"Minori-chan!"
Aku dapat mendengar seseorang memanggilku. Lagi, lagi, ia memanggilku. Perlahan tidak hanya satu orang yang menyeru namaku, dua, tiga, semakin banyak suara menggema di kepalaku. Suara mereka tidaklah asing bagiku.
Aku ingin menjawab panggilan mereka, tapi suaraku tercekal. Yang kusadari hanyalah pandangan serba putih. Aku..., entah di mana.
"Nee, kenapa kau tidak bangun?"
⚫⚫
➖➖⚫❄⚫➖➖
⚫⚫September 2044.
Rumah Sakit Umum, Shinagawa-ku."Salahku...." Mamoru terus menghakimi dirinya sendiri. "Ini semua salahku tidak segera menyusulnya keluar...."
Ibunya, Toyone Kimiko mengusap terus punggung Mamoru dengan lembut. Ia tahu betul perasaan anak sulungnya yang tidak dapat menolong adiknya sendiri. Andai saja ia bisa ke bunkasai hari itu, ia pasti akan pergi menjemput Minori di luar gedung sekolah meski banyak orang yang menghalanginya.
Mamoru meremas kedua lututnya secara putus asa. Ia kembali teringat kejadian dua minggu lalu. Ia bersama rekan kerjanya menikmati kue yang dihidangkan kelas 1-2, merasa kecewa bukan adiknya yang mengantarkan pesanannya. Perasaan kecewa itu teralihkan oleh suara ledakan di luar. Baik ia maupun semua orang di kelas saat itu langsung mengalihkan pandangan keluar di mana asap hitam mengepul hebat ke langit.
Tidak lama setelah itu terdengar pekikan dari luar, masih dalam pekarangan sekolah. Mamoru dan Daryl yang duduknya tidak jauh dari jendela langsung mengintip keluar. Saat Mamoru akan membukanya, tangan Daryl seketika menyadari apa yang terjadi di luar gedung, langsung mencegah Mamoru menggeser jendela tersebut.
"Bahaya! Jangan buka jendela!" tegas Daryl saat itu.
Ingatan Mamoru sangat jelas melihat dari balik jendela orang-orang di luar panik menjauhi mereka yang di sekitar tubuhnya ditumbuhi kristal ungu. Bentuk yang sama persis lima tahun lalu.
"Minori-chan!" Saat teringat adiknya ada di luar, Mamoru segera beranjak. Namun Daryl kembali menghentikan tindakannya.
"Kau bisa terkena virus itu lagi!"
"Jangan halangi aku, Daryl! Aku harus menemui adikku!" kalap Mamoru.
Hingga keduanya bertengkar hebat, Daryl pun terpaksa menampar Mamoru agar diam. Tindakan keduanya hanya ditatap mereka yang ada di kelas. Kayo dan Anko menghampiri kemudian, keduanya juga sangat mencemaskan teman mereka yang baru saja keluar.
"Lebih baik kalian tetap dalam. Di luar berbahaya!"
Mengingat semua itu Mamoru hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Andai waktu dapat diputar, lebih baik ia yang terkena virus tersebut dari pada adiknya. Karena percuma saja menunggu dalam gedung sekolah, mereka yang ada di sana pun terkena meski lebih ringan dari mereka yang ada di luar.
Setelah kejadian itu, bantuan pun datang. Seluruh orang yang terkena penyakit seperti virus apocalypse langsung diberi pertolongan. Korban yang paling parah diisolasi langsung dan dibawa ke ruang khusus untuk pemeriksaan. Minori termasuk salah satu korban paling parah. Sejak hari itu gadis itu tidak pernah keluar maupun diperbolehkan dijenguk oleh siapa pun. Hal itu yang membuat Mamoru bertambah frustasi. Ia tidak tahu bagaimana kondisi adiknya saat ini. Begitu juga dengan Kimiko, saat itu ia bekerja dan lokasinya jauh dari lokasi kejadian. Karena itu vaksin pencegah langsung bekerja dalam tubuhnya menjadi antibody dari virus yang masih misterius tersebut.
Seseorang menghampiri Mamoru dan Kimiko. Tanpa suara, keduanya langsung menoleh ke wanita yang berdiri tidak dapat terlalu dekat-enggan, tentunya pada keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Crown: The Righthand of Eve ~She's the Queen~ [END]
Ciencia FicciónRevisi terbaru dari fanfiksi Guilty Crown: The Righthand of Eve. [Blurb] Toyone Minori ialah salah seorang anak yang selamat dari tragedi Apocalypse Virus keempat lima tahun yang lalu. Kini ia adalah seorang gadis SMA yang menjalani kehidupan selay...