama Eunji,

"Jadi hari ini saya disini akan membuat tim probono untuk kasus Jeon Wonwoo, Wonwoo silakan kemari."

Pria pucat itu berdiri didepan menceritakan kisahnya yang pilu, bagaimana dia yang dahulu cukup terpandang semakin lama semakin menderita karena sang ayah yang ingin menikah lagi dan calon istri barunya menginginkan menjual rumah yang mana adalah harta bawaan sang ibu.

Ditambah lagi ibunya yang kini ditahan oleh ayahnya, umur yang masih dibawah pengawasan orangtua, juga kemungkinan fire back yang akan ia dapat jika salah melangkah... ya seperti boomerang.

...

Jiyeon pov

Mendengar cerita mengenai hidupnya, entah mengapa tiba tiba aku teringat pada masalalu kami, Hal yang sama terjadi pada aku dan ibuku, ibuku yang saat itu masih menjadi jaksa muda dengan pendapatan kecil menikah dengan ayahku seorang pemilik perusahaan.

Namun, ayah meninggal dunia karena sakit dan tiba-tiba saja semua aset perusahaan menghapuskan nama ayah, hingga kami tak mendapatkan apapun dari perusahaan ayah, disanalah kami mulai merasakan hidup sulit yang tak pernah kupikirkan sebelumnya, naik bus yang berjejal desak-desakan, makan ramen karena tak ada uang untuk membeli lauk pauk dan nasi juga masih banyak lagi.

Wonwoo seolah menjadi cerminan diriku dimasa lalu, bisakah aku membantunya?

"Jadi... untuk kasus ini ada yang menawarkan diri?" tanya Kang Saem pada kami, ruangan ini sangat besar ruangan sebesar ruang kelas di universitasku, ruangan yang menjorok kebawah dengan papan tulis yang lebar sebagai proyektor atau saat Kang Saem akan menjelaskan sesuatu pada kami.

Di jajaran pertama  yang diduduki para pengacara yang memegang kasus pidana tampak berdiskusi.

Begitu pula jajaran kedua yang diduduki para pengacara perdata,

Dijajaran ketiga terisi oleh para notaris yang sudah handal dibidangnya juga jajaran keempat para pencari data, detektif dan lainnya termasuk aku di ujung jajaran.

Jiyeon pov end

Author pov

Tampak ragu Jiyeon mengacungkan tangannya.

"Park Jiyeon?" tanya Kang Saem membuat ruangan besar itu hening seketika dan menatap kearah belakang.

"Jiyeon..." ucap Eunji tampak ragu menatap temannya yang satu ini.

"Bolehkah saem? Aku ingin memegang satu kasus, aku tahu ini terlalu dini untukku memegang kasus ini tapi aku ikut membantu... aku mohon libatkan aku dalam kasus ini."

- tbc -

WOULD YOU HELP? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang