Aroma

1.6K 209 41
                                    

Udara malam yang semakin dingin tak menyurutkan langkah kaki Yoona. Gadis itu malah makin mempercepat langkahnya. Berharap segera sampai di rumah, menyeduh mie instan untuk dimakan, mandi air hangat lalu bergelung dengan selimut tebalnya. Ah jika saja bosnya tidak memberikan tugas tambahan pada gadis itu, pasti dia tak akan pulang selarut ini.

Yoona menggosok-gosokkan kedua tangannya, meniupnya lalu membenamkan ke saku mantelnya dalam-dalam. Mencoba gerakan-gerakan kecil untuk menghangatkan tubuhnya. Ugh! Kenapa sih tidak ada jalan pintas lain menuju rumahnya. Satu-satunya jalan pintas yang tersedia adalah sebuah gang kecil yang kumuh dan biasanya ditempati berandalan-berandalan menakutkan. Demi terjaganya keselamatan, mau tak mau Yoona memilih jalan memutar.

Lagipula hanya tinggal beberapa blok lagi.

Yoona jadi teringat gurauan yang dilontarkan teman kantornya ketika ia berpamitan pulang.

"Hati-hati Na. Siapa tahu kamu bertemu vampir di jalan."

"Ah vampir itu pasti tidak akan mendekat. Yoona kan belum mandi."

"Tapi vampir suka darah gadis-gadis cantik."

Yoona mendengus. Ia tidak percaya tentang takhayul seperti itu. Vampir hanyalah tokoh fiksi yang diceritakan orang tua zaman dahulu agar anak-anaknya tidak pulang larut malam.

Ck hanya orang-orang kolot yang percaya, dumel gadis itu sambil mempercepat langkah kakinya.


-*-


Chanyeol melangkahkan kakinya dengan tenang. Pesta di rumah Jongin belum selesai tapi pemuda itu memilih mengundurkan diri agar bisa pulang ke rumah. Setelah menghabiskan gelas wine terakhirnya, Chanyeol tanpa pamit langsung melangkah keluar dari rumah Jongin. Ia sedang tidak dalam mood untuk berpesta. Ia hanya ingin melangkahkan kakinya menyusuri jalan, menikmati suasana malam.

Pemuda itu memasukkan kedua tangan ke dalam saku jaket hoodienya, menendang kerikil-kerikil kecil yang ia temui di sepanjang jalan. Saat tiba-tiba sesuatu menghentikan langkahnya.

Aroma yang menyengat.

Membuat ia berjengit kaget dengan tangan yang menutupi hidung.

Aroma ini. Campuran vanilla, sedikit mawar.... Dan darah yang manis.

Mengikuti instingnya, Chanyeol bergerak cepat mengikuti sumber aroma. Dan ia melihat di ujung jalan sana, seorang gadis berambut panjang tengah berjalan dengan langkah cepat sambil sesekali mengeratkan mantel yang membungkus badannya.

Gadis itu. Si pemilik aroma. Adalah sumber energinya. Dan Chanyeol yakin sebentar lagi akan menjadi sumber siksaan serta kenikmatan untuknya.

Tanpa bisa dicegah, kedua taring Chanyeol mencuat keluar. Mata pemuda itu bersinar merah dengan binar-binar kepuasan predator setelah menemukan mangsa.

Pemuda itu menyeringai. Ia harus mendapatkan gadis itu. Harus.

-*-

Yoona melompat kaget ketika langkahnya dihalangi oleh seorang pria berhoodie yang entah muncul darimana. Dengan waspada Yoona melangkah mundur sambil mengeratkan pegangan tasnya.

"Siap--- siapa kamu?"

Chanyeol mengangkat wajahnya. Perlahan ia melepaskan tudung hoodie yang menutupi kepalanya, menampilkan wajah tampannya.

Yoona mengernyitkan dahinya bingung. Ada urusan apa pria tampan ini menghadangi jalanku?

"Siapa kamu?" tanya Yoona sekali lagi.

DelightWhere stories live. Discover now