"Oppa, kau bisa memanggilku oppa saat diluar kantor." bisik Jihoon.
"Okay." Jiyeon menatap Jihoon bingung.
Jihoon memarkirkan mobilnya di sebuah internet cafe yang bagus.
"Woah, aku tak tahu kau tau tempat sebagus ini sunba... Oppa." Jiyeon meralat ucapannya ketika Jihoon mendelik padanya.
"Nde, aku sering ketempat bagus, minggu ini kau kosong... Aku akan mengajakmu ke cafe kucing. Aku tahu kau suka kucing kan?" Jihoon mengunci leher stirnya kemudian mengambil tas Jiyeon dan dirinya dibelakang.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Jiyeon separuh kaget dengan apa yang dilakukan Jihoon pada tasnya.
"Kau begitu menyukai Pampam. Kucing kantor sebelah kan? Aku sering melihatmu main dengannya." Jiyeon tersipu malu pada ucapan Jihoon, jadi selama ini ia diperhatikan?
Keduanya berjalan menuju sebuah bilij yang cukup besar yang kosong berisi sebuah komputer.
"Oh... Jadi bagaimana kalau kita memulai pencariannya?" Jiyeon menutupi kesalah tingkahannya dengan apik.
"Kau tidak mau memesan sesuatu dulu?" Jihoon membuka sebuah buku menu sedangkan Jiyeon hanya melongo bingung, tak ada raut cemas diperlihatkan Jihoon saat ini, padahal keadaan Wonwoo saat genting saat ini.
"Uhm... Kurasa americano cukup." ucap Jiyeon bingung, kenapa juga ia memilih minuman.
"Makanannya?"
"Oh ayolah sunbaenim, kita kesini untuk bekerja bukan kencan."
"Kalau kita bisa Berkencan sekalian kerja, kenapa tidak?" Jihoon memiringkan kepalanya menatap Jiyeon intens dengan senyum andalannya yang sangat manis, seperti permen kapas.
Jiyeon menggeleng jengah menarik buku menu yang sedari tadi Jihoon bolak balik dan mengembalikan pada pelayan yang sedang lewat kemejanya.
"Aku pesan 2 americano. Terima kasih." ucap Jiyeon
"Ckk..." Jihoon berdecak sambil tersenyum kesal. Bagaimana bisa gadis muda ini terlihat begitu mudah menampik semua godaannya.
Jiyeon mulai membuka komputer dan mencari iklan kehilangan diportal berita.
Satu persatu setiap search engine dan mengetikan nomor sertifikat milik Nyonya Jeon.
Jiyeon menscroll satu persatu portal berita baik jual beli yang memuat rumah itu bahkan hingga berita kehilangan.
Hasilnya masih nihil.
Waktu mulai menunjukan pukul 3 sore... Jiyeon dan Jihoon bahkan melupakan makan siang mereka.
Jiyeon bekerja dengan komputer di internet cafe itu sedangkan Jihoon dengan tablet pc-nya.
Pria itu beberapa kali mengusap kepalanya, rambutnya yang pagi tadi tertata rapi kini berubah tak beraturan, sesekali pria itu menggigit bibir tebalnya gemas... Kacamata berframe bulat yang sedari tafi bertengger dihidungnya perlahan turun dengan gesit pria itu menaikan kembali kacamatanya ke posisi semula.
"Aku tampan ya?" Jihoon memecah keheningan saat sadar Jiyeon tengah menaruh perhatian pada dirinya.
"Apa kau berpikir, mungkin Tuan Jeon mendaftarkan pengampuan terlebih dahulu?" tanya Jiyeon yang matanya kini menatap mata Jihoon.
Gadis itu ternyata hanya memfokuskan pikirannya pada kasus dengan menatap dinding belakang Jihoon.
Trrr
Sebuah getaran diponsel Jiyeon membuat keduanya mengalihkan pandangan secara bersamaan. Eunji.
'Halo, ke kantor? Oke... Kami segera kesana.'
KAMU SEDANG MEMBACA
WOULD YOU HELP? ✔
FanfictionKetika seorang pria yang baru menyelesaikan studi menengahnya dihadapkan pada kenyataan pahit ayahnya menyekap sang ibu dan berniat menikah kembali dan rencana busuknya untuk menjual aset milik ibunya.... kegilaan ayahnya menghantarkannya pada Danie...