06 ~ She Should Know Anything (part.1)

78 15 1
                                    

September 2044.
Rumah Sakit Umum, Shinagawa-ku.

Berita kejadian yang menimpa wilayah Shinagawa langsung menjadi sorotan publik. Setiap menit berita akan perkembangan informarsi mengenai penyakit mendadak tersebar bagai tragedi yang terjadi tahun-tahun silam. Pemerintah belum menanggapi apakah penyakit tersebut sama dengan lima tahun lalu, apocalypse virus, atau bukan.

"Namun publik sudah menyangka penyakit ini benar seperti ledakan virus tahun 2029," gumam Tamadate Shota.

Itu benar. Pemerintah tidak langsung mengabarkan dengan jelas apa yang telah terjadi di Shinagawa tanpa pernyataan jelas dari para peneliti ahli meski hipotesa telah terjawab sudah. Namun sampai para peneliti tahu bagaimana virus tersebut kembali menyebar dan bagaimana cara menanggulangi yang baik, pemerintah hanya memutuskan agar para warganya bersiaga, dan jika ada yang mendapatkan penyakit serupa langsung pergi ke rumah sakit terdekat untuk penanganan pertama.

Shota belum diperkenankan Haruka untuk ikut berbicara dengan Toyone Kimiko dan anaknya, karena kemungkinan ada pembicaraan pribadi, masalah keluarga yang tidak dapat dibeberkan banyak orang. Karena itu ia ditinggal di lorong, duduk di kursi yang menempel di dinding, sendirian.

"Shu tampaknya sangat perhatian terhadap gadis bernama Toyone Minori itu," gumamnya kembali.

Ia hanya mendengar dan paham sekilas akan situasi yang baru ia ketahui. Wanita bernama Toyone itu dulu ialah seniornya Haruka saat kuliah; tidak tahu pasti bagaimana Shu berkenalan dengan anak dari wanita tersebut dan kini sedang dalam kondisi kritis-alasan itulah yang mendorong Shu meminta membawanya ke Shinagawa.

Shota termenung, seperti apa rupa gadis yang sudah menarik perhatian temannya itu setelah wanita yang dicintainya pergi? Selama ini, bahkan detik ini Shu tidak pernah melupakan Inori, bagaimana pun.

Panggilan masuk ke tab-nya. Ia langsung menekan tombol terima langsung di earpiece bluetooth yang terpasang di telinga kiri.

[Shota! Apa yang sudah kau pikirkan?!!] harik seorang laki-laki di seberang sana.

Telinga Shota langsung berdenging, tidak sempat menyelamatkan indera pendengarannya. Ia baru melepaskan setelah harikan pertama-sebelum ia mendengar kelanjutan makian, menepuk-tepuk telinga kiri agar dengungan mereda, baru kemudian memasangnya kembali.

"Sa-sabar dulu, Yahiro!" pintanya. Ia tahu apa yang menyebabkan Samukawa Yahiro marah padanya.

[Sudah kubilang sebelumnya, jika belum ada keputusan dari Haruka-san, tidak ada yang boleh ke Shinagawa!] tegasnya.

"Aku tahu! Tapi Shu yang meminta-

[Segera kembali! Sekarang juga!]

Shota menghela napas. "Baiklah. Nanti akan kubujuk Shu segera kembali," putus Shota kemudian menutup panggilan. Ia kembali menghela napas. "Yahiro..., seperti biasa selalu saja keras pada Shu! Aah, sampai kapan aku menunggu di sini?" Ia kebingungan melihat setiap orang lalu-lalang dengan kesibukan masing-masing sementara ia hanya duduk menunggu tanpa melakukan apapun.

Sesaat kemudian baru ia teringat pekerjaan yang ditinggalinya. "Ah, sekarang saja kubaca kembali rancangannya," ujarnya langsung membuka berkas yang ada dalam tab-nya. Tapi ia agak ragu melihatnya di tempat umum ini, takut ada yang tidak sengaja melirik tab-nya. Siapa saja bisa tertarik dengan gambar rancangan senjata yang selama ini ingin dibuatnya.

Ia pun melirik kiri-kanan, bersiaga akan siapa saja yang akan melewatinya. Saat itu seorang pemuda tinggi dengan rambut pirang jalan ke arahnya. Shota langsung menoleh sekedar memastikan sesaat, jika tidak mencurigakan, ia kembali membaca berkasnya. Namun benaknya mengatakan sesuatu. Saat itu jualah pemuda itu berhenti tiga langkah dari posisi Shota, menatap dengan pertanyaan yang sama di benak.

Guilty Crown: The Righthand of Eve ~She's the Queen~ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang