Tuhan itu adil selalu memberiku pertolongan diwaktu yang tepat
#Syah'fithriSyah POV
Disaat aku terbangun tiba-tiba kepalaku sangatlah sakit dan hidungku memanas, hingga tanpa kusadari keluarlah cairan berwarna merah dari hidungku aku segera mengelapnya menggunakan bed cover yang entah tak tau milik siapa, aku merutuki kebodohanku mengapa bisa dengan bodohnya mengelap darahku menggunakan bed cover itu dan aku baru menyadarinya bahwa aku kini sedang berada di suatu tempat apa ini kamarku? Sepertinya bukan tidak mungkin kamarku seluas ini dengan paduan cat berwarna putih dam biru muda terlihat tenang dan ya ranjang yang empuk lembut dan nyaman apa aku disurga? Oh tidak jika benar aku disurga bagaimana dengan ibu ku dia pasti akan kesepian karena aku tidak ada, ah tidak aku memikirkan hal yang tidak-tidak, setelah aku memikirkan sesuatu dan aku mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, yang baru saja menimpaku setelahnya aku tidak ingat lagi memikirkan itu membuat kepalaku semakin sakit.
Suara klikan pintu itu seperti ada yang masuk, oh tidak bagaimana jika itu penjahat atau geng Nurul yang akan membully ku lagi, buru-buru aku menutupi badanku dengan selimut itu. Dan orang yang tidak ku kenal siapa itu mulai melangkah mendekatiku. Orang itu duduk di sampingku dan mengelus kepalaku, lalu dia beranjak dari duduknya dan pergi, saat aku ingin membuka selimutku dia berbalik.
"Hei, apa kamu gak papa?". Tanyanya.
"Hei bangun aku tau kamu gk tidur beneran Syah". Aku membuka selimut yang menutupi wajahku, dan betapa terkejutnya ternyata dia Alfarozt Alanta Pramudya murid baru yang ramah tampan, apa kah aku bermimpi, dan saat aku mencubit tanganku ternyata ini nyata, tidak aku berteriak histeris saat .
"Aaaaaaaaaa". Teriakku.
"Eh, ada apa denganmu apa kamu baik-baik saja?". Tanyanya, aku menggeleng cepat.
"Tapi hidungmu berdarah". Aku menggeleng lagi.
"Ah tidak, sangat sulit mengajak bicara wanita sepertimu". Ujarnya.
"A...aku tidak ke..napa..-ke.e..napa". Jawabku gugup.
"Baiklah seterahmu saja, ayo aku antarakan pulang". Ucapnya, Aku hanya mengangguk. Namun hidungku semakin banyak mengeluarkan cairan berwarna merah dan membuat kesadaran ku hilang, sepertinya penyakit itu kambuh lagi.
***
Aku tersadar diruang yang bercat putih dengan alat-alat medis menempel di tubuhku, ada apa ini.
Dan datanglah dokter beserta beberapa perawat beserta ibu, sahabatku, dan Alfar bersama teman-temannya dengan wajah khawatir.
"Syah apa ada yang sakit dimana bilang pada ibu?". Isak ibuku, aku bingung kenapa aku disini bagaimana dan kenapa?.
"Mohon tunggu sebentar Bu, saya akan mengecek keadaan nya terlebih dahulu". Ucap dokter itu, lalu menempelkan sesuatu ke arah detak jantungku.
"Bu bisa kita bicara sebentar?" Ujar dokter itu.
Ibu menganggukkan kepalanya."Iya bisa dok".
"Mari silahkan ikut saya ke ruangan saya". Lalu dokter itupun pergi.
"Syah kamu tunggu disini yak, ibu mau bicara sebentar dengan dokter". Aku mengangguk dan mengiyakan ucapan ibu, lalu ibu meninggalkan ruangan ini dan hanya tersisa aku dan vikriyah.
"Syah kamu ga papa kan?" Tanya Vikriyah dengan wajah khawatir.
"Aku ga papa kok, kamu sendiri gimana? Terus genggg---?". Ucapku terpotong.
"Shutttt---aku ga papa kok, dan soal genk Nurul mereka udah ditangani kok sama pihak sekolahd mmm... Makasih yak udah mau bela-belain aku, sampe kamu kayak gini."
"Kamu lupa kita sahabat." Ucapku.
"Makasih kamu selalu ada saat aku susah." Ujar vikriyah langsung memelukku.
"Iy---."
"Ekhem." Dehem Alfar ternyata ada mereka bertiga, dibelakang vikriyah tanpa aku sadari.
"Eh---, kok kalia---."
"Mereka bertiga yang bantuin aku bawa kamu Syah, tadinya kamu dibawa ke rumah Alfar dulu. Karena kebetulan rumah Alfar deket dari TKP, pas kita udah bawa kamu kesana, eh kamu malah muntah darah, mimisan, terus pingsan jadi kita langsung bawa kamu ke rumah sakit deh."
"Owh--, em makasih." Ucapku singkat, padat, dan dan jelas.
"Iya sama-sama". Ujar serempak mereka bertiga sambil tersenyum, tunggu sebelumnya aku belum pernah melihat Arland tersenyum begitu manis hmmm lupakan lah mungkin hanya pirasatku saja.
"Oh ya gw sama yang lain pamit dulu yak Syah, titip salam buat Tante Mirna dan semoga cepat sembuh". Pamit Alfar. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
"Hooh, Syah semoga cepet sembuh biar bisa babang Marios ajak jalan-jalan, eh vikriyah juga tenang ajah kok kamu itu namber one and limited edition dihati babang hehe". Ucap Marios dengan cengengesanya, sedangkan Alfar dan Arland hanya memutarkan bola matanya, terlihat lucu sekali bukan, ah tidak abaikan.
"Cepet sembuh Syah, assalamu'alaikum". Ucap Arland singkat, padat dan jelas, mereka bertigapun meninggalkan ruangan ku.
"Waalaikumsalam Hati-hati". Serempakku dan vikriyah dan tersenyum.
***
Author POV
Diruang inap Syah dan Vikriyah merasa bahagia atas kehadiran Alfar dan teman-temannya,, sedangkanan diruangan dokter, ibu Syah Mirna sedang dilanda kesedihan yang begitu dalam.
"Apa gk bisa diobatin dok, saya mohon dok sembuhkan anak saya dari penyakit itu". Isak Mirna.
"Kami akan berusaha mungkin untuk menyembuhkan anak ibu, tapi penyakit ini sangat sulit disembuhkan, dia menyebar perlahan tapi mematikan belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini, mungkin dengan terapi penyakit ini perlahan akan hilang. Oh ya apa putri ibu sudah mengetahui penyakitnya?". Ucap jelas panjang lebar dokter itu.
"Ya dia memang sudah tau dok, tetapi dia hanya mengetahui bahwa ia memiliki kelainan diotaknya, bukan penyakit mematikan itu". Ujar Mirna.
"Tapi Bu sebaiknya, putri ibu diberitahu penyakitnya agar ia tidak terkejut jika seakan-akan ada pihak lain yang memberitahunya". Jelas dokter.
"Saya tidak sanggup dok, cukup waktu itu ia kehilangan kakak dan ayahnya lalu mengetahui kelainan diotaknya, saya tidak mau dia bertambah sedih".
"Tapi---".
"Dok, permisi pasien yang beratas nama Syah'fithri kejang-kejang diruangnya dok, dan mengeluarkan banyak darah dari mulutnya". Ujar tegang suster itu.
DEG
TBC
Vote and comen guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Aløne Again
FanfictionDisaat banyak orang, ingin menghancurkan/merusak kehidupan orang yang berbuat jahat padanya. Justru sebaliknya, Syah gadis dengan seribu satu penderitaan itu. Ingin menghancurkan hidup, orang yang selama ini telah berbuat baik kepadanya. Setelah tau...