Unknown place.
Kayo tidak henti-henti memutar badan ke kiri dan kanan hanya demi melihat bagaimana roknya mengembang dengan indah. Ia sudah lelah mengenakan seragam sekolah maupun kaos putih dan celana bagai pasien rumah sakit. Padahal ia mengeluh tanpa memohon agar Dai mencarikannya baju wanita untuknya, tapi anak itu malah membelikan sekaligus. Bahkan sangat cantik. Baju yang langsung menyatu dengan roknya berwarna sepadan merah muda, berkerah dengan kancing dua buah sebagai hiasa di dada, borkat yang menghiasi luaran rok berwarna keemasan, dipadupadankan dengan hiasan pita di pinggang.
“Ya ampun! Ini baju untuk jalan atau ke pesta!” kagetnya begitu menerima pemberian Dai kemarin.
“Mana kutahu baju perempuan! Aku malas memilihnya, jadi aku langsung tanya baju bagus untuk anak perempuan, ya itu yang dikasihnya!”
Kayo yakin anak laki-laki pergi ke toko baju perempuan pasti malu, apalagi umurnya baru empat belas tahun, pasti ia sudah ditipu sang penjual dengan mengusulkan baju paling bagus dan mahal.
Dai ngomel bukan main. “Karena membeli bajumu, uang sakuku untuk bermain di gesen habis!”
Kayo tersenyum. Walau Dai tampak terpaksa, akhirnya malah memberikan yang paling berkesan dalam hatinya. “Akan kuganti suatu hari nanti.”
“Tidak perlu! Kelak aku akan jadi raja! Baju itu mah murah jika dibandingkan semua akan jadi milikku!” Dai tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan diri tinggal di istana, bahkan kalau bisa menempati kediaman raja Jepang saat ini jua, dan menguasai seluruh Jepang—tidak, sejagad raya akan bertekuk lutut di hadapannya.
Kayo terkikik pelan, bagaimana mungkin anak sekecil Dai bisa menguasai dunia hanya karena memiliki kekuatan aneh tersebut? Memang ia menyadari orang-orang di belakang Dai tengah memanfaatkan anak itu, dan merekalah yang nantinya akan membuat kekacauan di luar sana, dan membiarkan Dai bermimpi begitu tinggi sebagaimana anak-anak yang suka berimajinasi. Ada sekeping perasaan dan harapan yang tumbuh dalam diri Kayo terhadap Dai. Prihatin akan keadaan anak laki-laki itu, atau ada rasa yang lain yang belum jelas, tapi ia ingin kabur dari genggaman orang jahat dan pastinya saat itu akan membawa Dai bersamanya.
“Terima kasih, Raja Dai, saya sungguh terharu mendapatkan hadiah dari Anda,” ungkap Kayo menggunakan bahasa formal nan kaku layaknya seorang bangsawan. “Ini akan menjadi satu-satunya barang yang Anda beli, dan itu pun untuk saya. Saya sangat menghargai pemberian Anda seumur hidup.”
Dai menghentikan tawanya, menoleh bingung dengan perubahan sikap Kayo yang sebenarnya tengah berakting. Barulah anak muda itu memperhatikan bagaimana gadis di hadapannya menawan jika mengenakan pakaian cantik dan menjalin rambut, terlihat sangat manis. Ia tersipu, lalu memalingkan wajah karena tidak ingin mengakui apa yang barusan terlintas di pikirannya. “Ngomong apa sih? Nada bicaramu bikin aku geli, iiih!”
Setelah itu Dai melangkah keluar meninggalkan Kayo yang terkikik berhasil mengerjainya. Mengingat kejadian kemarin memberikan warna tersendiri baginya selama beberapa hari terkurung di kamar tanpa jendela maupun benda-benda yang bisa menghiburnya.
Hari ini ia tidak sabar menunggu kehadiran Dai di balik pintu kamarnya. Namun suara langkah kaki tergesa membuatnya terkejut. Dai memang muncul dari sana, tapi tidak dengan sapaan riang seperti biasa. Wajah yang dipasang anak laki-laki itu sama sekali tidak enak dipandang, berkerut dua kali lipat—lebih dari saat kehendaknya tidak dituruti Ares—marah, kesal, bercampur membuat Kayo tidak mengerti apa yang terjadi pada anak itu.
“Dai-kun, ada apa?”
Tanpa mengindahkan pertanyaan Kayo, Dai menariknya keluar. Keduanya berlari—tepatnya Kayo terpaksa mengikuti langkah Dai yang tergesa-gesa. Lorong putih yang mereka lewati terasa mencekam dengan tidak bertemu dengan seorang pun, ditambah penerangan redup yang sesekali mengerjap-ngerjap. Bulu kuduk Kayo berdiri. Situasi sekitarnya sudah terlihat bagai film horor, tinggal menunggu pembunuh psikopat di depan menghadang mereka, atau malah segerombolan mayat hidup pemakan manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Crown: The Righthand of Eve ~She's the Queen~ [END]
Bilim KurguRevisi terbaru dari fanfiksi Guilty Crown: The Righthand of Eve. [Blurb] Toyone Minori ialah salah seorang anak yang selamat dari tragedi Apocalypse Virus keempat lima tahun yang lalu. Kini ia adalah seorang gadis SMA yang menjalani kehidupan selay...