5. Cinta terpendam

40 34 5
                                    

Kurelakan kau bersamanya....
Dengan itu aku bisa melihat kau bahagia....
Walau tidak bersamaku
#Arland Leonardo

Dengan langkah lebar, seorang laki-laki berpakaian baju putih, dan celana abu-abu, dengan berperawakan tinggi menyusuri lorong rumah sakit, ya dia Arland setelah vikriyah menceritakan tentang keadaan Syah entah kenapa dirinya menjadi khawatir, padahal sedari dulu dia adalah seorang yang cuek dan tidak pernah peduli terhadap orang lain, tapi sekarang apakah Arland mulai menaruh hatinya kepada gadis culun itu?

Setelah sampai di pintu tempat dimana Syah dirawat, ia mengintip dari kaca dan betapa terkejutnya dia melihat sahabatnya Alfar yang sedang menyuapkan makanan kepada gadis yang membuatnya luluh, apa mungkin Alfar juga menyukai gadis itu? Jika benar apa yang harus Arland lakukan ia tidak ingin gadisnya berbahagia bersama orang lain, tetapi ia juga tidak ingin persahabatan nya hancur. Sepertinya ia harus mengorbankan perasaanya demi kebahagiaan kedua orang yang ia sayangi walaupun hatinya begitu sakit.

Arland POV

Apa semenyakitkan ini melihat orang yang kita cintai bersama orang lain? Sepertinya aku harus merelakanya, cinta tak harus memiliki bukan?

'Tidak cinta harus memiliki jika tidak memiliki namanya bukan cinta kau begitu bodoh Arland' batin iblis Arland.

'Tidak Arland cinta itu tak harus memiliki tetapi cinta itu merelakan agar orang yang kau cintai itu bahagia walau tidak bersamamu' batin malaikat Arland.

'Hei, apa-apaan kau ini jika tidak memiliki untuk apa cinta itu ada, apa cinta itu sendirian, tidak kan dia membutuhkan orang lain untuk membalas cintanya, jika tidak ada yang membalasnya untuk apa cinta itu ada bodoh sekali kau'.batin iblis arland.

'Tentu saja tidam, jika cintanya tulus dan murni karena hati, bukan karena nafsu atau lainya. Pasti cinta itu akan kembali. Karena cinta butuh waktu dan pengorbanan, ingat cinta tidak bisa dipaksakan' batin malaikat Arland.

"Shit!!! Batin sialan". Gunamku, aku pun meninggalkan tempat itu dan melangkahkan kaki ku menuju dimana motorku diparkiran, pikiranku benar-benar kacau kali ini dengan kedua batin sialan ku membuat ku bertambah pusing sepertinya aku harus membuang perasaan ku terhadap gadis culun itu.

Kenapa sangat sulit menghilangkan rasa ini.

***

Author POV

Diruangan inap Syah ditemani oleh Alfar ibunya tadi menelpon Alfar, meminta tolong untuk ke rumah sakit menemani Syah, karna ibunya akan mengambil beberapa pakaian untuk dirinya, Syah senang sekali bisa bersama Alfar, entah kenapa detak jantungnya bertambah cepat jika bersama Alfar padahal ini baru pertemuan keduanya dengan Alfar, namun ia merasa sedari tadi ada yang memperhatikanya dari kaca, tapi mungkin itu hanya perasaanya saja.

***

Syah POV

Aku senang sekali bisa bersama Alfar, sepertinya aku menyukainya ia sangat ramah dan baik.

"Syah, ayo dimakan dulu obatnya". Titahnya, aku pun mengangguk, dan meminum obatnya, rasanya sangat pait namun jika didekat Alfar rasa obat itu menjadi manis karna senyuman dan sikap manisnya itu, aku memang belum mengenal Alfar lama, karna baru bertemu beberapa hari lalu saja, tapi entah kenapa rasanya aku senang sekali jika berada didekatnya.

"Syah, kamu butuh sesuatu?". Tanya nya, aku hanya menggelengkan kepalaku saja. Dan saat itu ia malah mengelus dadanya, entahlah aku heran kenapa dia senang sekali mengelus dadanya.

"Syah kamu bisa ngomongkan?". Tanyanya lagi, aku hanya mengangguk.

Ia menepuk jidatnya keras apa tidak sakit? Ada apa? Apa ada yang salah dengan jawabanku?

"Haduh Syah bisa gk kamu jawab pertanyaan aku dengan omongan gitu, jangan cuma geleng-geleng sama ngangguk-ngangguk kepala doang, kamu ini kaya bayi kurang asupan tau, yang kurang makanan dan cma bisa geleng-geleng kepala ajh". Cerocosnya dan aku pun hanya terkekeh tersenyum menampilkan kedua lesung Pipit dipipiku, setelah sekian lama aku yang hanya menjadi gadis pemurung dan suka menunduk, Alfar dengan cerocosnya itu, dia sangat lucu jika sedang marah.

"Weh gitu dong senyum, baru pertama kali aku liat kamu senyum ternyata kamu punya lesung Pipit yak baru nyadar aku". Ucapnya dengan cekikikan, dan bangga karena telah membuatku tersenyum. Aku yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalaku.

Setelah itupun keadaan ruangan menjadi sepi, dan munculah ibuku dari balik pintu putih itu membawa beberapa tas mungkin itu bajuku.

"Hallo sayang, gimana keadaan kamu udah lebih baik makanan sama obatnya udah dimakankan?". Tanya ibu, aku hanya mengangguk dan tersenyum.

"Bagus kalo gitu, anak manis".

"Iya dong Tan Alfar yang nyuapin tadi, makanya dimakan dan diminum obatnya". Serunya dengan berbangga diri.

"Hhh, iya makasih yak nak Alfar". Ujar ibu.

"Iya sama-sama Tante, oh ya udh Alfar pamit dulu ya Tante Syah". Pamit Alfar, sebenarnya aku sedih karena dia akan pergi tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Owh iya, hati-hati dijalan nak".

Alfar mengangguk
"Cepet sembuh Syah. Assalamu'alaikum". Salam nya.

"Waalaikumsalam". Jawabku dan ibu.

"Bu". Panggilku

"Iya sayang ada yang sakit, apa kamu paper lagi? Ibu beliin bubur lagi yak". Panik ibuku.

Aku menggelengkan kepalaku
"Tidak, aku hanya ingin bertanya, boleh tidak?".

"Mau tanya apa sayang, ibu pasti jawab kok".

"Apa benar ayah meninggal karena aku?".

Aku melihat reaksi wajah ibu menjadi merah seketika.

A

da apa ini sebenarnya?
Apa benar apa yang diucapkan Nurul padaku?

TBC

Vote and comen guys.
Tunggu kelanjutannya:)

Aløne AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang