Sepahit-pahitnya kebenaran tetaplah kebenaran yang membuat mu terluka dengan kepahitannya
#Syah'fithriAuthor POV
"Apa benar ayah meninggal karena aku". Tanya Syah.
DEG
"Ibu jawab Syah". Triak Syah dengan terisak.
"Syah".
"Mungkin kamu harus tau kebenaranya sekarang, tapi berjanjilah jangan memotong perkataan ibu, dan jangan merasa bersalah. Ini semua sudah diatur oleh yang diatas, ibu mau setelah kebenaran ini jangan pernah salahkan dirimu mengerti". Ujar Mirna, dan diangguki oleh Syah."Dulu saat tepat Syah meninjak umur 4 tahun. Saat itu ibu, ayah dan Syah, pergi untuk membeli kue kesukaan Syah, akan tetapi hujan sangat lebat dan membuat orang kesusahan untuk pergi pada malam itu dan Syah menangis karena tidak bisa pergi membeli kue, dan memaksa ayah agar mau mengantar Syah membeli kue, namun karna ayah sangat menyayangi Syah dan tak mau Syah kecewa akhirnya ayah mau mengantarkan Syah membeli kue, disaat itu jalanan terlihat sangat sepi dan penuh dengan kabut, walaupun begitu ayahmu tetap melajukan kendaraannya dan menerobos kabut itu, tetapi....". Ucap Mirna terpotong dengan isakan air mata di pelupuk matanya yang terjatuh berlinang membasahi pipinya.
"Tetapi...karna terhalang kabut ayahmu tidak melihat jurang didepan dan.... saat mobil ayah mu masuk ke jurang itu...ayah dan ibu masih sadarkan diri... diri...ta..tapi tidak dengan Syah...dibelakang wajah Syah dipenuhi oleh darah...dan saat itu mobil ayah mulai mengeluarkan asap...ayah langsung menyuruh ibu untuk menyelamatkan mu tapi saat itu kaki ayahmu terjepit rem, namun ayah memaksa ibu agar mengeluarkanmu terlebih dahulu...dan ibu mengeluarkanmu dari jok belakang...namun saat i...ibu ingin menyelamatkan ayahmu...". Tangis Mirna dengan isakan penuh kesedihan.
"Mo..mobil ayahmu...sudah meledak terlebih dahulu...dan saat itu ibu merutuki kebodohan ibu yang tidak cepat-cepat menyelamatkan ayahmu...ibu menyesal saat itu...dihutan itu dengan penuh kegelapan ibu menyaksikan kematian ayahmu tanpa membantunya atau menyelamatkanya". Isak Mirna, dan saat itu tangis Syah meledak.
"Disaat mobil itu benar-benar terbakar dan hancur berkeping-keping, jasad ayahmu pun hanya tersisa tulang..dan tengkoraknya saja, ibu tidak bisa walau hanya melihatnya, rasanya sakit sekali disaat orang yang sangat kita cintai tidak bersama kita lagi, Syah jika suatu saat nanti ada yang mencintai mu dengan tulus, jaga dan rawat dia jangan pernah membuatnya terluka ataupun kecewa, semoga kamu tidak mengalami kisah cinta yang teragis seperti ibu". Ujar Mirna dan mencium kening Syah.
"Jangan pernah merasa bersalah, karna ini semua bukan salahmu, ibu mau setelah kamu mengetahui kebenaran ini, kamu tidak menjadi gadis yang pemurung lagi, mungkin ayahmu disana tidak akan menyukai sikapmu yang sekarang, berubahlah menjadi Syah yang ceria seperti dulu nak, tutupi kesedihanmu dengan senyumanmu, jangan terlihat lemah buktikan kalo Syah itu kuat". Ucap Mirna, tersenyum dan mengelus rambut Syah.
"Hiks...baik Bu Syah gk bakal jadi perempuan lemah lagi, Syah akan buktikan kalo Syah kuat, dan Syah akan membuat ibu dan ayah bangga, walaupun ayah tidak bersama kita lagi". Tegas Syah dengan senyumanya.
"Anak pintar, sekarang Syah tidur kata dokter besok Syah sudah boleh pulang loh". Ujar Mirna.
"Beneran bu, oke deh Syah tidur dulu selamat malam ibu". Senyum Syah.
"Selamat malam juga anaku". Balas Mirna, terisak ketika mengingat penyakit putrinya itu yang mematikan, namun ia tidak ingin Syah mengetahuinya ia tidak mau Syah menjadi gadis pemurung lagi, cukup kehilangan kakak dan ayahnya Syah menjadi anak pemurung kali ini Mirna akan membantu Syah berdiri tegak untuk melawan penyakitnya.
***
TBC
Vote and comen guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Aløne Again
FanfictionDisaat banyak orang, ingin menghancurkan/merusak kehidupan orang yang berbuat jahat padanya. Justru sebaliknya, Syah gadis dengan seribu satu penderitaan itu. Ingin menghancurkan hidup, orang yang selama ini telah berbuat baik kepadanya. Setelah tau...