Mata hitam pekatnya itu sudah terbuka sejak beberapa menit yang lalu. Menatap langit-langit kamar dalam cahaya yang redup di dalam unitnya. Ini sudah tanggal tujuh belas, berarti sudah sampai di pertengahan bulan Agustus. Berarti juga sudah genap satu bulan sejak Rama menginjakkan kakinya di sekolah ini. Sejauh ini, semuanya baik-baik saja. Sejauh pengamatannya, tapi kedekatan Rama pada Lea dan Edel membuatnya tidak tenang. Apalagi Rama yang bisa dibilang senang berbuat baik kepada semua orang itu, mungkin disalah artikan oleh kedua gadis itu.
Tidak.
Rama tidak boleh jatuh cinta.
Dru menghela napasnya, kemudian duduk di tepi bed-nya yang ada di bagian atas. Mengamati ketiga manusia yang masih terlelap di kasurnya masing-masing dalam ketenangan. Tidak seperti dirinya yang selalu mencemaskan banyak hal. Laki-laki itu memilih turun dari tempatnya, keluar dari unit perlahan lalu kembali masuk ke ruang tua yang sudah tidak dipergunakan lagi itu.
Dengan senter kecil di tangannya, Dru melangkah mendekati jendela. Membuka gordennya kemudian membuka jendela itu untuk menikmati udara di pagi hari. Sesuatu yang bisa menenangkan pikiran dan hatinya selain aroma tetes hujan yang jatuh mencium tanah. Kedua sudut bibirnya terangkat ketika mendapati sebuah ruangan di gedung sebelah yang sudah menyalakan lampunya. Entah siapa yang berdiri di jendela seberang itu, tapi hampir setiap pagi Dru melihatnya. Mungkin dia juga seseorang yang ingin menenangkan diri seperti dirinya.
Suara bel pagi berbunyi nyaring di sepanjang selasar seiring dengan mentari yang datang menghangatkan bumi. Dru memejamkan matanya, menimati hangatnya mentari pagi yang perlahan menyapa tubuhnya hingga ke wajah. Membuat seseorang yang masih bertahan mengamatinya di gedung seberang segera membulatkan mata ketika mengetahui siapa yang ada di sana. Begitu pula Dru yang segera mematung ketika membuka mata dan mendapati Lea berdiri di jendela seberang.
Cepat-cepat laki-laki itu menutup jendela dan gorden lalu memutar tubuhnya. Sudah beberapa hari ini dia tidak bertemu dengan Lea, lagipula dia juga malas bertemu dengan gadis yang hanya akan mengomel itu. Tapi melihat Lea tanpa sengaja seperti ini, sesuatu yang aneh seperti menyengat dirinya. Dru menggeleng pelan, itu pasti karena dia terkejut melihat Lea di seberang sana. Lagi pula dirinya juga tidak menyangka Lea yang berdiri di sana. Jadi Dru meyakini itu. Mencoba meyakinkan dirinya itu benar.
Ya, itu harus benar.
-o0o-
Upacara bendera yang baru akan dilaksanakan pada pada pukul delapan pagi nanti, tapi Dru sudah selesai dengan urusannya saat ini. Padahal waktu masih satu jam lagi. Beberapa memilih untuk kembali tidur di unit, padahal mereka baru saja sarapan pagi. Dru tidak mengantuk sekarang. Beberapa memilih mencuci atau menjemur pakaian, tapi Dru sudah menyerahkan semua pakaiannya untuk di-laundry, secara diam-diam pastinya. Dia sudah menempuh jalan ini selama satu tahun terakhir.
Jadi, laki-laki yang sudah berseragam tapi dikeluarkan dan tanpa dasi serta sabuk itu memutuskan untuk berjalan-jalan di lingkungan sekolah. Mencari keheningan, seperti kebiasaannya yang suka menghindar dari keramaian. Sandal jepit berwarna hitam-biru itu perlahan berhenti mengikuti gerakan pemiliknya, Dru membeku di tempatnya. Dia tidak tahu apa yang salah. Mereka berdua berada di sekolah yang sama, tapi tidak pernah bertemu atau hanya sekedar berpapasan.
Sementara itu, gadis yang berada beberapa meter di hadapan Dru itu juga bergeming di tempatnya. Matanya itu sukses melebar bersama dengan jemarinya yang perlahan menyentuh bibir. Iris kecokelatan gadis yang mengenakan sweater warna salem itu bergetar. Dia sudah sebisa mungkin menghindar, sebisa mungkin tidak bertemu dengan laki-laki itu. Maka cepat-cepat itu memutar tubuhnya dan berlari kembali menuju asrama putri begitu tersadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
You-niverse
Teen Fiction[HIATUS] Hai, ini aku. Azalea yang tumbuh di ladang keringmu pada musim semi. Aku menulis kisah ini, agar ingatanku tentangmu ini tidak direset oleh semesta begitu saja. Agar mereka yang pernah mengenalmu bisa mengenangmu dalam lubuk hati mereka. Ak...