Madu yang manis

1.2K 191 18
                                    

"Apa ini?" ujar Chanyeol mengangkat mangkuk porselen berisi cairan berwarna coklat kental. Ia mendekatkan mangkuk itu ke hidungnya dan tersentak kaget ketika menghirup aroma menyengat yang berasal dari dalam mangkuk itu.

Dengan segera ia meletakkan kembali mangkuknya ke atas meja.

"Joeseonghamnikka, Seja Jeoha."
Tabib Im menundukkan kepalanya melihat wajah tak suka sang pangeran mahkota. "Tapi Jeoha harus meminum ramuan itu. Aromanya memang menyengat tapi hamba pastikan rasanya tidak seburuk kelihatannya."

"Benarkah?"

"Benar, Seja Jeoha."

Chanyeol menimbang-nimbang. Ia sedang duduk berhadapan dengan tabib istana yang kemampuan penyembuhannya sudah tersohor kemana-mana, bahkan ke negeri seberang. Jadi seharusnya ia tidak perlu ragu lagi. Apalagi dia sudah menceritakan semua keluhan penyakitnya pada si tabib. Mungkin tabib itu tahu ramuan untuk menyembuhkannya.

Dengan sedikit ragu sang pangeran mahkota kembali meraih mangkuk porselennya. Mencoba mengabaikan aromanya yang menyengat, Chanyeol perlahan mendekatkan mangkuk itu ke mulutnya dan menyicipi sedikit minumannya.

Sungguh diluar dugaan. Mata Chanyeol terbuka lebar. Dengan penasaran ia kembali meneguk minumannya. Awalnya pelan-pelan, tapi kemudian ia ketagihan dan akhirnya meneguk habis minumannya sampai tandas.

"Wah!" seru Chanyeol takjub. Tak percaya ia menghabiskan ramuan aneh dengan aroma tidak sedap itu. "Minuman apa tadi?"

"Itu adalah air rebusan akar dandelion, yang mulia."

"Akar dandelion?"

"Benar, yang mulia. Akar dandelion yang baru dicabut selanjutnya direbus dalam air mendidih selama kurang lebih satu jam. Ramuan ini berguna untuk membuat aliran darah menjadi lebih lancar dan menguatkan organ bagian dalam," jelas tabib Im panjang lebar.

"Tapi kenapa rasanya manis?"

"Puteri hamba menambahkan madu ke dalamnya," tabib Im mengambil mangkuk yang sudah kosong dan menggantinya dengan cemilan kue kering yang sudah ia siapkan. Perlahan ia meletakkan piring kuenya ke hadapan Chanyeol, "Ia bilang ketika dia mencoba air rebusan itu rasanya hambar, maka dia berinisiatif menambahkan madu dengan tanpa mengurangi khasiat si akar tersebut."

"Wah aku berterima kasih sekali pada puterimu yang bersedia meminum air hambar itu terlebih dahulu."

"Ye, nanti akan saya sampaikan, Jeoha. Puteri hamba memang suka sekali mencoba racikan baru."

"Em, sagwahasimnikka atas kelancanganku abeonim," suara seorang gadis menginterupsi percakapan Chanyeol dan tabib Im.

"Aku minta maaf sekali karena sudah mengganggu percakapan abeonim dan nari."

Chanyeol menoleh, begitu juga tabib Im. Ia bisa melihat seorang gadis berdiri di pelataran luar sambil membungkukkan badannya.

"Ada apa gerangan Yoona-ah?" tanya tabib Im.

"Mohon maaf mengganggu, tapi persediaan ginseng kita sudah habis, abeonim. Jadi aku hendak meminta izin untuk pergi ke timur mengambil ginseng tambahan. Bibi Han pasti punya persediaan lebih disana."

Ketika gadis itu mendongak untuk menatap tabib Im dengan hormat, Chanyeol terpukau. Gadis itu begitu cantik. Wajahnya memancarkan aura elegan yang mampu membuat siapapun terpana, terpahat sempurna dengan lekukan yang tak Chanyeol temui cacatnya.

"Dimana Junmyeon? Biar dia saja yang pergi."

"Orabeoni dijemput warga untuk membantu seseorang yang terkena gigitan ular. Jadi biar aku saja yang pergi, abeonim."

DelightWhere stories live. Discover now