V. Malam Keakraban

420 58 0
                                    


Bukan SMA Kolose Xaverius namanya jika memberikan hari libur cuma-cuma bagi para siswanya. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum mereka sudah mengatur jadwal seefektif mungkin untuk kegiatan belajar mengajar. Hari libur untuk tes calon siswa baru saja dialihkan ke hari Sabtu sehingga mereka yang biasanya pulang pukul sepuluh pagi harus rela pulang pukul dua siang.

Bukan SMA Kolose Xaverius pula namanya jika memberikan hari untuk sebuah acara dengan merelakan kegiatan belajar mengajar. Biasanya, apalagi jika hari yang diminta untuk acara itu bukan hari Sabtu, kegiatan belajar mengajar akan tetap berlangsung walaupun dengan pemotongan jam. Tapi tetap saja, jika hari itu ada ulangan ya tetap ulangan. Kuis tetaplah kuis, tidak ada kompensasi atau ganti hari. Ya begitulah, Lea juga tidak tahu kenapa dirinya dulu bisa terdampar di tempat ini.

Entah sudah berapa kali berjalan bolak-balik mulai dari gerbang sekolah hingga bagian paling belakang alias gudang. Sudah berapa kali pula dia mengangkat kardus snack untuk acara nanti malam. Roti-roti dari salah satu toko roti itu akan disimpan sementara di gudang, baru nanti sepulang sekolah dia dan seksi konsumsi lainnya—mungkin dengan bantuan beberapa panitia lain juga—akan memindahkan kardus-kardus snack itu ke dapur asrama.

Lea tidak sanggup lagi jika harus memindahkan benda-benda itu detik itu juga. Dia harus bolak-balik ke kelas, ijin guru terus menerus hingga mendapat omelan karena itu. Untung saja ada Rama yang membantunya. Edel harus mengikuti latihan paskibra di lapangan basket sana untuk upacara kemerdekaan di sekolah nanti sehingga gadis itu tidak bisa membantu Lea. Lagipula mereka sama lelahnya. Dru? Jangan ditanya dia kemana, kemarin yang sudah jelas ada di depan mata saja, laki-laki itu tidak mau membantu.

"Azalea, kasihan Edel," ucap Rama ketika melihat Edel di bawah sana dari koridor lantai dua.

Lea mendekati Rama, menatap ke titik yang sama. Edel dan beberapa anak lain dari kelas XI dan XII sedang berjemur di bawah teriknya matahari, masih ditambah dengan didikan ala militer dari pembimbing paskibra. "Kita juga sama capeknya, Ram. Udah berapa kali kita naik turun tuh tangga gara-gara snack yang datangnya enggak bareng?"

Rama tersenyum simpul sambil menatap Lea. "Entah, lo capek ya?"

Gadis yang rambutnya sudah basah oleh keringat itu menatap Rama dengan sedikit kesal. Dia berkacak pinggang, lalu mendengus pelan. "Udah tahu pake nanya lagi lo. Kaki gue rasanya pengen lepas aja. Emangnya lo kaga capek?"

"Ya, capek sih," jawab Rama sebelum akhirnya ikut luruh bersama Lea di lantai koridor. Enggan masuk ke dalam kelas lagi lalu keluar untuk mengambil snack di halaman depan untuk kesekian kalinya.

"Gue haus banget nih."

"Kode," sahut Rama sambil menyandarkan punggungnya ke tembok, membuat hawa dingin segera menyapa kulitnya. "Bilang aja minta dibeliin."

"Ya, kalo lo enggak keberatan sih, ya enggak masalah," Lea melirik Rama sekilas sambil tersenyum.

Rama berdecih pelan, menatap gadis yang begitu terang-terangan itu sambil mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Oke, nanti gue beliin waktu balik sekolah."

"Ah, lo emang temen terbaik gue, Ram! Edel aja enggak pernah nraktir," ucap Lea sambil menepuk-nepuk bahu Rama pelan.

"Temen? Yakin temen doang?" goda Rama dengan wajah jahilnya.

"Apaan sih lo!" Tepukan tangan Lea itu menjadi lebih keras, membuat Rama meringir dibuatnya.

"Nanya doang," jawab laki-laki itu sambil mengelus bahunya yang tadi Lea tepuk dengan tenaga ekstra.

You-niverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang