Bab 4

1.9K 318 216
                                    

Jakarta, Juli 2018

          Dari tadi Agatha dengar Arga yang mengomel terus-menerus sepanjang mengerjakan apa yang disuruh Mami. Agatha paham betapa kesalnya Arga. Arga itu sangat menyukai bola dan gitar, jadi jika hal yang dia sukai terusik maka dia tidak akan berhenti mengomel sampai ada sesuatu yang membuatnya lupa akan hal itu.

“Arga mandi sana!”

Arga tak mendengarkan teriakan Mami. Anak itu masih fokus dengan PSP ditangannya. Dengan dahi berkerut seolah-olah dia sangat serius dalam memainkan game itu.

Mami yang tadi masih menyiapkan masakan kini sudah berada di hadapan Arga dengan celemek yang sudah kotor. Melihat anak bungsunya duduk di depan kipas angin ruang keluarga sambil bermain PSP lantas membuat Mami jadi emosi, “PSP-nya Mami kembalikan kalau kamu udah mandi.”

“Yah, Mami!”

Dengan kesal anak laki-laki itu berjalan ke kamarnya sambil merengut. “Kakak cepetan mandi juga, kalo gak nanti PSP kakak di ambil Mami.”

Agatha mengernyitkan dahinya saat dia berpas-pasan dengan Arga di undakan tangga. Dia berbalik demi menatap Arga yang berjalan semakin jauh dari hadapannya. “Gue kan gak punya PSP.”

Agatha mengangkat bahunya tak memikirkan perkataan Arga dan kembali meneruskan langkahnya menuju Mami berada. Disana Agatha melihat Mami sibuk dengan ponselnya sambil mengaduk-aduk  masakannya.

“Tadi Papi bilang udah di jalan dari lima belas menit yang lalu .... Mungkin masih dijalan .... Iya, kamu tunggu aja ya.”

“Abang udah sampai, Mi?” Tanya Agatha sambil tangannya mencomot kentang goreng di dekat kompor Mami.

“Panas!” pekik Agatha dan kentang yang dia ambil tadi terjun bebas ke lantai.

Agatha sendiri hanya meniup-niup jarinya yang panas. “Coba sini Mami lihat.” Agatha mendekatkan jarinya lalu Mami menariknya ke wastafel, setelah mencuci tangan Agatha Mami mengoleskan salep yang Agatha tidak tahu apa yang tadi di ambil Mami di kotak P3K.

“Kebiasaan asal nyomot aja, gak nanya dulu ke Mami masih panas atau enggak.”

“Kirain udah dingin.”

“Lain kali jangan gitu lagi.”

“Iya Maminya Agatha yang cantik jelita tiada tandingan.”

Mami terkekeh melihat anak perempuan nya yang sudah besar itu,

“Nih.”

Agatha tersenyum senang saat Mami menyodorkan kentang goreng yang sudah Mami tiup ke mulutnya dan langsung masuk ke mulut Agatha dengan cepat.

“Bentar lagi Abang sampai, kamu mandi dulu sana.”

Agatha menghentakkan kakinya dan mengangkan tangannya seperti posisi hormat. “Siap, Mami.”

Lalu perempuan itu segera bergegas meninggalkan dapur.

Lalu perempuan itu segera bergegas meninggalkan dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang