Berbeda dengan anggota group lainnya, Yans tidak pergi kemana-mana.
Walau hatinya gelisah, namun pikirannya masih bisa bekerja.
Ia mengambil foto-foto yang dikirim kepadanya.
Dikajinya kembali foto-foto itu. Pasti foto itu dibuat oleh teman satu sekolahnya.
Karena foto-foto yang diambil itu ada di ruang bilas sekolah mereka sendiri.
Berarti pelakunya memang teman mereka sendiri.
Tapi siapa teman yang begitu benci dengan group mereka?
Foto-foto itu juga dikirim tanpa melalui pos ke rumahnya, berarti ada yang mengirim langsung.
Pembantunya menemukan surat itu sore hari di kotak pos rumahnya.
Dia pun memutar rekaman CCTV yang ada di rumahnya.
Tampak seseorang menaruhnya di kotak pos itu, hanya mukanya tertutup helm.
Jadi tidak bisa dikenali.
Tapi kalau dilihat dari sosok tubuhnya , setinggi dia dan sosok tubuhnya seperti dia.
Kemudian orang itu mengendarai motornya.
Dia sudah berusaha mengenali nomor polisinya, tapi tampaknya nomor polisinya pun sudah ditutupi oleh kertas.
Dia juga sudah berusaha mengenali motor yang dipakai, tapi seperti motor itu sudah dimodifikasi dan ditutupi sehingga tersamar.
Besok dia akan mencari motor seperti itu di tempat parkir sekolah. Dia sudah mencetak fotonya.
Kemudian ia coba mempelajari foto-foto yang dikirim.
Foto mereka diambil pasti dengan camera yang diletakkan sejajar dengan posisi mereka, tapi ada juga yang diambil dari tempat yang agak tinggi. Sepertinya kamera itu bisa dipindah-pindahkan. Karena sewaktu diambil tanpa sepengetahuan mereka, berarti pasti itu camera tersembunyi. Melihat foto itu diambild dari jarak dekat, berarti ada media camera yang digunakan secara tersembunyi tanpa mereka sadari keberadaannya.
Ia pun segera berselancar di dunia maya mencari kamera macam itu.
Yans segera menemukan banyak kamera mata-mata yang dijual dengan bebas dalam bentuk pen dan bahkan kacamata!
Memang di ruang bilas semua siswa tidak mengenakan apapun sehingga kalau kamera berbentuk pen akan sulit digunakan, maka ia cenderung memilih orang-orang yang memakai kacamata. Karena hanya orang-orang yang berkacamata yang bebas mengambil foto tanpa sepengetahuan orang yang difoto.
Ia pun mulai mendaftar orang-orang yang mengenakan kacamata di kelasnya. Dia punya keyakinan teman sekelasnya yang melakukannya.
Ternyata cukup banyak siswa yang pakai kacamata di antaranya Tandi, Katon, Puguh, James, Refan dan masih banyak lagi. Wah runyam juga. Tapi setelah ia mempelajari lagi karakter teman-temannya sekelas mereka dan kemudian dia mencocokkan siapa saja yang bisa naik motor maka ia mulai memilah-milah siapa saja yang potensi.
Lalu Yans mulai mempelajari semua media sosial yang digunakan oleh teman-teman sekelasnya. Beruntung ia terdaftar dalam pertemanan pada akun facebook teman-teman sekelasnya.
Dengan telaten, ia mempelajari semua akun teman-temannya itu satu per satu.
Saat ia mempelajari akun itu satu per satu ia menemukan hal-hal yang menarik.
Belum pernah memperhatikan hal itu sebelumnya.
Ternyata peristiwa ancaman terhadap group mereka membukakan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Image Sang Perjaka
FantasyRefan ingin menguasai seluruh teman sekelasnya. Penolakan terhadap keinginannya akan berbuahkan kemalangan. Akankah keinginannya tercapai