Notice

28 1 0
                                    

Notice Part ii

-

Lagu ini cukup lama buat didengar, yang gue ingat, gue dengerin lagu ini waktu SMA, dan sekarang lagu ini masih jadi lagu yang paling sering gue dengar.

Parachute - Kiss Me Slowly. Mengantarkan banyak serpih ingatan usia belasan ke jam dua siang, thanks to jasa ojek online, cuaca panas di luar bisa gue skip, belum lagi gaduh polusi suara di seantero kawasan Sudirman yang notabene memang daerah perkantoran. Gedung tinggi, ekspatriat, tidy clothes, heels, gorg faces, begitulah definisi Sudirman di kepala gue.

" Kat, lu gak makan?, " nada suara mbak Gita, setengah teriak, suara cempreng, how lovable.

" Makan kok mbak, lagi nunggu drivernya nih, dikit lagi sampe sih. "

" Online terus deh, sesekali bersosialisasi dong neng, betah banget sih ngendon di kantor. "

Senyum, Cuma itu yang bisa gue lakuin, karena agenda lain dari pembahasan soal makan siang ini adalah hal yang paling gue hindari. Gita Sinaga, seorang batak Jakarta yang cantik, salah seorang dari support system gue di kantor. She loves everybody, and i hate everybody. Perhaps, that's why we can get along well. Bateraipun bisa dipakai karena ada sisi negatif dan positif, analogi yang gak begitu buruk.

Lauv - I Like Me Better berdering, indikasi ada telepon masuk. Jam istirahat kantor masih sisa setengah jam, yang ditunggu akhirnya datang. " Mbak, gue kebawah dulu yak, " anggukan Gita jadi jawaban, mulutnya masih asik ngunyah keripik pisang, lalu seperti biasa, fokusnya terarah ke entah siapa yang dia sebut sebagai oppa ganteng.

Mie ayam, teh manis, sebenernya lebih murah kalau seandainya beli di samping kantor, tapi yah, you know, menghadapi begitu banyak manusia, and saying hi doang aja kadang bisa jadi melelahkan. Ah, i know, this is not good, manusia itu mahluk sosial, dan kita gak bisa sepenuhnya menghindari manusia lain. Kemudian, gak seharusnya juga ini terjadi karena gue mengidentikan semua orang ke dalam diri satu orang.

Satu hari lagi berlalu, jam istirahat berlalu, gue mulai makan ditemani dengan Gita yang asik terlenakan pesona visualisasi artis Korea, dan mas Dayo sibuk main game. Satu hari lagi, sekonyong-konyong jarum jam sudah sampai di angka lima, bukan waktu yang tepat buat pulang karena hampir semua orang kantor menghambur keluar, buru-buru, kalau gue bisa melihat apa yang dipikirkan semua orang di Sudirman, tempat tidur dan rumah pasti menggantung di udara, melambai penuh nanti dipikiran tiap orang.

Dua puluh empat jam yang lain, sudah lama ya Cup.

-

Diibaratkan jalan, mungkin ini jalanan yang diblokir, perisi waktu lewat gang yang dipake buat acara kawinan. Udah lama, waktu membalik kalender, gak berasa, itu udah jadi cerita beberapa tahun lalu. I wonder if she counting time flies like i did.

Birendra, atau kebanyakan populasi manusia terdekatnya menyebut dia dengan Eda, biar gak ribet, dan lebih ringkas. Bekerja di biro design, lembur udah jadi makanan sehari-hari. Qerja lembur bagai quda, itu udah dikenal Eda jauh sebelum lagu itu booming, yang kemudian selalu ditegaskan Giska tiap dia bilang kosong.

" Rasanya pengen resign, " katanya pelan, sebuah kalimat yang selalu dapat jawaban skeptis dari mas Iman, si ganteng sholeh kebanggaan team Jejaka Pemuja Blackpink, hal yang selalu bikin Eda geleng-geleng kepala kenapa dia ikut gabung sama tim player Clash of Clans yang diketuai Iman ini, satu pertanyaan lagi, why do the heck i still play this game?. Juga kenapa Hidden Tesla makan waktu lama buat upgrade. Satu penasaran yang nyatanyamasih dia nikmati sampe sekarang, walau dia gak ngefans sama Blackpink.

Giska

Kak, tar pulang jangan lupa beliin gw ayam geprek!!

*sticker preman muka garang

Eda menghela nafas panjang, mengusap mukanya dengan prihatin, memunculkan pertanyaan lain di kepalanya. Kenapa gue hidup sama titisan kuntilanak kayak gini sih?. Giska adalah anak bungsu di keluarganya, disayang teramat sangat karena selalu ranking satu, yang kadang itu bikin Eda tekanan batin, dan terhina, yah above all memang keunggulan di bidang akademik selalu jadi penilaian utama dibanding lelaku seseorang.

" Da ayok bailk, udah jam sepuluh nih!!!. "

Idhan udah hampir kelar bebenah meja kerja waktu Eda menyayangkan sikap pilihkasih orangtuanya yang bikin Giska hampir-hampir mirip tukang jagal,belum lagi bahasanya yang kalau ngomong bikin dia serasa nyasar di zaman kerajaan Majapahit. " Iya mang, bentar gue masukin laptop dulu, " rasanya baru tadi shubuh bangun, dari Tangerang ke Sudirman, gak lama lagi rasanya keriput bakal muncul karena tiap hari kena polusi, belom lagi stress yang melanda waktu macet.

" katanya sih dia kerja di Sudirman juga Da, gak pernah ketemu emang?. Wah emang bukan jodoh sih, hahah. " Sebuah kabar yang mengusik Eda sampai saat ini, ada sebagian dirinya yang ngarep banget dia bisa ketemu, sebagiannya, yah, lebih baik kayak gini. Dengan gak tau kabar satu sama lain, dia bisa mengurangi sedikit rasa bersalah. Lagian itu udah jadi cerita dua tahun lalu.

" Instagram lu masih diblokir?, " Eda Cuma ngangguk, sambil pasang sarung tangan, berharap bisa menghalau dingin, well, DKI kayaknya gak pernah dingin, tapi bisa bikin masuk angin. " Dia baik-baik aja Da. "

" Dia emang selalu baik-baik aja kan sejak gak ada gue? ". Eda rasa, do'anya terjawab.

Iman melenggang pergi, sembari menahan jarinya biar gak ngatain Dayo. Cewek kayak dia, emang mau ama Dayo?.

-

" Nggak, lu gak kehilangan gue, lu ngilangin gue, dengan sengaja, begitu kan?. "

NoticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang