Bab 6

1.6K 242 155
                                    

          Dugaan Agatha benar, Ezra benar-benar datang ke rumahnya dengan gaya sok coolnya yang malah menjadi sasaran pelototan Bara. Cowok itu datang bukan dengan tangan kosong, dia membawa 2 batang coklat yang sangat Agatha sukai yang lagi-lagi menjadi tatapan heran Bara. Agatha dan Ezra emang sahabatan dari jaman SMP begitupun dengan Tari dan lain-lain, namun tak pernah Bara lihat bocah laki-laki ini membawa coklat segala kerumah Agatha.

"Agatha gak boleh pergi."

Ezra mendengus padahal laki-laki itu berniat membawa Agatha ke rumah Tari untuk berjelajah makanan buatan ayah Tari. Fyi, ayah Tari merupakan chef terkenal di dalam  negeri maupun luar negeri dan beliau baru kembali ke Jakarta kemarin sore.

Padahal Ezra sudah membayangkan jika makanan itu masuk ke mulutnya. Memang sudah sering Ezra memakan masakan ayah Tari namun rasanya ketagihan dan Ezra selalu ingin memakannya lagi.

"Ini apalagi bawa-bawa coklat, lo mau nembak Adik gue?"

Ezra mencibir, padahal Bara ini cowok terkenal tak banyak omong di sekolah namun ketika melihat Ezra apalagi jika berhubungan dengan Agatha mulutnya tak berhenti mengomeli Ezra dengan pedas nya.

"Ett, kalo coklatnya Agatha terima aja Bang. Kalo Ezra suruh pulang aja gapapa, Bang."

Agatha mengambil coklat itu dua-duanya dari tangan Ezra padahal salah satunya mau Ezra beri ke Tari tapi Ezra biarkan. Agatha memeletkan lidahnya saat Ezra menatapnya meminta bantuan untuk membawanya keluar dari interogasi Bara. Agatha tidak peduli karena Agatha sudah memperingatkan untuk tidak datang namun Ezra masih berjiwa bandel dan tak mendengarkan Agatha. Jadi ya Ezra terima sendiri resikonya.

"Siapa juga yang mau nembak babi Tatan, gue juga ngasih coklat buat pemanasan Agatha, jadi entar kalo dia di apelin cowok gak malu-maluin banget."

"Aw!"

Ezra meringis saat tangan Agatha hinggap di kepalanya dan memukulnya tanpa perasaan. Kadang Ezra heran Agatha ini perempuan tapi perilakunya tak lebih seperti preman pasar di daerah rumah Ezra. "Lo jadi cewek kagak ada manis-manisnya sih Tha, masa kalah sama le mineral."

Agatha bersiap mengangkat tangannya lagi sebelum suara orang lain terdengar dari belakang Ezra.

"Ngapain sih? Ngumpul-ngumpul begini kayak mau ada hajatan."

"Woi Ga!"

Ezra yang melihat Arga langsung menghelakan nafasnya dengan lega, kalau Agatha tak bisa membantunya maka Arga pasti bisa.

Mereka berdua saling bersalaman ala laki-laki.

"Ngapain lo Zra? Ngapelin Kakak gue?" Arga menaikkan alisnya. Meskipun Ezra lebih tua darinya Arga memanggilnya tanpa embel-embel Abang. Jangan salahkan Arga karena itu semua maunya Ezra karena katanya dia sama Arga masih terlihat sebaya.

"Lo tau kan gue gak minat ke Kakak lo."

"Lo 'kan cukup tau diri."

Ezra mencibir lagi, rasanya ingin sekali Ezra lempar Bara buat jauh-jauh dari dirinya.

"Udah yuk kedalam. Main PS aja di kamar gue."

Arga merangkul Ezra dan berjalan melewati Bara dan Agatha setelah dia memberi gerakan seperti hormat bendera ke Bara dengan senyumannya membuat Bara mendengus dan Agatha yang tak bisa berkutik di tempatnya.

"Bahkan kalau lo suka sama Kakak gue, juga gue restuin dah Zra. Setidaknya Kakak gue gak jatuh ke orang yang salah."

Ezra menaikkan alisnya heran mendengar ucapan Arga. Namun sebelum sempat bertanya apa maksudnya, Arga sudah lebih dahulu menariknya menjauh dari Bara dan Agatha.

AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang