YANG DIMULMED foto nya RISA
Kami terpaksa meninggalkan obrolan kami karena bel telah berbunyi. Setelah membayar makanan ku tadi, aku segera pergi bersama yang lain.
Aku duduk dengan santai di kursi ku sambil membaca novel hadiah dari bang fattah dan juga memakai earphone, memutar lagu lagu kesukaan ku. Tanpa kusadari ada seseorang yang berdiri disebelah ku. Dan saat aku membuka earphone, ruang kelas begitu tenang, diselimuti oleh hawa tegang. Aku merasa ada yang ngak beres. Saat aku melihat kesamping, ada cowok dengan baju dikeluarkan, menyandang tas di satu bahu nya. Menatap ku dengan tatapan ingin membunuh. Aku meneguk ludah.
Dia aldo.
Kata kata yang diucapkan risa langung mengiang dipikiran ku.
'bagaimana kalau dia mencelakakan ku ?' kataku dalam hati.
"lo duduk di meja gue" kata nya datar, dingin dan menusuk.
Aku masih diam.
"lo denger ngak ? lo duduk di meja gue" katanya masih datar dan dingin.
Membuat bulu ku merinding, lagi.
Dia menakutkan. Aku segera bangkit dari kursi yang kududuki, dan berjalan keluar dari meja di ujung tersebut sambil membawa tas ku. Setelah aku keluar dia masuk dan duduk di dekat jendela dan langung menyumpal telinga nya dengan earphone. Tidak peduli dengan ku. Aku bingung harus duduk dimana, disebelahnya atau dimeja lain. Sebelum aku sempat memikirkan hal itu, guru sudah keburu masuk. Dan dengan terpaksa dan berat hati aku harus duduk disamping pria ini.
Selama pelajaran berlangsung, aku diliputi persaan canggung dan tegang. Bagaimana kalau cowok disamping ku ini tiba tiba mengamuk, dan membunuhku saat ini juga.
Aku langsung menggelengkan kepala kuat.
"ya, ada apa dengan kamu yang diujung sana" tunjuk guru kearah ku.
Aku hanya melongo melihat guru itu.
"saya bu ?" tanya ku ragu.
"ya jadi siapa lagi kalo bukan kamu. Ngapain kamu geleng geleng kepala saat saya jelasin, ha ?"
"ngak papa bu" kata ku pelan.
"kalau ga papa, kamu bisa keluar sekarang, kamu itu murid baru dan kamu udah berani ganggu konsentrasi saya" kata ibu gendut itu.
Dengan langkah berat aku pun melangkah kan kaki keluar dari kelas diikuti cekikikan satu kelas.
Menyebalkan.
Setelah aku berdiri seharian didepan kelas, aku memutuskan untuk pergi kekantin. Saat dijalan tiba tiba kepala ku terasa pusing. Dan mengalir cairan merah kental dari hidung ku.
Aku mengumpat Dalam hati , dengan tergesa gesa aku berlari kedalam kamar mandi.
"oh shit, kenapa sekarang" umpat ku.
Setelah mimisan ku berhenti, aku kembali kekelas yang sudah lengang, karena anak anak kelas semua nya pada pergi ke kantin. Aku berjalan menuju ketempat duduk ku.
Disana sudah duduk si aldo. Dia sedang memakai headseat ditelinga nya. Dengan cepat aku meraih obat yang terdapat didalam tasku. Aku mengobrak-abrik tasku, tapi nihil aku tak menemukan apa yang kucari.
Pusing dikepala ku makin menyerang, sakit sekali rasanya. Sekilas ku lihat aldo memperhatikan ku.
"kemana sih ?"gumam ku.
Aku membongkar laci mejaku. Tetap saja aku ngak menemukan apa yang kucari, aku mulai kesal sendiri dengan rasa sakit dikepala ku. Ku pastikan kalo sekarang wajah ku sudah pucat kayak orang mati. Keringat dingin mulai bercucuran didahi ku. Aku harus menemukan obat itu, segera.
"lo nyari apaan ?" tanya suara yang terdengar berat dan ehm.. sedikit sexy.
Aku mengalihkan pandangan kearah aldo. Dari matanya kulihat sorot cemas, mungkin gara gara wajahku yang kayak mayat.
"ehm.. do gue bisa minta tolong panggilin bang fattah. Bilang sama bang fattah, gue butuh dia secepatnya" kata ku dengan suara bergetar.
"lo kenapa sih?" tanya nya, dia bangkit dari kursi nya. Menempelkan punggung tangan nya didahi ku. Aku sedikit terkejut.
"badan lo dingin" katanya singkat.
"plis do gue butuh fattah sekarang" kataku, aku ngak tahan lagi dengan sakit ini. Dia hanya mengangguk dan segera berlari kearah kantin.
-bersambung-
Please vote and comment
Don't be a silent readers ya guys !
![](https://img.wattpad.com/cover/89812236-288-k714818.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDA(aldo danisa)
Teen FictionKetika tuhan menakdirkan kami bersama tapi tuhan juga lah yang memisahkan kami. DANISA DEANDRA Aku mencintai mereka semua. Mereka semua berarti bagiku, tidak ada yang lebih penting lagi bagiku kecuali kebahagiaan mereka semua yang menyayangi ku. Tap...